Jumat, 13 November 2009

pemuda

Pemuda adalah jiwa seorang insan manusia yang memiliki ketangguhan dan semangat yang tinggi dalam memperjuangkan revolusi dan renovasi peradaban bangsanya menuju arah yang lebih baik. Dengan kecerdasan intelektualnya, dia dapat melihat segala bentuk permasalahan secara menyeluruh sehingga sering muncul ide-ide brilian sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Dengan ketajaman mata hatinya, dia dapat melihat celah-celah kenistaan dan kekejian yang ada disekitarnya untuk segera ia perbaiki menjadi celah-celah yang mengeluarkan sinar kebaikan. Dengan kekuatan fisiknya, dia dapat melumpuhkan mesin-mesin tirani dan monster-monster kebiadaban yang senantiasa menghancurkan sendi-sendi keadilan dalam masyarakat. Dengan keceriaan wajahnya, ia dapat menghibur lingkungan sekelilingnya dengan lampu-lampu kebahagiaan. Dengan kebersihan hatinya, dia senantiasa melakukan yang terbaik bagi bangsa dan agamanya tanpa putus asa dan pamrih. Dengan kekuatan spiritualnya, dia meyakini segala upaya pengorbanan merupakan aktivitas ibadah yang akan menjadi batu bata Istananya di surga kelak. Dengan segenap potensi dan kekuatan ini, dia merupakan matahari yang siap mengeluarkan energi terbesarnya untuk mengawali secercah sinar kebangkitan bagi bangsa dan nusa. Sebagaimana sebuah pepatah bahasa Arab, ‘Kebangkitan sebuah bangsa terletak pada telapak tangan para pemuda-pemudanya’. Banyak manuskrip-manuskrip tempo dulu yang melukiskan tindakan-tindakan heroik pemuda dalam melakukan sebuah revolusi, renovasi, dan rekonstruksi peradaban bangsanya. Sebut saja, seperti dr Sutomo dan dr Wahidin Sudirohusodo, tokoh pemuda, yang mendirikan pergerakan Budi Oetomo. HOS Cokroaminoto, pendiri Sarekat Islam, adalah orang-orang muda pada zamannya. Bung Karno dan Bung Hatta memimpin rakyat Indonesia menuju kemerdekaan pada usia yang masih muda pula, sekitar 44 dan 43 tahun. Revoulsi Perancis yang menumbangkan kekuasaan monarki dan gereja juga dipelopori oleh kaum intelektual muda. Di Rusia, Revolusi Bolsevik menumbangkan Tsar Nicholas II beserta Dinasti Romanov. Revolusi Hongaria meletus di tangan para pemuda dan mahasiswa yang menetang pendudukan Uni Soviet dan pemerintahan boneka. Eropa Barat jugamenyaksikan gelombang gerakan pemuda dan mahasiswa sepanjang tahun 60-an: mahasiswa Spanyol bangkit menentang diktator Jenderal Franco pada 1965;hal yang sama juga terjadi di Perancis, Italia, Belgia, dan negara Eropa lainnya. Di dunia Islam Asia-Afrika, para mahasiswa dan pemuda bangkit mempelopori perlawanan terhadap penjajah di sepanjang paruh pertama abad ke-20 sampai tahun 70-an. Para pemudalah yang terlibat dalam Revolusi Aljazair 1954, mengenyahkan Perancis dari tanah itu. Mereka juga berhasil mengusir Inggris dari Mesir. Sejak 1987 hingga sekarang, anak-anak muda bahkan yang masih bocah, telah meletuskan gerakan intifadhah melawan penjajahan Israel di Palestina (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Keynote Speech dalam Kebangkitan Kembali Pemuda Indonesia 1908-2008). Dunia maya pun mengakui bahwa gerakan heroik menuju sebuah perubahan yang baik selalu dilakoni oleh sosok kumpulan anak-anak muda. Sebut saja, seperti Power Rangers, Batman, Spiderman, Fantastic Four, X-Man, dan Kura-Kura Ninja. Semua karakter yang ada dilakoni oleh pahlawan-pahlawan muda dalam dunia maya, bukanlah golongan tua. Bukan berarti bahwa golongan tua tidak berperan penting disini. Golongan tua berperan dalam menasehati kaum muda dan mengarahkan kaum muda kepada jalan yang benar dengan sejuta pengalaman yang pernah dirasakan. Akankah prestasi-prestai kaum muda ini hanya menjadi romatisme sejarah belaka?? Akankah tindakan-tindakan heroik ini akan terus berlangsung? Akankah kebangkitan kelak berawal dari tangan para pemuda pula?? Sejarah pasti akan terulang, kita hanya menunggu waktu dan momen yang tepat saja.

Optimisme akan sebuah kebangkitan harus selalu tumbuh dalam benak kita. Akan tetapi optimisme tersebut akan menjadi sebuah mimpi belaka yang terbang tinggi, lalu kehabisan energi, hingga akhirnya akan jatuh tergopoh-gopoh, terseret di atas tanah, dan akhirnya akan terkubur ditimbun tanah. Kenapa hal ini bisa terjadi?? Ini semua akan terjadi jika degradasi moral para pemuda yang terjadi saat ini tidaklah segera dihentikan. Carut marut kondisi para kaum muda hari ini merupakan refleksi keterpurukan suatu bangsa. Kondisi ini amat jauh dari cita-cita kebangkitan peradaban, yang ada hanyalah prahara. Hedonisme, materialisme, chauvinisme, satanisme, dan penyakit ‘freesex’ telah menjadi candu yang merusak moral kaum muda. Kaum muda kini tidak berbeda jauh kebiasaannya dengan kaum sekuler yang melupakan kebesaran Tuhan Yang Mahas Esa. Kitab-kitab suci dipajang sepanjang masa di dalam rak-rak lemari. Pemuda lebih tertarik untuk membaca majalah Playboy, Hai, CosmoGirl, komik Golden Boy, Sinchan ataupun Naruto yang kini dapat dengan mudah dibaca dan diakses melalui internet online. Perintah-perintah Tuhan mereka hiraukan, lalai dan tertipu daya oleh nikmatnya dunia. Agama dan peribadatan hanya sebatas kegiatan rutinitas dan ritualitas belaka bukan dijadikan pedoman dalam hidup dan bergerak. Nilai-nilai spiritualitas dipisahkan dilempar jauh-jauh dari segi-segi kehidupan yang luas. Bagi pemuda ini, mereka menganggap, ceramah hanya ada di masjid-masjid. Puasa dan shalat malam hanya ada dalam bulan Ramadhan. Begitu banyak dikotomi-dikotomi yang dibuat-buat oleh para pemuda zaman ini. Dari segei moral, pemuda saat ini mengalami degradasi moral yang mencapai titik kulminasi yang mengkhawatirkan. Begitu mudah para pemuda bertutur kata dengan untaian kata-kata kotor yang tidak pantas untuk diucapkan. Sahutan kepada teman sebaya, mereka lakukan dengan panggilan-panggilan hewan. Sudah tak heran pula kini melihat anak-anak muda menghina orang-orang tua bahkan orangtua mereka sendiri di depan khalayak ramai. Andaikan saja, peristiwa Malin Kundang kembali terulang, maka sudah jutaan patung batu anak muda yang terbujur kaku sekarang ini. Secara intelektual, pemuda Indonesia adalah pemuda-pemuda yang begitu konsumtif. Hal ini dikarenakan pemuda kita hanya bisa menunggu produk terbaru apalagi yang akan muncul ke pasaran untuk mereka beli dan pamerkan. Tidak seperti para kaum intelektual muda di Jepang, mereka berpikir produk apalagi yang akan mereka ciptakan. Kini, para pemuda-pemuda beranggapan bahwa percuma sekolah tinggi-tinggi toh akhirnya jadi penganngguran juga. Pemuda lebih memilih untuk absen dari sekolah dan kuliah pergi ke mall, nonton fil-film keluaran terbaru di bioskop-bioskop kesayangan mereka atau mampir di game online center, menghabiskan uang saku dan waktu berjam-berjam memainkan Ragnarok, Dhota, dan game-game lainnya. Sungguh miris rasanya ketika melihat para kaum muda hanya menghabiskan kehidupan sehari-harinya di dalam mall, ditemani gemerlapnya lampu-lampu dskotik, di atas panggung hiburan, terperosok dalam jurang narkoba, dan akhirnya mati sia-sia meninggalkan bau bangkai bagi peradaban umat manusia. Sungguh menyedihkan! Lebih dari itu, kini kaum muda lebih mudah melatunkan lagu-lagu rock n roll ala Metallica, lagu-lagu pop ala Barat dan Jepang, daripada melatunkan lagu-lagu tradisional dan lagu kebangsaan. Anak-anak kecil-pun kini lebih suka berjoget ala Inul Daratista dan bergoyang seperti Dewi Persik, dan bercita-cita menjadi idola cilik dadakan dengan jutaan penghasilan. Anak-anak kecil saat ini sedikit yang bercita-cita inigin menjadi pahlawan kebaikan. Siswa-siswayang masih duduk di bangku-bangku sekolah pun demikian kondisinya. Para siswa terlalu disibukkan dengan dunia pergaulan bebas dimana mereka begitu bersemangat dalam mencari lawan jenisnya untuk dijadikan kekasihnya. Apa jadinya bangsa ini jika semua anak-anak kecil dan para siswa SMP atau SMA seperti ini kondisinya??? Pupus sudah cita-cita kebangkitan bangsa ini. Apakah ini semua harus terjadi secara berkelanjutan?? Apakah kita semua ingin kondisi kaum muda seperti ini?? Apakah kita tidak ingin melihat kebangkitan bangsa ini nantinya akan dipelopori oleh kaum muda?? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing. Kebangkitan ini semua bergantung pada diri kita. Sesuai dengan suatu ayat pada manuskrip yang begitu sakral, Al-Qur’anul Karim, yakni “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...”.

Fakta-fakta tentang kemorosotan moral, intelektual, dan spiritual kaum muda yang dipaparkan di atas bukanlah suatu hal yang absolut tidak bisa diubah. Masih banyak jalan menuju Roma, begitu pula dengan kebangkitan pemuda, masih banyak cara menujunya. Peluang itu masih terbuka lebar sebenarnya asalkan kita yakin dan berusaha. Hal ini diperkuat oleh Dr. Yusuf Al Qardhawi dan Dr. Adnan Oktar alias Harun Yahya yang pernah berkata bahwa suatu saat nanti kebangkitan akan kembali terulang dan kebangkitan tersebut akan terjadi dan diawali di negeri sebelah timur nun jauh disana, yakni Indonesia. Begitu banyak memang tantangan yang harus kita hadapi sebelum itu semua terwujud. Akan tetapi tantangan tersebut bukan untuk diratapi melainkan harus dihadapi dengan kepala tegak, optimisme, dan keyakinan yang kuat. Bung Karno pernah berkata pada dunia, “Berikan Aku sepuluh orang pemuda maka akan aku taklukkan dunia”.. Dari sekian banyak pemuda saat ini yang tenggelam dalam lumpur kemaksiatan dan keterpurukan, masih ada beberapa kumpulan kaum muda yang terus memelihara semangat revolusi dan renovasi peradaban. Bulan Mei 2008 yang lalu, kita semua dapat melihat gelombang pergerakan pemuda yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Se-Indonesia melakukan aksi simpatik terhadap segala permasalahan bangsa. Para Mahasiswa menyuarakan TUGU RAKYAT (Tujuh Gugatan Rakyat) yang berisikan tujuh poin yang harus segera dituntaskan oleh pemerintah. Salah satunya adalah praktik mafia peradilan, kasus BLBI, dan kasus Lumpur Lapindo. Bangsa ini belum kehilangan para pemudanya yang masih memiliki semangat kepahlawanan. Pemerintah pun menyadari pentingya peran pemuda. Pemerintah SBY-Kalla merumuskan sebuah departemen kementerian yang concern terhadap permasalahan pemuda, yaitu Kementerian Pemuda dan Olahraga. Dengan adanya kementerian ini, 80 tahun kontribusi pemuda dalam kepemimpinan bangsa dapat dilakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Tentunya, upaya baik ini harus mendapatkan dukungan penuh dari semua instansi pendidikan dan elemen masyarakat luas.

Bagaikan sebuah gedung pencakar langit yang berdiri kokoh. Gedung tersebut membutuhkan pipar-pilar yang solid dan kompak memperkokoh bertenggernya gedung tersebut di atas permukaan tanah. Tidak roboh maupun goyah sedikitpun jika dihempas angin dan badai. Begitu pula halnya dengan bangsa ini. Bangsa ini akan berdiri kokoh jika memiliki pilar-pilar yang solid pula menyokong keutuhan bangsa ini. Pilar-pilar bangsa ini diyakini berada pada pundak para pemuda-pemudanya. Artinya pemuda memiliki tanggung jawab besar dalam membangun bngsa ini, diawali dengan sebuah kebangkitan pemuda dalam segala aspek kehidupan. Pilar-pilar kebangkitan Pemuda yang patut segera dilaksanakan adalah membagun kecakapan spiritualitas, moralitas, dan intelektualitas pemuda. Nilai-nilai spiritualitas harus dimiliki oleh seorang pemuda agar semua pengorbanan yang dikeluarkan berdasarkan keikhlasan dan kesungguhan yang mendalam tanpa putus asa dan penyesalan. Segenap energi yang dikeluarkan selalu dimaknai dan diilhami sebagai wujud syukur dan pengabdian tertingginya pada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga dalam melakukan pengorbanan, pemuda tidak perlu dibayar dengan gaji bulanan atau cek berisikan jutaan rupiah. Ustad Jefri Bukhari merupakan seorang sosok pemuda yang baik dalam segi spiritualitasnya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kedua, pemuda impian adalah pemuda yang memiliki nilai-nilai moral yang mulia pula. Tutur kata, sikap maupun perbuatan yang baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku merupakan prasyarat untuk menjadi pemuda harapan bangsa. Menhormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, dan menghargai antar sesama pemuda merupakan prasyarat lainnya yang harus dilengkapi. Bagi pemuda yang tertarik untuk memilikinya, semuanya ‘free of charge’ yang dapat dimiliki dari sekolah kehidupan yang ada. Dengan moral yang baik, para pemuda akan lahir menjadi sosok pemimpin dengan budi pekerti yang luhur, good behavior atau akhlakul karimah dalam bahasa Arab. Pemuda seperti ini akan menjadi panutan dan kebanggan kaum tua. Bapak Hidayat Nur Wahid merupakan sosok yang patut diacungi jempol dalam hal tutur katanya dan perilakunya yang begitu mempesona.

Ketiga, intelektualitas tidak kalah pentingnya dalam menyusun pilar-pilar kebangkitan pemuda. Bangsa ini membutuhkan tenaga-tenaga muda yang intelek untuk mengisi pos-pos pembangunan sesuai dengan keahlian, keilmuan,dan keterampilan mereka. Institutsi pendidikan pastinya memiliki peranan yang cukup penting dalam membangun kecakapan intelektualitas kaum muda. Tentunya dengan biaya pendidikan yang relatif terjangkau, pengarahan dan bimbingan yang intensif dan kurikulum yang benar-benar menggali dan mengeksplorasi minat dan bakat pemuda. Prof. Ir. Habiebie merupakan intelektual Indonesia yang membawa harum nama bangsa ke dalam kancah dunia pengetahuan internasional dikarekan reputasinya yang besar dalam dunia pengetahuan. Nama beliau digunakan sebagai nama satuan standar internasional untuk keretakan pesawat.

Ketiga pilar kebangkitan ini harus segera dilakukan sejak dini agar berbekas bahkan tertanam kuat dalam jati diri para pemuda. Tidak hanya institusi pendidikan formal dan Kementerian Pemud Olahraga saja, pendidikan non-formal juga mengemban tugas yang sama bobotnya. Selain itu, pendidikan keluarga menjadi basis utama dalam mendidik seorang pemuda. Keluarga seharusnya dapat menjadi instansi pendidikan sesungguhnya, sedangkan institusi lain hanya dijadikan sebagai pelengkap. Character building dan pendewasaan pola pikir sepenuhnya terbentuk dalam lingkungan keluarga yang kondusif dan peran lingkungan yang baik. Jangan tunda, ragu-ragu, ataupun menunggu. Sesuai dengan kata Abdullah Gymnastiar, mulailah dari diri sendiri; mulailah dari hal-hal yang kecil; dan mulailah sekarang juga. Dengan menerapkan hal ini, kebangkitan pemuda maupun Indonesia tidak hanya menjadi dongeng belaka yang selalu diprediksi oleh para cendekiawan, tetapi akan menjadi sebuah realita yang nyata, tertorehkan dengan tinta emas dalam catatan sejarah manusia.

Dengan moral yang luhur, intelektual yang mantap, dan spiritual yang kuat, pemuda impian yang menjunjung tinggi kebaikan, keadilan, dan kesejahteraan akan tumbuh satu per satu memperjuangkan revolusi dan renovasi peradaban serta melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan bangsa menuju kebangkitan yang hakiki. Suatu saat nanti, dunia ini akan melihat panji-panji kemenangan dan obor-obor semangat kebangkitan akan diusung kuat oleh kaum-kaum muda. Apakah pemuda bisa? Asalkan ada kemauan dan kemampuan, kita yakin pemuda pasti bisa.

Seorang pemuda yang berjiwa ksatria akan selalu berkata seperti ini, “Jika ada 100 pejuang, maka aku termasuk di dalamnya; jika hanya ada 10 orang pejuang, maka Aku pun masih berada di dalamnya; jika hanya ada satu orang pejuang yang tersisa, maka itu pastilah AKU”.