Selasa, 15 Februari 2011

kohensi

Kohesi(ilmu komputer/computer science) merupakan tingkat saling keterkaitan antara komponen-komponen(seperti data member dan member function) yang terdapat pada sebuah kelas(biasa juga disebut modul) dalam suatu pemrograman berorientasi objek(PBO). Sebuah kelas dalam PBO dibuat dengan tujuan merepresentasikan suatu objek, oleh karena itu semua komponen dalam sebuah kelas seharusnya menggambarkan komponen yang dimiliki objek tersebut. Dengan kata lain semakin tinggi keterkaitan anatara komponen-komponen dlam sebuah kelas maka kan semakin baik pula kelas tersebut, semakin tinggi kohesi yang ada maka akan semakin baik. Kohesi dibagi menjadi beberapa tingkatan, antara lain:
• Kohesi berdasarkan kebetulan
Saat bagian dari satu class dibagi-bagi secara acak dan bagian-bagian tersebut tidak mempunyai hubungan yang penting.
• Kohesi berdasarkan logika
Saat bagian-bagian dari satu class dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu karena secara logika bagian tersebut melakukan suatu fungsi/hal yang sama.
• Kohesi berdasarkan waktu
Saat bagian-bagian dari sebuah class dikelompokkan berdasarkan waktu pemrosesan. Bagian-bagian yang diproses dalam waktu bersamaan dikelompokan dalam satu tempat.
• Kohesi berdasarkan cara/urutan
Saat bagian-bagian dari sebuah class dikelompokan karena bagian-bagian tersebut pasti dieksekusi secara berurutan. Misal fungsi mengecek izin file selau dilakukan sebelum membuka file
• Kohesi berdasarkan pengelolaan data
Saat bagian-bagian dari sebuah class dikelompokan karena mereka mengelola data yang sama
• Kohesi berdasarkan sebab akibat/sambungan
Saat bagian-bagian dari sebuah class dikelompokan karena output dari satu bagian adalah input dari bagian lainnya.
• Kohesi berdasarkan fungsi
Saat bagian-bagian dari sebuah class dikelompokan karena mereka semua berperan dalam sebuah tugas dari class
Referansi:
Halaman 352,Bennet,Simon.2002. OBJECT-ORIENTED SYSTEM ANALYSIS &DESIGN USING UML (second edition). Mc Graw Hill, UK



KOHESI
(Dra. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd/FPBS UPI)
Kohesi merujuk pada kesinambungan antarbagian dalam teks (Gerot dan Wignell, 1994: 170). Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren. Kohesi merujuk pada perpauatan bentuk, sedangkan koherensi pada perpautan makna. Pada umumnya wacana yang baik memiliki keduanya (Djajasudarma, 2006: 44). Relasi kohesi itu dapat menggunakan referensi, kohesi leksikal, dan konjungsi.
1. Referensi

Referensi mengacu pada sistem yang memperkenalkan dan memberi penjelasan identitas partisipannya. Kalau kita menemukan “it” pada teks, kita tidak akan dapat mengidentifikasinya tanpa membaca bagian yang lain atau mengetahui konteksnya (Gerot dan Wignell, 1994: 170). Menurut Lubis (1991: 28) referensi adalah hubungan antara kata dengan benda. Djajasudarma (2006:48) menambahkan bahwa lebih luas lagi referensi adalah hubungan bahasa dengan dunia. Lyons (dalam Lubis, 1991: 29) mengungkapkan bahwa hubungan antara bahasa dengan dunia itu harus memperhatikan si pembicara karena si pembicaralah yang paling tahu tentang referensi kalimatnya.
1.1 Sistem Referensi

Menurut (Gerot dan Wignell, 1994: 171) ada tiga hal yang dibedakan pada bagian ini.
a. Partisipan dapat disebutkan pada bagian awal teks (presenting reference) atau

Pada bagian berikutnya (presuming reference).
b. Referensi itu dapat berupa kelas yang umum (generic class) atau yang khusus (specific individual).
c. Referensi itu dapat berupa perbandingan (+comparison) atau bukan perbandingan (-comparison).

Berikut ini contohnya.
a) Most snakes move in a serpenting crawl.
They throw their bodies ino curves.
snakes: generic, presenting, -comparison
they: generic, presuming, -comparison
b) We saw lots of snakes at Reptile World.
Some of them came out of the logs and ate the dead mice.
lots of snakes : specific, presenting, -comparison
some of them: specific, presuming, +comparison
the other snakes: specific, presuming, +comparison
Lubis mengungkapkan bahwa referensi dalam bahasa Indoensia terbagi atas tiga bagian, yaitu referensi personal, referensi demonstratif, dan referensi komparatif (1991: 32).
(1) Referensi personal atau kata ganti orang ini terbagi atas kata ganti orang I, kata ganti orang II, dan kata ganti orang III, baik dalam bentuk tunggal maupun jamak.



Jenis/ Bentuk Tunggal Jamak
Kata ganti orang I saya, aku, nama diri kami, kita
Kata ganti orang II Anda, kamu, Saudara, Bapak, Ibu, Kakak, Adik,dll Anda semua, Saudara-saudara, Bapak-bapak, Ibu-ibu, dll.
Kata ganti orang III dia, ia mereka

(2) Referensi demonstratif
Kata ganti demonstratif seperti ini, itu, di sana, di sini dapat digunakan sebagai referensi. Berikut ini contohnya.
a) Berhati-hatilah di tempat tinggal yang baru ini.

Itu akan banyak manfaatnya nanti.
b) Rumahnya besar dan indah.

Itu dibelinya dengan uang sendiri.
c) Tempat itu sungguh indah.

Di sana pemandangannya luar biasa.

(3) Referensi komparatif
Referensi komparatif dalam bahasa Indonesia, misalnya sama, persis, serupa, lain, dan berbeda.
a) Wajah gadis itu sama benar dengan teman lamaku.
b) Gaun yang dipakainya persis dengan gaun yang artis itu pakai.
c) Anak itu nakal sekali, lain dengan kakaknya.
d) Berbeda dengan kemarin, hari ini gadis itu manis sekali.

2.2 Retrieval

Retrieval dalam teks dapat melalui konteks budaya yang biasa disebut homophora. Konteks kultur ini mengacu pada budaya secara keseluruhan, seperti penutur sebuah bahasa atau budaya pada pasangan suami isteri. Misalnya:
When I woke up this morning, the sun was shining.
Pada teks ini kita menemukan identitas “the sun” melalui pengetahuan budaya; tidak akan ada yang bertanya, “Which sun?”
Pada lingkup budaya yang lebih sempit lagi, misalnya seorang isteri bertanya pada suaminya, “Have you fed the cat yet?”. Identitas “the cat” sudah jelas dan tidak akan dipertanyakan lagi. Contoh lain pada kalimat, “I heard the prime minister on the radio this morning”. Identitas “the prime minister” pada konteks itu melalui homophora.
Berikut ini contoh homophora. Community Homophoric nominal group
English speaker the sun, the ozone, layer, the stars
Nations the prime minister, the president
Catholics the holiness
Business the manager, the secretary
Family the dog, the cat, the baby

Jika teks dilanjutkan menjadi “I heard the prime minister on the radio this morning and he said …”. Reference yang pertama melalui homophora, sedangkan yang kedua melalui anaphora.
Pencarian identitas itu dapat juga melalui konteks situasi. Retrieval semacam ini disebut exophora.
That koala over there is really sleepy.
Untuk dapat mengidentifikasi “that koala over there” kita harus mengetahui konteksnya.
Referensi yang ada pada teks itu sendiri disebut endophora, jika di bagian awal disebut anaphora, jika di bagian akhir disebut cataphora.
Misalnya:
(a) Some snakes, tharough not venomous, are still deadly.

They squeeze their victim to death. (anaphora)
(b) It was a venomous one that small green snake. (cataphora)

Berikut ini contoh lain dalam bahasa Indonesia.
(a) Saudara-saudara sekalian.Kita harus segera berangkat sekarang. (anafora)
(b) Saya, Yeti, dan Lilis bersahabat. Kami selalu pulang bersama-sama. (anafora)
(c) Bawa mereka masuk. Teman-temanmu sudah kepanasan di luar. (katafora)
(d) Apakah beliau sudah datang? Dosen kita?

2. Kohesi Leksikal dan Areanya
Kohesi leksikal adalah hubungan antara kata-kata dalam sebuah teks. Kategori kohesi leksikal adalah sebagai berikut ini.
1) General
a. Repetisi (termasuk infleksi dan derivasi)

- leave, leave, leaving, left
- Dia lagi, dia lagi yang menjadi penyebab masalah itu.
b. Sinonim (sama makna)

- leave = depart
- masuk = ke dalam
c. Antonim (lawan makna kata)

- leave >< arrive - ke luar >< ke dalam
d. Hiponim (kelas/superordinat dan subkelas)

- flower rose, jasmine, orchid
rose – jasmine – orchid = kohiponim
- melihat memandang, melirik, menatap, menoleh
memandang- melirik- menatap- menoleh = kohiponim
- membawa menjinjing, menggendong, menggotong
menjinjing- menggendong- menggotong = kohiponim
e. Meronimi (keseluruhan - bagiannya)

- flower - petal
petal, stem = komeronimi
- rumah - jendela
jendela, pintu = komeronimi
- sekolah - guru
guru, siswa = komeronimi
2) Instantial
a. Ekuivalen (dua atau lebih items yang sama pada teks)

- The sailor was their daddy.
- Guru itu ayah saya.
b. Naming

- They called their puppy Flutty.
- Dia memanggil ibunya Bunda.
c. Kemiripan (dua atau lebih items mirip satu sama lain)
- The waves roared in and he could see their white caps looking like seahorse.

4. Penanda Kohesi yang Lain
Penanda kohesi selain referensi, kohesi leksikal, dan konjungsi, menurut Lubis (1991: 28) masih ada penanda kohesi lainnya, yaitu substitusi dan elips.
1) Substitusi

Kalau referensi adalah penanda hubungan makna, substitusi adalah penanda hubungan gramatikal. Substitusi dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu substitusi nominal, substitusi verbal, dan substitusi klausa. Berikut ini contohnya
(1) Saya lihat buah durian ini bagus-bagus.
Yang ini sudah masak.(nominal)
(2) Banyak saya lihat gedung-gedung bertingkat di kampus itu.
Gedung apa itu? (nominal)
(3) Karena semua mandi, maka saya melakukan yang sama. (verbal)
Mereka bekerja keras di sana. Kami berusaha juga. (verbal)
(4) Anak-anak dilarang melompati pagar.
Namun, mereka melakukannya juga. (verbal)
(5) Promotor kita sudah sampai hari ini dari Jakarta.
Saya dengar demikian.(klausa)
(6) Belakangan ini kesebelasan Persib selalu kalah.
Di segitiga ini pun saya dengar begitu.
Saya harap tidak. (klausa)

2) Elips
Elips adalah pengilangan salah satu bagian dari unsur kalimat. Sebenarnya elips sama prosesnya dengan substitusi, tetapi elips ini digantikan oleh sesuatu yang kosong. Berikut ini contohnya.
(1) Kami berangkat hari ini.
Mereka juga.
(2) Mahasiswa sedang mempelajari teori-teori Linguistik.
Semantik juga.
(3) Mereka belajar giat pada semester ini.
Semester lalu juga.
Demikianlah uraian tentang kohesi yang diambil dari sumber utama M aking Sense of Functional Grammar karya Linda Gerot dan Peter Wignell dan diperkaya dengan pendapat ahli lain dengan contoh-contoh dalam bahasa Indonesia.




DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung:
Refika Aditama.
Gerot, Linda dan Peter Wignell. 1994. Making Sense of Functional Grammar. Sydney: Gerd
Stabler.
Lubis, A. Hamid Hasan.1991. Analisis Wacana Pragmatik.Bandung: Angkasa.

referensi

Analisis Referensi Cerpen
ANALISIS REFERENSI (PENGACUAN) DALAM WACANA
CERPEN “ RIPIN”


I.PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Bahasa meupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya. Dengan menguasai bahasa, maka manusia dapat mengetahui dunia dan memperoleh pengetahuan yang belum pernah terpikir dan terbayangkan sebelumnya. Bahasa sebagai alat komunikasi dapat dilakukan secara lisan dan tulis, tetapi pada pelaksanaannya penggunaan bahasa tulis lebih sulit dilakukan karena harus sesuai dengan kaedah yang ada yang akan menentukan dan mendukung kelancaran dan kesempurnaan proses komunikasi. Seseorang tidak akan dapat menyampaikan pesan, kesan, perasaan, gagasan dan informasi dengan efektif apabila syarat dan kaidah bahasa tulis tidak dikuasainya.
Dalam komunikasi tulis tentunya ada rentetan kalimat yang saling berkaitan dan mempunyai keserasian makna yang disebut wacana. Dalam analisis kebahasaan wacana merupakan unsur bahasa yang terlengkap dan terbesar setelah kalimat, karena analisis wacana mengkaji potongan-potongan yang lebih besar daripada kalimat sebagai satu kesatuan kemudian menghubungkan teks dengan situasi atau konteksnya.
Wacana yang memiliki keserasian makna tentunya memlikiki keterkaitan antar kalimat, bukan hanya satu kalimat saja karena harus ada referensi (acuan). Misalnya pada kalimat berikut: “aku mencintai anaknya” elektik nya pada anaknya brlum jelas siapa yang dimaksud. Maksud kalimat itu akan jelas apabila ada kalimat lain sebelum atau sesudah kalimat itu. Untuk mengetahui maksud dan penggunaan referensi maka penulis memilakukan telaah dan penelitian kecil terhadap cerpen RIPIN yang diambil dari kumpulan cerpen Kompas 2005-2006 .

2. KAJIAN TEORI

2. 1 Pengertian Wacana
Dalam tata bahasa baku edisi ketiga (2003:41) wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi antara kalimat-kalimat itu. Kridalaksana dalam (Tarigan, 1987 : 25). Wacana adalah satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. (Syamsudin, 1992 : 5). Wacana adalah rangkaian ujar atau tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segemen maupun non segmen bahasa.
Dari pendapat-pendapat di atas, ada beberapa hal yang menyangkut tentang pengertian wacana. Hal tersebut meliputi : (1) merupakan satuan gramatikal terbesar, (2) disusun secara sistematis, (3) berkaitan erat antara kalimat satu dengan yang lainnya sehingga kemudian membentuk makna yang serasi.
Berdasarkan para ahli tentang wacana dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan unsur bahasa yang paling lengkap karena mengaitkan antara teks dengan situasi (konteks). Dlam wacana kalimat yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan ditulis secara teratur, sistematis, dalam satuan yang kohesif dan koheren. Wacana dibentuk dari unsur bahasa yang terkecil sampai yang terbesar, yaitu: bunyi, suku kata, morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat, juga berupa situasi, ruangan, waktu pemakaian, tujuan pemahaman bahasa, pemakaian bahasa itu sendiri, intonasi, tekanan, makna dalam bahasa, dan perasaan berbahasa.

2. 2 Pengertian Referensi
Dalam tata bahasa baku edisi ketiga (2003:43) pengacuan atau referensi ialah hubungan antara satuan bahasa dan maujud yang meliputi benda atau hal yang terdapat di dunia yang diacu oleh satuan bahasa itu. Sudaryat (2009: 153) mengatakan bahwa referensi atau pengacuan merupakan hubungan antara kata dan acuannya. Senada dengan pernyataan itu Djajasudarma (1994:51) mengemukakan bahwa secara tradisional, referensi merupakan hubungan antara kata dan benda, tetapi lebih lanjut dikatakan sebagai bahasa dengan dunia.
Referensi dalam analisis wacana dapat berupa endofora, apabila acuannya (satuan lingual yang diacu) terdapat dalam teks wacana tersebut, dan eksofora, apabila acuannya benda atau hal lain di luar wacana. Endofora bersifat tekstual, referensi (acuan) ada di dalam teks, sedangkan eksofora bersifat situasional (acuan atau referensi di luar teks). Endofora terbagi atas anafora dan katafora berdasarkan posisi (distribusi) acuannya (referensinya). Anafora merujuk silang pada unsur yang disebutkan terdahulu; katafora merujuk silang pada unsur yang disebutkan kemudian.Kata-kata yang berfungsi sebagai pengacu dalam wacana disebut deiksis sedangkan unsur-unsur yang diacunya dissebut anteseden.
referensi adalah hubungan bahasa dengan dunia tanpa memperhatikan pemakai bahasa. karena pemakai bahasa (pembicara) adalah penutur ujaran yang paling tahu referensi bahasa yang diujarkanya.

2.3Jenis Referensi
1)Referensi Persona
Referensi persona mencakup ketiga kelas kata ganti diri yaitu kata ganti orang I, kata ganti orang II, dan kata ganti orang III baik tunggal maupun jamak, termasuk singularis dan pluralisnya. Referensi persona direalisasikan melalui pronomina persona (kata ganti orang). Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri (pronomina persona pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua), atau mengacu pada orang yang dibicarakan (pronomina persona ketiga). Di antara pronomina itu, ada yang mengacu pada jumlah satu atau lebih dari satu.
Tabel Pronomina Persona
PERSONA
MAKNA

Tunggal
Jamak
Pertama
Saya, aku, ku-, -ku, daku
Kami, Kita
kedua
Engkau, kamu, Anda, dikau, kau, -mu
Engkau, sekalian
ketiga
Ia, dia, beliau, nya
Mereka

Catatan:
Persona tunggal aku memepunyai parian –ku dan ku-
Persona kedua tunggal engkau mempunyai parian kau- dan kamu mempunyai parian mu-

2)Referensi Demonstratif
Sumarlam (2003:25) membagi pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) menjadi dua, yaitu pronomina demonstratif waktu (temporal) dan pronomina tempat (lokasional). Pronomina demonstratif waktu ada yang mengacu pada waktu kini (seperti kini dan sekarang), lampau (seperti kemarin dan dulu), akan datang (seperti besok dan yang akan datang), dan waktu netral (seperti pagi dan siang). Sementara itu, pronomina demonstratif tempat ada yang mengacu pada tempat atau lokasi yang dekat dengan pembicara (sini, ini), agak jauh dengan pembicara (situ, itu), jauh dengan pembicara (sana), dan menunjuk tempat secara eksplisit (Surakarta, Yogyakarta). Klasifikasi pronomina demonstratif tersebut dapat diilustrasikan dalam bentuk bagan sebagai berikut.
Bagan Pengacuan pronomina demonstartif
Demonstratif Waktu
Demonstratif Tempat
Kini
kini, sekarang, saat ini,
dekat dengan penutur
sini, ini
Lampau
kemarin, dulu, …yang dulu
agak dekat dengan penutur
situ, itu
Waktu yang akan datang
besok, …depan,…yang akan datang
Tempat jauh dengan penutur
Sana
Netral
pagi, siang, sore, pukul 12
Menunjuk secara eksplisit
Sala, Jogja
(sumber Sumarlam 2003:26)

3) Referensi Komparatif
Pengacuan komparatif (perbandingan) ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap, sifat, watak, perilaku, dan sebagainya (Sumarlam 2003:26). Kata-kata yang biasa digunakan untuk membandingkan misalnya seperti, bagai, bagaikan, laksana, sama dengan, tidak berbeda dengan, persis seperti, dan persis sama dengan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kohesi referensial dalam bahasa indonesia dapat berupa: pengacuan persona berupa kelas pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga; pengacuan demonstratif (penunjuk) dengan pronomina penunjuk umum, pronomina penunjuk ihwal dan penunjukan adverbia; sedangkan pengacuan komparatif meliputi tingkat ekuatif, tingkat komparatif, dan tingkat superlatif. Penanda referensial ini akan digunakan sebagai landasan untuk menganalisis jenis dan wujud penada referensial dalam cerpen dalam penelitian ini.




II. PEMBAHASAN
Untuk membuat wacana menarik, koheren dan memiliki keserasian makna antar kalimat maka digunakan pengacuan. Setelah membaca, menelaah dan meneliti cerpen Ripin karya Ugoran Prasad, penulis menemukan banyak referensi atau pengacuan diantaranya adalah sebagai berikut:
a)Pengacuan Persona
Dalam cerpen Ripin banyak terdapat referensi pronomina persona tiga (kata ganti orang ketiga / orang yang dibicarakan) dan tidak ditemukan pronomina persona satu atau pun dua karena penceritaan dalam cerpen ini menggunakan sudut pandang orang ketiga. deiksis -nya hampir terdapat pada setiap paragraf sedangkan dieksis Ia- dan Dia- hanya ada pada beberapa paragraf. Berikut ini adalah kutipan kalimat dari dari beberapa pargraf (ditandai dengan angka dalam tanda kurung ), dari cerpen Ripin dan penjelasannya.
(5) “Semula, Ripin berencana untuk mengikuti kawannya berlari, tetapi pengumuman yang didengarnya dari pengeras suara itu membuatnya berhenti.”
(6) “Mak sedang duduk meniup tungku ketika Ripin menerobos masuk dapur sambil terengah-engah. Tak bisa ditangkapnya apa yang dikatakan mulut kecil anaknya”.
(16) “Mak sudah bosan dengar radio. Kalau sudah begini ripin tidak usah medesak Mak lagi. Keputusannya sudah hanpir bisa dipastikan, Ripin tinggal menunggu Mak menemukan jalan keluar”.
(18) “Bapak sepertinya mabuk. Dari mulutnya keluar bau asam... “.
Pada kutipan (5) (paragraf 5) di atas deiksis –nya mengacu pada anteseden Ripin yang berada sebelum deiksisn -nya. Pada kutipan (6) dan (16) deiksis -nya mengacu pada anteseden Mak. (18) deiksis -nya mengacu pada anteseden Bapak dan keempat kutipan di atas bersifat anaforis karena berposisi sesudah anteseden. Pernyataan penulis diperkuat dengan pendapat Sudaryat (2009: 153) Referensi endoforis yang berposisi sesudah antesedennya disebut referensi anaforis, sedangkan yang berposisi sebelum antesedennya disebut kataforis.
(11) Ripin mengeluarkan senjatanya. Dia tahu, mak senang dengan bapakya Dikin.
(16) “ Baru seminggu ini Bapak rupanya sudah tidak tahan berdiam dirumah berlama-lama. Ia mulai sering keluar malam,”.
(24) “Sebelumnya, Ripin takut kepada Darka, tetapi saat ia menatap tajam-tajam itu...”
(29) “...ditengah-tengah rumahnya, ia mendapati pintu rumahnya terbuka...”
Pada kutipan di atas deiksis Dia dan Ia seluruhnya mengacu pada anteseden Ripin yang berada sebelum katagantiorang ketiga atau deiksis nya di pakai dan bersifat anaforis karena deiksis berposisi sesudah anteseden. Perhatikanlah kutipan berikutnya dibawah ini.
(11) Ia pernah melihat bapaknya Dikin sembunyi-sembunyi keluar dari pintu dapur rumahnya dan semakin bergegas begitu bertatap dengan Ripin.”
(12) Ia masih takut. Nenek dulu pernah pesan agar Ripin tidak membantah Mak..”
(20) “Ia pikir, meneruskan mengaji tentulah percuma. Lebih baik diam. Sial, tiba-tiba Ripin kepingin kencing.”
(41) “ Ia akann menjadi Rhoma Irama, bukan sekadar Ripin Irama.
Kutipan-kutipan di atas deiksis Ia seluruhnya mengacu pada anteseden Ripin. Kutipan di atas berbeda dengan kutipan-sebelumnya yang bersifat anaforis. Kutipan-kutipan di atas bersifa kataforis karena deiksis berada sebelum anteseden.
b)Pengacuan Demonstratif
Tidak banyak ditemukan pengacuan demonstratif dalam cerpen Ripin, karena ugoran prasad lebih menekankan pada jalan cerita dan jarang mendeskripsikan waktu dan tempat peristiwa penceritaa tersebut. Berikut ini adalah kutipan beberapa referensi Demonstratif:
Demonstratif Waktu (Temporal)
(13) “itu Dulu, waktu bapak masih jagoan yang paling hebat.”
Pengacuan di atas termasuk jenis pengacuan endofora yang kataforis sebab antesedenya terdapat di sebelah kanan. Deiksis Dulu merupakan demonstratif waktu lampau, mengacu pada waktu bapak masih jagoan.
Demontstratif Tempat (Lokasional)
(32) “Tong setan sudah berakhir. Ripin ingin bertahan sebenar di sana untuk menyaksikan lebih banyak lagi,...”
Pengacuan di atas termasuk jenis pengacuan endofora yang anaforis sebab antesedenya terdapat di sebelah kiri dan deiksisnya sesudah anteseden. Deiksis sana merupakan demonstratif yang menggambarkan tempat jauh dengan penutur, dan mengacu pada Tong Setan.
c) Pengacuan Komparatif
Pengacuan komparartif ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan segi bentuk/wujud/, sikap, sifat, watak perilaku dan sebagainya. Dalam cerpen ripin hanya sedikit pengacuan kommparatif yang digunakan, berikut ini adalah kutipan dari pengacuan komparatif.
(2) “Laki-laki itu punya jambang dan janggut seperti Rhoma Irama. Rambut keritingnya pun seperti Rhoma Irama.”
(23) “Mak diam. Tubuhnya seperti mematung. Ripin berpikir...”
(31) “Lalu perlahan, seperti sihir, kedua motor itu mulai merambat di dinding tong...”
Satuan lingual seperti pada kutipan (2) mengacu pada pernandingan wujud/bentuk jambang, janggut, dan rambut Rhoma Irama. Pengacuan tersebut bersifat anaforis kaena mengacu pada anteseden sebelumnya yaitu Laki-laki itu.
Satuan lingual seperti pada kutipan (23) mengacu pada pernandingan sifat patung yang diam tak bergerak. Pengacuan tersebut bersifat anaforis kaena mengacu pada anteseden sebelumnya yaitu Mak diam.
Satuan lingual seperti pada kutipan (31) mengacu pada pernandingan sifat sihir yang ajaib dan bisanya dapat melakukan hal yang mustahil seperti merambat/berjalan di tembok. Pengacuan tersebut bersifat kataforis kaena mengacu pada anteseden di sebelah kanan yaitu kedua motor itu.


SIMPULAN
Dalam cerpen Ripin banyak terdapat referensi pronomina persona tiga atau kata ganti orang ketiga -nya, Ia-, dan Dia karena dalam cerpen ini penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga dan tidak ditemukan pronomina persona satu atau pun dua. Pengacuan demonstratif dalam cerpen ini pun tidak banyak ditemukan, sepertinya penulis cerpen ini (Ugoran Prasad) lebih menekankan pendalaman peristiwa masa lalu namun tidakbenyak menyebutkan deiksis demonstratif waktu maupun tempat peristiwa penceritaan tersebut, begitu pun dengan referensi komparatif .
Dari hasil penelitian ini penulis dapat merumuskan:
Pada pengacuan persona deiksis -nya hampir ada dalam setiap paragraf kecuali paragraf 1, 2, 3. Sedangkan Deiksis Dia- hanya terdapat pada paragraf ke 11 dan deiksis Ia- terdapat pada paragraf ke 11, 12, 16, 20, 24, 29, 41.
Pada pengacuan demonstratif waktu hanya terdapat pada paragraf 13 termasuk jenis pengacuan endofora yang kataforis. Padapengacuan demonstratif tempat hanyater dapat pada paragraf 32, dan termasuk jenis pengacuan endofora yang anaforis.
Pada pengacuan komparatif terdapat pada paragraf 2, 23, 31 yang merupakan pernandingan wujud/bentuk dan juga sifat.

bacaan

Dalam Yudaisme , nama Tuhan lebih dari satu judul pembeda; itu mewakili konsepsi Yahudi sifat ilahi, dan hubungan Tuhan kepada orang-orang Yahudi dan kepada dunia . To demonstrate the sacredness of the names of God , and as a means of showing respect and reverence for them, the scribes of sacred texts treat them with absolute sanctity when writing and speaking them. Untuk menunjukkan kesucian dari nama-nama Allah , dan sebagai sarana untuk menunjukkan rasa hormat dan penghormatan bagi mereka, ahli-ahli Taurat dari teks-teks suci memperlakukan mereka dengan kesucian mutlak saat menulis dan berbicara mereka. The various titles for God in Judaism represent God as He is known, as well as the divine aspects which are attributed to Him. Berbagai judul untuk Allah dalam Yudaisme mewakili Allah sebagai Dia dikenal, serta ilahi aspek yang dikaitkan kepada-Nya.
The numerous titles for God have been a source of debate amongst biblical scholars. Judul banyak bagi Allah telah menjadi sumber perdebatan antara para ahli Alkitab. Some have advanced the variety as proof that the Torah , the main scripture of Judaism, has many authors (see documentary hypothesis ). Beberapa telah maju berbagai sebagai bukti bahwa Taurat , utama kitab suci agama Yahudi, telah banyak penulis (lihat hipotesis dokumenter ). YHWH is the only proper "name of God" in the Tanakh , in the sense that Abraham or Sarah are proper names by which you call a person. YHWH adalah satu-satunya yang tepat "nama Allah" dalam Tanakh , dalam arti bahwa Abraham atau Sarah adalah nama-nama yang tepat dengan yang Anda sebut seseorang. Whereas words such as Elohim (god, or authority), El (mighty one), Shaddai (almighty), Adonai (master), Elyon (most high), Avinu (our father), etc. are not names but titles, highlighting different aspects of YHWH, and the various roles which God has. Bahwa kata-kata seperti Elohim (dewa, atau otoritas), El (kuat satu), Shaddai (Mahakuasa), Adonai (master), Elyon (paling tinggi), menyertai kamu (ayah kita), dll bukan nama tetapi judul, menyoroti berbeda aspek YHWH, dan berbagai peran yang telah Allah. This is similar to how someone may be called 'father', 'husband', 'brother', 'son', etc, but their personal name is the only one that can be correctly identified as their actual designation. Hal ini mirip dengan 'ayah' bagaimana seseorang dapat disebut, 'suami', 'saudara', 'anak', dll, tapi nama pribadi mereka adalah satu-satunya yang dapat diidentifikasi sebagai sebutan mereka yang sebenarnya. In the Tanakh, YHWH is the personal name of the God of Israel, whereas other 'names' are titles which are ascribed to God. Dalam Tanakh, YHWH adalah nama pribadi Allah Israel, sedangkan 'nama' lain judul yang dianggap berasal dari Tuhan.
Nama Allah
Penerjemahan nama Allah ke dalam bahasa Inggris
A parallel issue is how to translate Hebrew names of God into English. Masalah paralel adalah bagaimana menerjemahkan nama Ibrani dari Allah ke dalam bahasa Inggris. Many Jewish prayers use one or more of the names for God many times within the same paragraph. Banyak doa-doa Yahudi menggunakan satu atau lebih nama Allah banyak kali di dalam ayat yang sama. The first time it appears a proper name is used, while further instances use the third person pronoun "he". Pertama kali muncul nama yang tepat digunakan, sedangkan contoh lebih lanjut menggunakan kata ganti orang ketiga "dia". (English speakers usually use masculine third person pronouns to refer to people.) Traditionally, in Jewish, Christian, and Muslim writing, the third-person pronoun "He" has been used to refer to God in English translations. (Berbahasa Inggris biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga maskulin untuk merujuk kepada orang-orang.) Tradisional, di Yahudi, menulis Kristen, dan Muslim, kata ganti orang ketiga "Ia" telah digunakan untuk merujuk kepada Allah dalam terjemahan bahasa Inggris. In non-religious contexts, English speakers have generally used the word "he" as a substitute for a gender-neutral third person pronoun. Dalam konteks non-religius, berbahasa Inggris umumnya menggunakan kata "ia" sebagai pengganti kata ganti orang ketiga netral gender.
See Gender in Bible translation for an examination of how these terms may be translated into English. Lihat Jender dalam Alkitab terjemahan untuk pemeriksaan tentang bagaimana istilah-istilah ini dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
The Tetragrammaton
Main article: Tetragrammaton Artikel utama: Tetragrammaton


An early depiction of the Tetragrammaton —circa 600 BCE Portion of writing on silver scroll with the "Priestly Benediction" (Numbers 6:24–26) Sebuah gambaran awal Tetragrammaton sekitar tahun-600 SM Bagian tulisan di perak gulir dengan "Do'a Priestly" (Bilangan 6:24-26)


Portion of column 19 of the Psalms Scroll (Tehilim) from Qumran Cave 11. Bagian kolom 19 dari Gulir Mazmur (Tehilim) dari Qumran Cave 11. The Tetragrammaton in paleo-Hebrew can be clearly seen six times in this portion. The Tetragrammaton dalam paleo-Ibrani dapat dengan jelas terlihat enam kali dalam bagian ini.


At the bottom of the hands, the two letters on each hand combine to form יהוה ( YHWH ), the name of God.The literal meaning of each of the 4 letters is: Yod= Hand, Heh = Behold/look at, Vav= Nail, Heh=Behold/look at, so the 4 letters read right to left as Hebrew, are "Look at/Behold the nail, look at/behold the hand" Di bagian bawah tangan, dua surat di tangan masing-masing bergabung untuk membentuk יהוה ( YHWH ), nama arti harfiah God.The dari masing-masing dari 4 huruf adalah: Yod = Tangan, Heh = Sesungguhnya / melihat, VAV = Nail, Heh = Sesungguhnya / melihat, sehingga 4 huruf baca kanan ke kiri sebagai bahasa Ibrani, yang "Lihat / Lihatlah kuku, melihat / lihatlah tangan"
The most important and most often written name of God in Judaism is the Tetragrammaton , the four-letter name of God, also known as יהוה , or YHWH . Yang penting dan paling sering ditulis nama sebagian besar dari Allah dalam Yudaisme adalah Tetragrammaton , dengan empat huruf nama Allah, juga dikenal sebagai יהוה, atau YHWH . "Tetragrammaton" derives from the prefix tetra- ("four") and gramma (" letter ", " grapheme "). "Tetragrammaton" berasal dari awalan tetra-("empat") dan Nenek (" huruf "," grafem "). The Tetragrammaton appears 6,828 times in the Biblia Hebraica Stuttgartensia edition of the Hebrew Masoretic text. The Tetragrammaton muncul 6.828 kali dalam Biblia Hebraica Stuttgartensia edisi teks Ibrani Masoret. This name is first mentioned in the Book of Genesis ( 2.4 ) and in English language bibles is traditionally translated as "The L ORD ". Nama ini pertama kali disebutkan dalam Kitab Kejadian (2.4) dan dalam Alkitab bahasa Inggris secara tradisional diterjemahkan sebagai " ORD L ".

The Tetragrammaton in Phoenician (1100 BC to AD 300), Aramaic (10th Century BC to 0) and modern Hebrew scripts. The Tetragrammaton dalam Fenisia (1100 SM sampai AD 300), Aram (abad 10 SM sampai 0) dan modern Ibrani script.
(The epithet "The Eternal One" may increasingly be found instead, particularly in Progressive Jewish communities seeking to use gender-neutral language. [ 1 ] ) Because Judaism forbids pronouncing the name outside the Temple in Jerusalem , the correct pronunciation of the Tetragrammaton may have been lost, as the original Hebrew texts only included consonants. (Julukan "The Eternal One" semakin dapat ditemukan sebaliknya, khususnya dalam Progresif komunitas Yahudi yang ingin menggunakan bahasa netral gender. [1] ) Karena Yudaisme melarang mengucapkan nama di luar Bait Allah di Yerusalem , pengucapan yang benar dari Tetragrammaton mungkin telah hilang, seperti aslinya Ibrani teks hanya meliputi konsonan. The Hebrew letters are named Yod-Heh-Vav-Heh : יהוה. Para huruf Ibrani yang bernama Yod-Heh-VAV-Heh: יהוה. In English it is written as YHWH, YHVH, or JHVH depending on the transliteration convention that is used. Dalam bahasa Inggris ditulis sebagai YHWH, YHVH, atau JHVH tergantung pada transliterasi konvensi yang digunakan. The Tetragrammaton was written in contrasting Paleo-Hebrew characters in some of the oldest surviving square Aramaic Hebrew texts, and were not read as Adonai ("My Lord") until after the Rabbinic teachings after Israel went into Babylonian captivity. [ 2 ] The Tetragrammaton ditulis dalam kontras Paleo-Ibrani karakter dalam beberapa tertua persegi Aram teks Ibrani, dan tidak dibaca sebagai Adonai ("Tuanku") sampai setelah ajaran Rabinis setelah Israel pergi ke pembuangan Babel. [2]
In appearance, YHWH is an archaic third person singular imperfect of the verb "to be", meaning, therefore, "He is". Dalam penampilan, YHWH adalah orang ketiga tunggal kuno yang tidak sempurna dari kata kerja "menjadi", yang berarti, oleh karena itu, "Ia". This explanation agrees with the meaning of the name given in Exodus 3:14, where God is represented as speaking, and hence as using the first person—"I am". Penjelasan ini setuju dengan arti nama yang diberikan dalam Keluaran 3:14, dimana Tuhan digambarkan sebagai berbicara, dan karenanya sebagai menggunakan orang pertama-"Aku". It stems from the Hebrew conception of monotheism that God exists by himself for himself, and is the uncreated Creator who is independent of any concept, force , or entity ; therefore "I am that I am". Ia berasal dari konsepsi Ibrani monoteisme bahwa Allah ada dengan dirinya untuk dirinya sendiri, dan adalah Pencipta diciptakan yang independen dari konsep, gaya , atau entitas , karena itu "Saya bahwa saya".
The idea of 'life' has been traditionally connected with the name YHWH from medieval times. 'Hidup' Gagasan tradisional telah dihubungkan dengan YHWH nama dari abad pertengahan. Its owner is presented as a living God , as contrasted with the lifeless gods of the 'heathen' polytheists: God is presented as the source and author of life (compare 1 Kings 18; Isaiah 41:26–29, 44:6–20; Jeremiah 10:10, 14; Genesis 2:7; and so forth). Pemiliknya disajikan sebagai hidup Allah , sebagai kontras dengan para dewa tak bernyawa dari 'kafir' musyrik itu: Allah disajikan sebagai sumber dan penulis kehidupan (bandingkan 1 Raja-raja 18; Yesaya 41:26-29, 44:6-20 ; Yeremia 10:10, 14; Kejadian 2:7; dan sebagainya).
The prohibition of blasphemy , for which capital punishment is prescribed in Jewish law , refers only to the Tetragrammaton (Soferim iv., end; comp. Sanh. 66a). Larangan menghujat , yang hukuman mati adalah ditentukan dalam Yahudi hukum , hanya mengacu pada Tetragrammaton (iv Soferim.., akhir; Sanh 66A comp.).
pengucapan Tetragrammaton yang
Further information: Tetragrammaton , Jehovah , and Yahweh (name) Informasi lebih lanjut: Tetragrammaton , TUHAN , dan Yahweh (nama)
In the Masoretic Text the name YHWH is vowel pointed as יְהֹוָה, pronounced YAH-HO-VAH in modern Hebrew, and Yəhōwāh in Tiberian Vocalization . Dalam Masoretic Text nama YHWH adalah vokal ditunjuk sebagai יְהֹוָה, diucapkan YAH-HO-vah dalam bahasa Ibrani modern, dan Yəhōwāh di Tiberias Fokalisasi . Traditionally in Judaism, the name is not pronounced but read as Adonai , "my Lord" during prayer, and referred to as HaShem , "the Name" at all other times. Secara tradisional dalam Yudaisme, nama tersebut tidak diucapkan tetapi dibaca sebagai Adonai , "Tuhanku" selama doa, dan disebut sebagai HaShem , "Nama" di sepanjang waktu lainnya. This is done out of hesitation to pronounce the name in the absence of the Temple in Jerusalem , due to its holiness. Hal ini dilakukan keluar dari ragu-ragu untuk mengucapkan nama dalam tidak adanya Bait Allah di Yerusalem , karena kekudusan-nya. This tradition has been cited by most scholars as evidence that the Masoretes vowel pointed YHWH as they did, to indicate to the reader they are to pronounce "Adonai" in its place. Tradisi ini telah dikutip oleh kebanyakan ahli sebagai bukti bahwa vokal Masoret menunjuk YHWH seperti yang mereka lakukan, untuk menunjukkan kepada pembaca mereka mengucapkan "Adonai" di tempatnya. While the vowel points of אֲדֹנָי (Aḏōnáy) and יְהֹוָה (Yəhōwāh) are very similar, they are not identical. Selama poin vokal dari אֲדֹנָי (Adonay) dan יְהֹוָה (Yəhōwāh) sangat mirip, mereka tidak identik. This may indicate the Masoretic vowel pointing was done in truth and not only as a Qere-Ketiv . [ 3 ] The historical name YHWH is reconstructed as Yahweh based on historical and linguistic evidence. Ini mungkin menunjukkan vokal Masoret menunjuk dilakukan dalam kebenaran dan tidak hanya sebagai Qere-Ketiv. [3] Nama YHWH sejarah direkonstruksi sebagai Yahweh berdasarkan bukti sejarah dan linguistik. The name ceased to be pronounced in Second Temple Judaism , by the 3rd century BC. [ 4 ] Passages such as: Nama berhenti menjadi diucapkan dalam Yudaisme Bait Suci Kedua , pada abad ke-3 SM. [4] Ayat-ayat seperti:
"And, behold, Boaz came from Bethlehem, and said unto the reapers, YHWH [be] with you. And they answered him, YHWH bless thee" ( Ruth 2:4) "Dan, lihatlah, Boas datang dari Betlehem, dan berkata kepada para penuai, YHWH [akan] dengan Anda engkau. Dan mereka menjawab, YHWH memberkati" ( Rut 2:4)
indicate that the name was still being pronounced at the time of the redaction of the Hebrew Bible in the 6th or 5th century BC. menunjukkan bahwa nama itu masih diucapkan pada saat redaksi dari Alkitab Ibrani pada abad ke-6 SM atau 5. The prohibition against verbalizing the name never applied to the forms of the name within theophoric names (the prefixes yeho- , yo- , and the suffixes -yahu , -yah ) and their pronunciation remains known. Larangan terhadap verbalisasi nama tidak pernah diterapkan pada bentuk nama dalam nama theophoric (awalan yeho-, yo-, dan akhiran-yahu,-yah) dan pengucapan mereka tetap dikenal.
Rabbinical Judaism teaches that the four-letter name of God, YHWH, is forbidden to be uttered except by the High Priest in the Holy Temple on Yom Kippur . Rabbi Yudaisme mengajarkan bahwa empat huruf nama Allah, YHWH, dilarang untuk diucapkan kecuali oleh Imam Besar di Bait Suci di Yom Kippur . Throughout the entire Yom Kippur service, the High Priest pronounces the name YHWH "just as it is written" in each blessing he makes. Sepanjang seluruh layanan Kippur Yom, Imam Besar mengucapkan nama YHWH "seperti ada tertulis" dalam setiap berkat ia membuat. When the people standing in the Temple courtyard hear the name they prostrate flat on the Temple floor. Ketika orang yang berdiri di halaman Bait Allah mendengar nama mereka bersujud datar di lantai Bait Suci. Since the Temple in Jerusalem does not exist today, this name is never said in religious rituals by Jews, and the correct pronunciation is currently disputed. Karena Bait Allah di Yerusalem tidak ada hari ini, nama ini tidak pernah mengatakan dalam ritual keagamaan oleh orang Yahudi, dan pengucapan yang benar saat ini diperdebatkan. Orthodox and some Conservative Jews never pronounce it for any reason. Dan beberapa orang Yahudi Ortodoks Konservatif pernah mengucapkannya dengan alasan apapun. Some religious non-Orthodox Jews are willing to pronounce it, but for educational purposes only, and never in casual conversation or in prayer. Beberapa agama non-Ortodoks Yahudi bersedia untuk mengucapkannya, tapi untuk tujuan pendidikan saja, dan tidak pernah dalam percakapan santai atau dalam doa. Instead of pronouncing YHWH during prayer , Jews say Adonai . Alih-alih mengucapkan YHWH selama doa , orang Yahudi mengatakan Adonai.
The Jewish Publication Society translation of 1917, in online versions does use Jehovah once at Exodus 6:3 , where this footnote appears in the electronic version: The Hebrew word (four Hebrew letters: HE, VAV, HE, YOD) remained in the English text untranslated; the English word 'Jehovah' was substituted for this Hebrew word. The Publikasi Yahudi Society terjemahan tahun 1917, dalam versi online tidak menggunakan Yehuwa sekali pada Keluaran 6:03 , di mana catatan kaki ini muncul dalam versi elektronik: Kata Ibrani (Ibrani empat huruf: HE, VAV, HE, yod) tetap dalam bahasa Inggris teks diterjemahkan, kata bahasa Inggris 'Yehuwa diganti untuk kata Ibrani. The footnote for this Hebrew word is: "The ineffable name, read Adonai, which means the Lord." Electronic versions available today can be found at E-Sword or The Sword Project (BUT also see below footnote re: Breslov.com version.) Catatan kaki untuk kata Ibrani adalah: "Nama tak terlukiskan, membaca Adonai, yang berarti Tuhan." Elektronik versi yang tersedia saat ini dapat ditemukan di E-Pedang atau Proyek Pedang (TAPI juga lihat di bawah catatan kaki re: Breslov.com versi. )
(As of 2007 , the Breslov.com revised copy of the electronic Jewish Publication Society of America Version [1917] contains a single occurrence of "Jehovah" at Exodus 6.3 since at least 2001, but it seems to be a conversion error. [ 5 ] ) (Pada tahun 2007 , yang merevisi salinan elektronik Breslov.com dari Masyarakat Yahudi Amerika Publikasi Version [1917] berisi kejadian tunggal "Yehuwa" di Keluaran 6,3 setidaknya sejak 2001, namun tampaknya menjadi kesalahan konversi . [5] )
HaShem
Halakha requires that secondary rules be placed around the primary law, to reduce the chance that the main law will be broken. Halakha mensyaratkan bahwa peraturan sekunder ditempatkan sekitar hukum primer, untuk mengurangi peluang bahwa hukum utama akan rusak. As such, it is common Jewish practice to restrict the use of the word Adonai to prayer only. Dengan demikian, itu adalah praktek yang Yahudi umum untuk membatasi penggunaan kata Adonai untuk doa saja. In conversation, as many Jewish people, even when not speaking Hebrew, will call God " HaShem ", השם, which is Hebrew for "the Name" (this appears in Leviticus 24:11). Dalam percakapan, sebagai orang-orang Yahudi banyak, bahkan ketika tidak berbicara bahasa Ibrani, akan memanggil Tuhan "HaShem", השם, yang Ibrani untuk "Nama" (ini muncul di Imamat 24:11). Many Jews extend this prohibition to some of the other names listed below, and will add additional sounds to alter the pronunciation of a name when using it outside of a liturgical context, such as replacing the 'h' with a 'k' in names of God such as ' k el' and 'elo k im'. Banyak orang Yahudi memperluas larangan ini untuk beberapa nama lain yang tercantum di bawah ini, dan akan menambahkan suara tambahan untuk mengubah pengucapan nama ketika menggunakannya di luar konteks liturgis, seperti menggantikan 'h' dengan 'k' di nama Allah el 'seperti' k dan 'elo k im'.
While other names of God in Judaism are generally restricted to use in a liturgical context, HaShem is used in more casual circumstances. HaShem is used by Orthodox Jews so as to avoid saying Adonai outside of a ritual context. Sedangkan nama lain dari Allah dalam Yudaisme pada umumnya dibatasi untuk digunakan dalam liturgi konteks, HaShem digunakan dalam keadaan yang lebih santai. HaShem digunakan oleh orang-orang Yahudi Ortodoks sehingga untuk menghindari mengatakan Adonai di luar konteks ritual. For example, when some Orthodox Jews make audio recordings of prayer services, they generally substitute HaShem for Adonai ; others will say Amonai. [ 6 ] On some occasions, similar sounds are used for authenticity, as in the movie Ushpizin , where Abonai Elokenu [ sic ] is used throughout. Misalnya, ketika beberapa orang Yahudi Ortodoks membuat rekaman audio pelayanan doa, mereka umumnya pengganti HaShem untuk Adonai, yang lainnya akan mengatakan Amonai. [6] Pada beberapa kesempatan, suara yang sama digunakan untuk keaslian, seperti dalam film Ushpizin , dimana Abonai Elokenu [ sic ] digunakan di seluruh.
Adoshem
Up until the mid twentieth century, however, another convention was quite common, the use of the word, Adoshem —combining the first two syllables of the word Adonai with the last syllable of the word Hashem . Sampai pertengahan abad kedua puluh, bagaimanapun, konvensi lain yang cukup umum, penggunaan kata, Adoshem-menggabungkan dua suku kata pertama dari kata Adonai dengan suku kata terakhir dari kata Hashem. This convention was discouraged by Rabbi David HaLevi Segal (known as the Taz) in his commentary to the Shulchan Aruch . Konvensi ini berkecil hati oleh Rabbi David HaLevi Segal (dikenal sebagai Taz) dalam komentarnya kepada Aruch Shulchan . However, it took a few centuries for the word to fall into almost complete disuse. Namun, memakan waktu beberapa abad untuk kata untuk jatuh ke hampir tidak digunakan lengkap. The rationale behind the Taz's reasoning was that it is disrespectful to combine a Name of God with another word. Alasan di balik Taz's penalaran itu bahwa itu adalah sopan untuk menggabungkan Nama Allah dengan kata lain. Despite being obsolete in most circles, it is used occasionally in conversation in place of Adonai by Orthodox Jews who do not wish to say Adonai but need to specify the use of the particular word as opposed to God. Meskipun usang di kalangan kebanyakan, kadang-kadang digunakan dalam percakapan di tempat Adonai oleh orang Yahudi Ortodoks yang tidak ingin mengatakan Adonai tetapi perlu menentukan penggunaan kata tertentu sebagai lawan Allah.
Nama lain atau judul Allah
Adonai
Main article: Adonaist Artikel utama: Adonaist
Jews also call God Adonai ( אֲדֹנָי ), the Hebrew for "my lords", from adon "lord, owner". [ 7 ] The singular form is Adoni , "my lord". Yahudi juga memanggil Allah Adonai (אֲדֹנָי), bahasa Ibrani untuk "tuan-tuan", dari adon "tuan, pemilik". [7] Bentuk tunggal adalah Adoni, "Tuanku". This was used by the Phoenicians for the god Tammuz and is the origin of the Greek name Adonis . Ini digunakan oleh Fenisia untuk dewa Tammuz dan merupakan asal nama Yunani Adonis . Jews only use the singular to refer to a distinguished person: in the plural, "rabotai", literally, "my masters", is used in both Mishnaic and modern Hebrew. Yahudi hanya menggunakan bentuk tunggal untuk merujuk kepada orang dibedakan: dalam bentuk jamak, "rabotai", secara harfiah, "tuan saya", digunakan dalam kedua Mishnaic dan Ibrani modern. The plural form is usually explained as pluralis excellentiae . Bentuk jamak biasanya dijelaskan sebagai excellentiae pluralis .
The pronunciation of the tetragrammaton came to be avoided by the Hellenistic period . Pengucapan Tetragrammaton datang harus dihindari oleh periode Helenistik . Jews use Adonai instead in prayers, and colloquially would use Hashem ("the Name"). Yahudi menggunakan Adonai bukan dalam doa, dan bahasa sehari-hari akan menggunakan Hashem ("Nama"). When the Masoretes added vowel pointings to the text of the Hebrew Bible around the 8th century CE, they gave the word YHWH vowels very similar to that of Adonai . Ketika Masoret ditambahkan pointings vokal teks Alkitab Ibrani sekitar abad ke 8, mereka memberi kata YHWH huruf hidup sangat mirip dengan Adonai. Tradition has dictated this is to remind the reader to say Adonai instead. Tradisi telah didikte ini adalah untuk mengingatkan pembaca untuk mengatakan Adonai sebagai gantinya. Later Biblical scholars took this vowel substitution for the actual spelling of YHWH and interpreted the name of God as Jehovah . Kemudian sarjana Bibel mengambil ini substitusi vokal untuk ejaan sebenarnya dari YHWH dan menafsirkan nama Allah sebagai TUHAN . The Sephardi translators of the Ferrara Bible go further and replace Adonai with A. Para penerjemah Sephardi dari Ferrara Alkitab melangkah lebih jauh dan mengganti Adonai dengan A.
Ehyeh-Asher-Ehyeh

Ehyeh-Asher-Ehyeh Ehyeh-Asher-Ehyeh

________________________________________
Problems listening to this file? Masalah mendengarkan file ini? See media help . Lihat media membantu .

Ehyeh asher ehyeh ( Hebrew : אהיה אשר אהיה ) is the first of three responses given to Moses when he asks for God's name (Exodus 3:14). Ehyeh asher ehyeh ( Ibrani : אהיה אשר אהיה) adalah yang pertama dari tiga tanggapan yang diberikan kepada Musa ketika ia meminta nama Allah (Keluaran 3:14). It is one of the most famous verses in the Hebrew Bible . Ini adalah salah satu ayat yang paling terkenal dalam Alkitab Ibrani . The Tetragrammaton itself derives from the same verbal root. The Tetragrammaton itu sendiri berasal dari akar verbal yang sama. The King James version of the Bible translates the Hebrew as " I am that I am " and uses it as a proper name for God. Yang versi King James diterjemahkan dari Alkitab bahasa Ibrani sebagai " aku bahwa aku "dan menggunakannya sebagai nama yang tepat bagi Tuhan. The Aramaic Targum Onkelos leaves the phrase untranslated and is so quoted in the Talmud (BB 73a). Bahasa Aram Targum Onkelos meninggalkan frase belum diterjemahkan dan sangat dikutip dalam Talmud (BB 73a).
Ehyeh is the first-person singular imperfect form of hayah , "to be". Ehyeh is usually translated "I will be", since the imperfect tense in Hebrew denotes actions that are not yet completed (eg Exodus 3:12, "Certainly I will be [ehyeh] with thee."). [ 8 ] Ehyeh adalah orang bentuk tunggal tidak sempurna pertama hayah, "menjadi",. Ehyeh biasanya diterjemahkan "Aku akan", karena tidak sempurna yang tegang dalam bahasa Ibrani menunjukkan tindakan yang belum selesai (misalnya Keluaran 3:12 "Tentu saja saya akan [ehyeh] dengan engkau). ". [8]
Asher is an ambiguous pronoun which can mean, depending on context, "that", "who", "which", or "where". [ 8 ] Asyer adalah pronomina ambigu yang bisa berarti, tergantung pada konteks, "bahwa", "yang", "yang", atau "dimana". [8]
Therefore, although Ehyeh asher ehyeh is generally rendered in English "I am that I am", better renderings might be "I will be what I will be" or "I will be who I will be", or even "I will be because I will be". [ 9 ] In these renderings, the phrase becomes an open-ended gloss on God's promise in Exodus 3:12. Oleh karena itu, meskipun Ehyeh asher ehyeh umumnya diberikan dalam bahasa Inggris "Saya bahwa saya", rendering lebih baik mungkin "saya akan apa yang akan saya" atau "Aku akan menjadi siapa saya akan", atau bahkan "Saya akan terjadi karena Aku akan ". [9] Dalam rendering, kalimat menjadi terbuka gloss pada janji Allah dalam Keluaran 03:12. Other renderings include: Leeser, “ I WILL BE THAT I WILL BE ” ; Rotherham, “I Will Become whatsoever I please.” Greek, Ego eimi ho on (ἐγώ εἰμι ὁ ὤν), "I am The Being" in the Septuagint , [ 10 ] and Philo , [ 11 ] [ 12 ] and Revelation [ 13 ] or, “I am The Existing One”; Lat., ego sum qui sum , “I am Who I am.” [ 14 ] rendering lainnya termasuk: Leeser, "SAYA AKAN BAHWA AKU AKAN"; Rotherham, "Apakah Menjadi apa pun yang saya harap. aku" Yunani, Ego eimi ho on (ἐγώ εἰμι ὁ ὤν), "I am Menjadi" dalam Septuaginta , [10] dan Philo , [11] [12] dan Wahyu [13] atau, "Aku The One yang ada";. Lat, ego sum qui sum, "aku Siapa aku." [14]
El

El El

________________________________________
Problems listening to this file? Masalah mendengarkan file ini? See media help . Lihat media membantu .

Main article: El (deity) Artikel utama: El (dewa)
El appears in Ugaritic , Phoenician and other 2nd and 1st millennium BCE texts both as generic "god" and as the head of the divine pantheon. [ 15 ] In the Hebrew bible El (Hebrew: אל) appears very occasionally alone (eg Genesis 33:20, el elohe yisrael , "El the god of Israel", and Genesis 46:3, ha'el elohe akiba , "El the god of your father"), but usually with some epithet or attribute attached (eg El Elyon , "Most High El", El Shaddai , "El of Shaddai ", El `Olam "Everlasting El", El Hai , "Living El", El Ro'i "El of Seeing", and El Gibbor "El of Strength"), in which cases it can be understood as the generic "god". El muncul di Ugarit , Fenisia dan 2 lainnya dan 1 milenium SM teks baik sebagai generik "tuhan" dan sebagai kepala jajaran ilahi. [15] Dalam Alkitab bahasa Ibrani El (Ibrani: אל) muncul sangat kadang-kadang saja (misalnya Kejadian 33 : 20, el elohe Yisrael, "El dewa Israel", dan Kejadian 46:3, ha'el elohe Akiba, "El dewa ayahmu"), tetapi biasanya dengan julukan beberapa atau atribut yang melekat (misalnya El Elyon , "Kebanyakan El Tinggi" El Shaddai, "El Shaddai ",` Olam El "El Lestari", El Hai, "Hidup El", El Ro'i El Penglihatan ", dan El Gibbor" "El Kekuatan") , di mana kasus itu dapat dipahami sebagai "dewa" generik. In theophoric names such as Gabriel ("Strength of God"), Michael ("Who is like God?"), Raphael ("God's medicine"), Ariel ("God's lion"), Daniel ("God's Judgement"), Israel ("one who has struggled with God"), Immanuel ("God is with us"), and Ishmael ("God Hears"/"God Listens") it usually interpreted and translated as "God", but it is not clear whether these "el"s refer to deity in general or to the god El in particular. [ 16 ] Dalam nama theophoric seperti Gabriel ("Kekuatan Allah"), Michael ("Siapakah yang seperti Allah?"), Raphael ("Teman-obat Allah"), Ariel ("Teman-singa Allah"), Daniel ("Allah Penghakiman"), Israel ("orang yang telah berjuang dengan Allah"), Immanuel ("Allah beserta kita"), dan Ismail ("Tuhan Mendengar" / "Tuhan Mendengarkan") biasanya ditafsirkan dan diterjemahkan sebagai "Allah", tetapi tidak jelas apakah ini "el" s mengacu pada dewa pada umumnya atau ke El dewa pada khususnya. [16]
Ela
For other uses see Elah Untuk kegunaan lain melihat Ela
Elah (Hebrew: אֵלָה), (plural "elim") is the Aramaic word for "awesome". Ela (Ibrani: אֵלָה), (jamak "elim") adalah bahasa Aram kata untuk "luar biasa". The origin of the word is uncertain and it may be related to a root word, meaning “fear” or “reverence”. Asal kata ini tidak jelas dan itu mungkin berhubungan dengan akar kata, yang berarti "rasa takut" atau "penghormatan". Elah is found in the Tanakh in the books of Ezra , Daniel , and Jeremiah (Jer 10:11, the only verse in the entire book written in Aramaic.) [ 17 ] Elah is used to describe both pagan gods and the one true God. Ela ditemukan dalam Tanakh dalam kitab Ezra , Daniel , dan Yeremia (Yer 10:11, ayat hanya di seluruh buku ditulis dalam bahasa Aram.) [17] Ela digunakan untuk menggambarkan kedua dewa pagan dan satu Allah yang benar .
• Elah-avahati, God of my fathers, (Daniel 2:23) Ela-avahati, Allah nenek saya, (Daniel 2:23)
• Elah Elahin, God of gods (Daniel 2:47) Ela Elahin, Allah dewa (Daniel 2:47)
• Elah Yerushelem, God of Jerusalem (Ezra 7:19) Ela Yerushelem, Allah Yerusalem (Ezra 7:19)
• Elah Yisrael, God of Israel (Ezra 5:1) Ela Yisrael, Allah Israel (Ezra 5:1)
• Elah Shemaya, God of Heaven (Ezra 7:23) Ela Shemaya, Allah Surga (Ezra 7:23)
Elohim

Elohim Elohim

________________________________________
Problems listening to this file? Masalah mendengarkan file ini? See media help . Lihat media membantu .

Main article: Elohim Artikel utama: Elohim
A common name of God in the Hebrew Bible is Elohim (Hebrew: אלהים). Sebuah nama umum Allah dalam Alkitab Ibrani adalah Elohim (bahasa Ibrani: אלהים).
Despite the -im ending common to many plural nouns in Hebrew, the word Elohim , when referring to God is grammatically singular, and takes a singular verb in the Hebrew Bible. Meskipun akhir-im umum untuk kata benda jamak banyak dalam bahasa Ibrani, kata Elohim, ketika merujuk kepada Tuhan adalah gramatikal tunggal, dan membutuhkan sebuah kata kerja tunggal dalam Alkitab Ibrani. The word is identical to the usual plural of el meaning gods or magistrates, and is cognate to the ' lhm found in Ugaritic , where it is used for the pantheon of Canaanite Gods , the children of El and conventionally vocalized as "Elohim" although the original Ugaritic vowels are unknown. Kata ini identik dengan bentuk jamak biasa dewa makna el atau hakim, dan kognitif untuk 'lhm yang ditemukan di Ugarit , di mana ia digunakan untuk panteon dari Dewa Kanaan , anak-anak El dan konvensional disuarakan sebagai "Elohim" meskipun vokal Ugaritic asli tidak diketahui. When the Hebrew Bible uses elohim not in reference to God, it is plural (for example, Exodus 20:3). Ketika Alkitab Ibrani menggunakan elohim tidak mengacu kepada Tuhan, ini adalah jamak (misalnya, Keluaran 20:3). There are a few other such uses in Hebrew, for example Behemoth . Ada beberapa lain menggunakan seperti dalam bahasa Ibrani, misalnya Behemoth . In Modern Hebrew , the singular word ba'alim ("owner") looks plural, but likewise takes a singular verb. Dalam bahasa Ibrani Modern , yang ba'alim kata singular ("pemilik") terlihat plural, tetapi juga mengambil kata kerja tunggal.
A number of scholars have traced the etymology to the Semitic root *yl , "to be first, powerful", despite some difficulties with this view. [ 18 ] Elohim is thus the plural construct "powers". Sejumlah ulama telah melacak etimologi ke akar Semit * il, "menjadi yang pertama, kuat", meskipun beberapa kesulitan dengan pandangan ini. [18] Elohim adalah plural sehingga membangun "kekuatan". Hebrew grammar allows for this form to mean "He is the Power (singular) over powers (plural)", just as the word Ba'alim means "owner" (see above). tata bahasa Ibrani memungkinkan untuk formulir ini berarti "Dia adalah Kekuatan (tunggal) atas kekuasaan (plural)", seperti kata Ba'alim berarti "pemilik" (lihat di atas). "He is lord (singular) even over any of those things that he owns that are lordly (plural)." "Dia adalah tuan (tunggal) bahkan lebih dari semua hal-hal yang ia memiliki yang agung (jamak)."
Other scholars interpret the -im ending as an expression of majesty ( pluralis majestatis ) or excellence ( pluralis excellentiae ), expressing high dignity or greatness: compare with the similar use of plurals of ba`al (master) and adon (lord). ulama lainnya menafsirkan-im berakhir sebagai ungkapan keagungan (pluralis majestatis) atau keunggulan (pluralis excellentiae), menyatakan martabat tinggi atau kebesaran: membandingkan dengan penggunaan serupa jamak ba `al (master) dan adon (tuan). For these reasons many Trinitarians cite the apparent plurality of elohim as evidence for the basic Trinitarian doctrine of the Trinity . Untuk ini banyak alasan Trinitarian mengutip pluralitas tampak dari elohim sebagai bukti bagi doktrin Trinitas dasar dari Trinitas . This was a traditional position but there are some modern Christian theologians who consider this to be an exegetical fallacy. [ citation needed ] Ini adalah posisi tradisional tetapi ada beberapa Kristen modern teolog yang menganggap hal ini merupakan kesalahan penafsiran [. rujukan? ]
Theologians who dispute this claim cite the hypothesis that plurals of majesty came about in more modern times. Richard Toporoski , a classics scholar, asserts that plurals of majesty first appeared in the reign of Diocletian (284-305 CE). [ 19 ] Indeed, Gesenius states in his book Hebrew Grammar the following: [ 20 ] Teolog yang sengketa klaim ini mengutip hipotesis bahwa bentuk jamak dari keagungan muncul di zaman lebih modern. Richard Toporoski , seorang ulama klasik, menegaskan bahwa bentuk jamak dari keagungan pertama kali muncul pada masa pemerintahan Diocletian (284-305 M). [19] Memang, Gesenius menyatakan dalam bukunya Grammar bahasa Ibrani sebagai berikut: [20]
The Jewish grammarians call such plurals … plur. Para ahli tata bahasa Yahudi panggilan jamak seperti ... Plur. virium or virtutum ; later grammarians call them plur. virium atau virtutum; tatabahasawan kemudian memanggil mereka Plur. excellentiae , magnitudinis , or plur. excellentiae, magnitudinis, atau Plur. maiestaticus . maiestaticus. This last name may have been suggested by the we used by kings when speaking of themselves (compare 1 Maccabees 10:19 and 11:31); and the plural used by God in Genesis 1:26 and 11:7; Isaiah 6:8 has been incorrectly explained in this way). Nama terakhir ini mungkin telah disarankan oleh kami yang digunakan oleh raja-raja ketika berbicara tentang diri mereka sendiri (bandingkan 1 Makabe 10:19 dan 11:31), dan bentuk jamak yang digunakan oleh Allah dalam Kejadian 01:26 dan 11:07; Yesaya 06:08 salah telah dijelaskan dengan cara ini). It is, however, either communicative (including the attendant angels : so at all events in Isaiah 6:8 and Genesis 3:22), or according to others, an indication of the fullness of power and might implied. Namun demikian, baik komunikatif (termasuk petugas malaikat : jadi pada semua peristiwa dalam Yesaya 6:08 dan Kejadian 3:22), atau menurut orang lain, merupakan indikasi dari kepenuhan kuasa, dan kekuatan tersirat. It is best explained as a plural of self-deliberation . Cara terbaik adalah dijelaskan sebagai bentuk jamak dari diri-musyawarah. The use of the plural as a form of respectful address is quite foreign to Hebrew. Penggunaan jamak sebagai bentuk alamat hormat cukup asing untuk Ibrani.
The plural form ending in -im can also be understood as denoting abstraction, as in the Hebrew words chayyim ("life") or betulim ("virginity"). Bentuk jamak berakhiran-im juga dapat dipahami sebagai abstraksi yang menunjukkan, seperti dalam chayyim kata-kata Ibrani ("hidup") atau betulim ("keperawanan"). If understood this way, Elohim means "divinity" or "deity". Jika dipahami dengan cara ini, Elohim berarti "keilahian" atau "dewa". The word chayyim is similarly syntactically singular when used as a name but syntactically plural otherwise. The chayyim Kata sama sintaksis tunggal bila digunakan sebagai nama tapi sintaksis jamak sebaliknya.
The Hebrew form Eloah (אלוהּ, which looks as though it might be a singular feminine form of Elohim ) is comparatively rare, occurring only in poetry and late prose (in the Book of Job , 41 times). Bentuk bahasa Ibrani Eloah (אלוהּ, yang terlihat seolah-olah mungkin bentuk feminin tunggal Elohim) relatif jarang, hanya terjadi dalam puisi dan prosa terlambat (dalam Kitab Ayub , 41 kali). What is probably the same divine name is found in Arabic ( Iah as singular "a god", as opposed to Allah meaning "The God" or "God", "al" in "al-Lah" being the definite article "the") and in Aramaic ( Elaha ). Apa mungkin nama ilahi yang sama ditemukan di Arab (Iah sebagai tunggal "dewa", sebagai lawan kepada Allah berarti "Tuhan" atau "Tuhan", "al" dalam "al-Lah" menjadi artikel pasti "the" ) dan dalam bahasa Aram ( Elaha ). This unusual singular form is used in six places for heathen deities (examples: 2 Chronicles 32:15; Daniel 11:37, 38;). Bentuk tunggal yang tidak biasa digunakan dalam enam tempat untuk dewa-dewa kafir (contoh: 2 Tawarikh 32:15; Daniel 11:37, 38;). The normal Elohim form is also used in the plural a few times, either for gods or images ( Exodus 9:1, 12:12, 20:3; and so forth) or for one god ( Exodus 32:1; Genesis 31:30, 32; and elsewhere). Bentuk normal adalah Elohim juga digunakan dalam bentuk jamak beberapa kali, baik untuk dewa atau gambar ( Keluaran 9:1, 12:12, 20:03, dan sebagainya) atau untuk satu Tuhan ( Keluaran 32:1; Kejadian 31: 30, 32, dan di tempat lain). In the great majority of cases both are used as names of the One God of Israel. Pada sebagian besar kasus keduanya digunakan sebagai nama Tuhan yang Esa Israel.
Eloah , Elohim , means "He who is the object of fear or reverence", or "He with whom one who is afraid takes refuge". Eloah, Elohim, berarti "Dia yang adalah objek dari rasa takut atau hormat", atau "Dia dengan siapa orang yang takut mengambil perlindungan". Another theory is that it is derived from the Semitic root "uhl" meaning "to be strong". Teori lain adalah bahwa hal itu berasal dari akar Semit berarti "Uhl" "untuk menjadi kuat". Elohim then would mean "the all-powerful One", based on the usage of the word "el" in certain verses to denote power or might (Genesis 31:29, Nehemiah 5:5). Elohim maka akan berarti "Satu semua-kuat", berdasarkan penggunaan dari "el" kata dalam ayat-ayat tertentu untuk menunjukkan kekuasaan atau mungkin (Kejadian 31:29, Nehemia 5:5).
In many of the passages in which elohim [lower case] occurs in the Bible it refers to non-Israelite deities, or in some instances to powerful men or judges, and even angels (Exodus 21:6, Psalms 8:5). Dalam banyak bagian di mana elohim [huruf kecil] terjadi dalam Alkitab mengacu pada dewa non-Israel, atau dalam beberapa hal dengan laki-laki kuat atau hakim, dan bahkan malaikat (Keluaran 21:06, Mazmur 8:5).
Eloah sounds similar to the Islamic name for God; Allah. Eloah suara mirip dengan nama Islam untuk Allah; Allah.
`Elyon
Main article: Elyon Artikel utama: Elyon
The name `Elyon (Hebrew: עליון) occurs in combination with El , YHWH or Elohim , and also alone. Nama `Elyon (Ibrani: עליון) terjadi dalam kombinasi dengan El, YHWH atau Elohim, dan juga sendiri. It appears chiefly in poetic and later Biblical passages. Muncul terutama di bagian puitis dan kemudian Alkitab. The modern Hebrew adjective "`Elyon" means "supreme" (as in "Supreme Court") or "Most High". El Elyon has been traditionally translated into English as 'God Most High'. Kata sifat Ibrani modern "` Elyon "berarti" tertinggi "(seperti dalam" Mahkamah Agung ") atau" Maha Tinggi ". El Elyon tradisional telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai 'Allah Maha Tinggi'. The Phoenicians used what appears to be a similar name for God, Έλιον. The Fenisia menggunakan apa yang tampaknya menjadi nama yang sama bagi Allah, Έλιον. It is cognate to the Arabic `Aliyy . Ini adalah serumpun dengan bahasa Arab `Aliyy.
Roi
Main article: El Roi Artikel utama: El Roi
In the Hebrew bible Book of Genesis, specifically Gen 16:13, Hagar calls the divine protagonist, El Roi . Dalam Kitab Kejadian Alkitab Ibrani, khususnya Gen 16:13, Hagar memanggil protagonis ilahi, El Roi . Roi means “seeing". To Hagar, God revealed Himself as “The God Who sees". Roi berarti "melihat". Untuk Hagar, Allah menyatakan diriNya sebagai "Allah yang melihat".
Shaddai

Shadai Shadai

________________________________________
Problems listening to this file? Masalah mendengarkan file ini? See media help . Lihat media membantu .

Main article: Shaddai Artikel utama: Shaddai
Shaddai was a late Bronze Age Amorite city on the banks of the Euphrates river, in northern Syria . Shaddai adalah akhir Zaman Perunggu Amori kota di tepi Efrat sungai, di utara Suriah . The site of its ruin-mound is called Tell eth-Thadyen : "Thadyen" being the modern Arabic rendering of the original West Semitic "Shaddai". Lokasi-nya gundukan merusak disebut Katakan eth-Thadyen: "Thadyen" menjadi modern Arab render asli Barat Semit "Shaddai". It has been conjectured that El Shaddai was therefore the "god of Shaddai" and associated in tradition with Abraham , and the inclusion of the Abraham stories into the Hebrew Bible may have brought the northern name with them (see Documentary hypothesis ). Telah diperkirakan bahwa El Shaddai adalah karena itu "dewa Shaddai" dan terkait dalam tradisi dengan Abraham , dan dimasukkannya cerita Abraham ke dalam Alkitab Ibrani mungkin telah membawa nama utara dengan mereka (lihat hipotesis Dokumenter ).
In the vision of Balaam recorded in the Book of Numbers 24:4 and 16, the vision comes from Shaddai along with El. Dalam visi Bileam dicatat dalam Kitab Bilangan 24:4 dan 16, berasal dari visi bersama dengan El Shaddai. In the fragmentary inscriptions at Deir Alla , though Shaddai is not, or not fully present, [ 21 ] shaddayin appear, less figurations of Shaddai. [ 22 ] These have been tentatively identified with the ŝedim of Deuteronomy 34:17 and Psalm 106:37-38, [ 23 ] who are Canaanite deities.
The name Shaddai (Hebrew: שַׁדַּי) is used as a modifier to the name of God meaning "the almighty" later in the Book of Job .
In the Septuagint and other early translations Shaddai was translated with words meaning "Almighty". The root word "shadad" (שדד) means "to overpower" or "to destroy". This would give Shaddai the meaning of "destroyer" as one of the aspects of God. Thus it is essentially an epithet .
Another theory is that Shaddai is a derivation of a Semitic stem that appears in the Akkadian shadû ("mountain") and shaddā`û or shaddû`a ("mountain-dweller"), one of the names of Amurru . This theory was popularized by WF Albright but was somewhat weakened when it was noticed that the doubling of the medial d is first documented only in the Neo-Assyrian period. However, the doubling in Hebrew might possibly be secondary. In this theory God is seen as inhabiting a mythical holy mountain, a concept not unknown in ancient West Asian mythology (see El ), and also evident in the Syriac Christian writings of Ephrem the Syrian , who places Eden on an inaccessible mountaintop.
An alternative view proposed by Albright is that the name is connected to shadayim which means "breasts" in Hebrew. It may thus be connected to the notion of God's fertility and blessings of the human race. In several instances it is connected with fruitfulness: "May God Almighty [El Shaddai] bless you and make you fruitful and increase your numbers…" (Gen. 28:3). "I am God Almighty [El Shaddai]: be fruitful and increase in number" (Gen. 35:11). "By the Almighty [El Shaddai] who will bless you with blessings of heaven above, blessings of the deep that lies beneath, blessings of the breasts [shadayim] and of the womb [racham]" (Gen. 49:25). Harriet Lutzky has presented evidence that Shaddai was an attribute of a Semitic goddess, linking the epithet with Hebrew šad "breast" as "the one of the Breast", as Asherah at Ugarit is "the one of the Womb". [ 24 ]
It is also given a Midrashic interpretation as an acronym standing for "Guardian of the Doors of Israel" (Hebrew: שׁ וֹמֶר דְ לָתוֹת יִ שְׂרָאֶל). This acronym, which is commonly found as carvings or writings upon the mezuzah (a vessel which houses a scroll of parchment with Biblical text written on it) that is situated upon all the door frames in a home or establishment.
Still another view is that "El Shaddai" is composed of the Hebrew relative pronoun She (Shin plus vowel segol), or, as in this case, as Sha (Shin plus vowel patach followed by a dagesh, cf. A Beginner's Handbook to Biblical Hebrew, John Marks and Virgil Roger, Nashville: Abingdon, 1978 "Relative Pronoun", p. 60, par.45) The noun containing the dagesh is the Hebrew word Dai meaning "enough,sufficient, sufficiency" (cf. Ben Yehudah's Pocket English-Hebrew/Hebrew-English,New York, NY: Pocket Books, Simon & Schuster Inc., 1964, p. 44). This is the same word used in the Passover Haggadah , Dayeinu , "It would have been sufficient." The song entitled Dayeinu celebrates the various miracles God performed while extricating the Hebrews from Egyptian servitude. It is understood as such by The Stone Edition of the Chumash (Torah) published by the Orthodox Jewish publisher Art Scroll, editors Rabbi Nosson Scherman/Rabbi Meir Zlotowitz, Brooklyn, New York: Mesorah Publications Ltd., 2nd edition, 1994, cf. Exodus 6:3 commentary p. 319. 319. The Talmud explains it this way, but says that "Shaddai" stands for "Mi she'Amar Dai L'olamo"—"He who said 'Enough' to His world." When God was creating the world, He stopped the process at a certain point, holding back creation from reaching its full completion, and thus the name embodies God's power to stop creation.
It is often paraphrased in English translations as "Almighty" although this is an interpretive element. Hal ini sering diparafrasekan dalam terjemahan bahasa Inggris sebagai "Maha Kuasa" meskipun hal ini merupakan elemen interpretatif. The name then refers to the pre-Mosaic patriarchal understanding of deity as "God who is sufficient." Nama ini kemudian mengacu pada pemahaman patriarki pra-Musa dewa sebagai "Tuhan yang cukup." God is sufficient, that is, to supply all of one's needs, and therefore by derivation "almighty". Tuhan sudah cukup, yaitu, untuk memasok semua kebutuhan seseorang, dan karena itu oleh derivasi "Maha Kuasa". It may also be understood as an allusion to the singularity of deity "El" as opposed to "Elohim" plural being sufficient or enough for the early patriarchs of Judaism. Hal ini juga dapat dipahami sebagai sebuah referensi terhadap singularitas dari dewa "El" sebagai lawan plural "Elohim" yang memadai atau cukup untuk para leluhur awal Yudaisme. To this was latter added the Mosaic conception of YHWH as God who is sufficient in Himself, that is, a self-determined eternal Being qua Being, for whom limited descriptive names cannot apply. Untuk ini terakhir ditambahkan konsepsi Musa YHWH sebagai Allah yang cukup dalam diriNya, yaitu, qua diri ditentukan Menjadi Menjadi abadi, untuk siapa nama deskriptif yang terbatas tidak dapat diterapkan. This may have been the probable intent of "eyeh asher eyeh" which is by extension applied to YHWH (a likely anagram for the three states of Being past, present and future conjoined with the conjunctive letter vav), cf. Ini mungkin telah menjadi niat kemungkinan "eyeh asher eyeh" yang adalah dengan ekstensi diterapkan untuk YHWH (sebuah anagram mungkin untuk tiga negara Menjadi masa lalu, sekarang dan masa depan siam dengan ditaruh huruf kata penghubung), cf. Exodus 3:13–15. Keluaran 3:13-15.
Shalom
Main article: Shalom Artikel utama: Shalom
Shalom ("Peace"; Hebrew: שלום) Shalom ("Damai"; Ibrani: שלום)
The Talmud says "the name of God is 'Peace'" ( Pereq ha-Shalom , Shab. 10b), ( Judges 6:24); consequently, one is not permitted to greet another with the word shalom in unholy places such as a bathroom ( Talmud , Shabbat , 10b). The Talmud mengatakan "nama Allah adalah 'Damai'" (Pereq ha-Shalom, shab 10b.), ( Hakim 6:24); akibatnya, seseorang tidak diizinkan untuk menyapa lain dengan kata shalom di tempat-tempat suci seperti kamar mandi ( Talmud , Shabbat, 10b). The name Shlomo , "His peace" (from shalom , Solomon , שלומו), refers to the God of Peace. Shalom can also mean either "hello" or "goodbye", depending on context ( cf. " Aloha "). Nama Shlomo, "perdamaian-Nya" (dari shalom, Salomo , שלומו), mengacu pada Allah Damai dapat. juga Shalom berarti "halo" atau "selamat tinggal", tergantung pada konteks (cf. " Aloha ").
Shekhinah
Main article: Shekhinah Artikel utama: Shekhinah
Shekhinah (Hebrew: שכינה) is the presence or manifestation of God which has descended to "dwell" among humanity. Shekhinah (Ibrani: שכינה) adalah adanya atau manifestasi dari Allah yang telah turun ke "tinggal" di antara manusia. The term never appears in the Hebrew Bible ; later rabbis used the word when speaking of God dwelling either in the Tabernacle or amongst the people of Israel. Istilah ini tidak pernah muncul dalam Alkitab Ibrani ; rabi kemudian digunakan kata ketika berbicara tentang Allah tinggal baik di Tabernakel atau di antara orang Israel. The root of the word means "dwelling". Akar kata berarti "tinggal". Of the principal names of God, it is the only one that is of the feminine gender in Hebrew grammar. Dari nama-nama utama Allah, itu adalah satu-satunya yang dari jenis kelamin feminin dalam tata bahasa Ibrani. Some believe that this was the name of a female counterpart of God, but this is unlikely as the name is always mentioned in conjunction an article (eg: "the Shekhina descended and dwelt among them" or "He removed Himself and His Shekhina from their midst"). Beberapa percaya bahwa ini adalah nama sebuah counterpart betina dari Allah, tetapi ini tidak mungkin seperti namanya selalu disebutkan bersama sebuah artikel (misalnya: "yang Shekhina turun dan diam di antara mereka" atau "Dia dihapus diriNya dan Shekhina Nya dari mereka tengah-tengah "). This kind of usage does not occur in Semitic languages in conjunction with proper names. Penggunaan semacam ini tidak terjadi dalam bahasa Semit dalam hubungannya dengan nama yang tepat.
The Arabic form of the word " Sakina سكينة" is also mentioned in the Quran. The Arab bentuk kata " Sakina سكينة "juga disebutkan dalam Quran. This mention is in the middle of the narrative of the choice of Saul to be king and is mentioned as descending with the ark of the covenant , here the word is used to mean "security" and is derived from the root sa-ka-na which means dwell: menyebutkan ini di tengah narasi pilihan Saul menjadi raja dan disebutkan sebagai turun dengan tabut perjanjian , di sini kata tersebut digunakan untuk berarti "keamanan" dan berasal dari akar sa-ka-na yang berarti tinggal:
And (further) their Prophet said to them: "A Sign of his authority is that there shall come to you the Ark of the Covenant, with (an assurance) therein of security from your Lord, and the relics left by the family of Moses and the family of Aaron, carried by angels. In this is a Symbol for you if ye indeed have faith." Dan (selanjutnya) Nabi mereka berkata kepada mereka: "Sebuah Daftar kekuasaannya adalah bahwa ada akan datang kepada Anda Tabut Perjanjian, dengan (jaminan suatu) di dalamnya keamanan dari Tuhanmu, dan peninggalan yang ditinggalkan oleh keluarga Musa dan keluarga Harun, dibawa oleh malaikat Dalam hal ini adalah Simbol untuk Anda jika. kamu memang memiliki iman. "
Yah
The name Yah is composed of the first two letters of YHWH. Nama Yah tersusun dari dua huruf pertama YHWH. It appears often in names, such as Elijah or Adonijah. Ini sering muncul dalam nama, seperti Elia atau Adonia. The Rastafarian Jah is derived from this, as is the expression Hallelujah . The Rastafarian Jah berasal dari ini, karena merupakan ekspresi Haleluya . Found in the Authorized King James Version of the Bible at Psalm 68:4. Ditemukan di Authorized King James Version dari Alkitab di Mazmur 68:4. Different versions report different names such as: YAH, YHWH, LORD, GOD and JAH. Versi berbeda melaporkan nama-nama yang berbeda seperti: YAH, YHWH, TUHAN, TUHAN dan Jah.
YHWH Tzevaot
The name YHWH and the title Elohim frequently occur with the word tzevaot or sabaoth ("hosts" or "armies", Hebrew: צבאות) as YHWH Elohe Tzevaot ("YHWH God of Hosts"), Elohe Tzevaot ("God of Hosts"), Adonai YHWH Tzevaot ("Lord YHWH of Hosts") and, most frequently, YHWH Tzevaot ("YHWH of Hosts"). YHWH nama dan judul Elohim sering terjadi dengan tzevaot kata atau Sabaoth ("tuan rumah" atau "tentara", Ibrani: צבאות) sebagai YHWH Elohe Tzevaot ("YHWH Tuhan semesta alam"), Elohe Tzevaot ("Tuhan semesta alam") , Adonai YHWH Tzevaot ("YHWH Tuhan Semesta Alam") dan, yang paling sering, YHWH Tzevaot ("YHWH semesta alam").
This compound name occurs chiefly in the prophetic literature and does not appear at all in the Torah , Joshua or Judges . Nama senyawa ini terjadi terutama dalam literatur kenabian dan tidak muncul sama sekali dalam Taurat , Yosua atau Hakim . The original meaning of tzevaot may be found in 1 Samuel 17:45, where it is interpreted as denoting "the God of the armies of Israel". Arti asli tzevaot dapat ditemukan dalam 1 Samuel , 17:45 mana ditafsirkan sebagai yang menunjukkan "Allah tentara Israel". The word, in this special use is used to designate the heavenly host , while otherwise it always means armies or hosts of men, as, for example, in Exodus 6:26, 7:4, 12:41. Kata, dalam hal ini digunakan khusus digunakan untuk menunjuk penghuni surga , sedangkan jika tidak selalu berarti tentara atau host laki-laki, seperti, misalnya, dalam Keluaran 6:26 7:04,, 12:41.
The Latin spelling Sabaoth combined with the golden vines over the door on the Herodian Temple (built by the Idumean Herod the Great ) led to false-identification by Romans with the god Sabazius . The Sabaoth ejaan Latin dikombinasikan dengan tanaman merambat emas di atas pintu di Candi Herodian (dibangun oleh Idumean Herodes Agung ) menyebabkan false-identifikasi oleh Roma dengan dewa Sabazius .
HaMakom
"The Omnipresent" (literally, The Place) (Hebrew: המקום) "The omnipresent" (harfiah, Tempat) (Ibrani: המקום)
Used in the traditional expression of condolence; המקום ינחם אתכם בתוך שאר אבלי ציון וירושלים HaMakom yenachem etchem betoch sh'ar aveilei Tziyon V'Yerushalayim —"The Place (ie, The Omnipresent One) will comfort you (pl.) among the mourners of Zion and Jerusalem." Digunakan dalam ekspresi tradisional belasungkawa; המקום ינחם אתכם בתוך שאר אבלי ציון וירושלים HaMakom yenachem etchem sh'ar betoch aveilei Tziyon V'Yerushalayim - "Tempat (yaitu, The omnipresent Satu) akan menghibur Anda (gb.) di antara para pelayat dari Sion dan Yerusalem. "
Tujuh Nama Allah
In medieval times, God was sometimes called The Seven. [ 25 ] Among the ancient Hebrews, [ clarification needed ] the seven names for the God of Israel over which the scribes had to exercise particular care were: [ 26 ] Pada abad pertengahan, Allah kadang-kadang disebut Tujuh. [25] Di antara Ibrani kuno, [ klarifikasi diperlukan ] tujuh nama untuk Allah Israel dimana ahli-ahli Taurat harus melakukan perawatan khusus adalah: [26]
1. Eloah Eloah
2. Elohim Elohim
3. Adonai Adonai
4. Ehyeh-Asher-Ehyeh Ehyeh-Asher-Ehyeh
5. YHWH YHWH
6. El Shaddai El Shaddai
7. Tzevaot Tzevaot
Lesser menggunakan nama Allah
• Adir —"Strong One" Adir - "Satu Kuat"
• Adon Olam —"Master of the World" Adon Olam - "Master Dunia"
• Aibishter —"The Most High" ( Yiddish ) Aibishter - "Yang Maha Tinggi" ( Yiddish )
• Aleim —sometimes seen as an alternative transliteration of Elohim Aleim-kadang-kadang dipandang sebagai alternatif Transliterasi Elohim
• Avinu Malkeinu —"Our Father, our King" Menyertai kamu Malkeinu - "Bapa kami, Raja kami"
• Boreh —"the Creator" Boreh - "Sang Pencipta"
• Ehiyeh sh'Ehiyeh —"I Am That I Am": a modern Hebrew version of "Ehyeh asher Ehyeh" Ehiyeh sh'Ehiyeh - "I Am That I Am": versi Ibrani modern "Ehyeh asher Ehyeh"
• Elohei Avraham, Elohei Yitzchak ve Elohei Ya`aqov —"God of Abraham, God of Isaac, God of Jacob" Elohei Avraham, Elohei Yitzchak telah Elohei Ya `aqov -" Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub "
• Elohei Sara, Elohei Rivka, Elohei Leah ve Elohei Rakhel —"God of Sarah, God of Rebecca, God of Leah, God of Rachel" Elohei Sara, Elohei Rivka, Leah Elohei ve Elohei Rakhel - "Allah Sarah, Rebecca Allah, Allah Leah, Allah Rachel"
• El ha-Gibbor —"God the hero" or "God the strong one" or "God the warrior" El ha-Gibbor - "Allah pahlawan" atau "Tuhan yang kuat satu" atau "prajurit Tuhan"
• Emet —"Truth" Emet - "Kebenaran"
• E'in Sof —"endless, infinite", Kabbalistic name of God E'in Sof - "tanpa akhir, tak terbatas", Kabbalistik nama Tuhan
• HaKadosh, Baruch Hu —"The Holy One, Blessed be He" HaKadosh, Hu Baruch - "The One Kudus, Terpujilah Dia"
• Kadosh Israel —"Holy One of Israel" Kadosh Israel - "Satu Kudus dari Israel"
• Melech HaMelachim —"The King of kings " or Melech Malchei HaMelachim "The King, King of kings", to express superiority to the earthly rulers title. Phillip Birnbaum renders it "The King Who rules over kings" Melekh HaMelachim - "The Raja segala raja "atau Melekh Malchei HaMelachim" Raja, Raja segala raja ", untuk menyatakan keunggulan dengan judul penguasa duniawi. Phillip Birnbaum menjadikan itu "Raja Siapa yang memerintah atas raja-raja"
• Makom or HaMakom —literally "the place", perhaps meaning "The Omnipresent"; see Tzimtzum Makom atau HaMakom-harfiah "tempat", mungkin artinya "omnipresent"; lihat Tzimtzum
• Magen Avraham —"Shield of Abraham" Magen Avraham - "Perisai Abraham"
• Ribono shel `Olam —"Master of the World" Ribono Shel Olam ` - "Master of the World"
• Ro'eh Yisra'el —"Shepherd of Israel" Ro'eh Yisra'el - "Gembala Israel"
• YHWH-Yireh (Adonai-jireh) —"The LORD will provide" ( Genesis 22:13–14 ) YHWH-Yireh (Adonai-Jireh) - "TUHAN akan menyediakan" ( Kejadian 22:13-14 )
• YHWH-Rapha —"The LORD that healeth" ( Exodus 15:26 ) YHWH-Rapha - "TUHAN itu healeth" ( Keluaran 15:26 )
• YHWH-Niss"i (Adonai- Nissi ) —"The LORD our Banner" ( Exodus 17:8–15 ) YHWH-Niss "i (Adonai- Nissi ) - "TUHAN Banner kita" ( Keluaran 17:8-15 )
• YHWH-Shalom —"The LORD our Peace" ( Judges 6:24 ) YHWH-Shalom - "TUHAN Perdamaian kita" ( Hakim 06:24 )
• YHWH-Ro'i —"The LORD my Shepherd" ( Psalm 23:1 ) YHWH-Ro'i - "TUHAN Gembala-Ku" ( Mazmur 23:01 )
• YHWH-Tsidkenu —"The LORD our Righteousness" ( Jeremiah 23:6 ) YHWH-Tsidkenu - "TUHAN Kebenaran kita" ( Yeremia 23:06 )
• YHWH-Shammah (Adonai-shammah) —"The LORD is present" ( Ezekiel 48:35 ) YHWH-Syama (Adonai-Syama) - "TUHAN hadir" ( Yehezkiel 48:35 )
• Tzur Israel —" Rock of Israel " Tzur Israel - " Rock Israel "
Dalam bahasa Inggris
The words "God" and "Lord" (used for the Hebrew Adonai) are often written by many Jews as " Gd " and " L-rd " as a way of avoiding writing a name of God, so as to avoid the risk of sinning by erasing or defacing his name. Kata-kata "Allah" dan "Tuhan" (digunakan untuk Adonai Ibrani) sering ditulis oleh banyak orang Yahudi sebagai "Tuhan" dan "L-rd" sebagai cara untuk menghindari penulisan nama Allah, sehingga untuk menghindari risiko berdosa dengan menghapus atau mengotori namanya. In Deuteronomy 12:3–4, the Torah exhorts one to destroy idolatry, adding, "you shall not do such to the L ORD your God." Dalam Ulangan 12:3-4, yang Taurat mendesak satu untuk menghancurkan penyembahan berhala, menambahkan, "Anda tidak akan melakukan tersebut kepada ORD L Allahmu." From this verse it is understood that one should not erase the name of God. Dari ayat ini dipahami bahwa seseorang tidak boleh menghapus nama Tuhan. The general rabbinic opinion is that this only applies to the sacred Hebrew names of God—but not to the word "God" in English or any other language. Jenderal rabi berpendapat adalah bahwa ini hanya berlaku untuk nama-nama Ibrani suci Allah-tetapi tidak untuk kata "Allah" dalam bahasa Inggris atau bahasa lainnya. Even among Jews who consider it unnecessary, many nonetheless write the name "God" in this way out of respect, and to avoid erasing God's name even in a non-forbidden way. Bahkan di antara orang Yahudi yang menganggap tidak perlu, banyak tetap saja menulis nama "Tuhan" dengan cara ini untuk menghormati, dan untuk menghindari menghapus nama Allah bahkan dalam cara yang tidak dilarang.
cerita rakyat Inggris
A partial coincidence with this list appears in a medieval verbal charm from British folk medicine: Sebuah kebetulan parsial dengan daftar ini muncul dalam pesona verbal abad pertengahan dari obat rakyat Inggris:
† El † Elye † Sabaoth El † † † Elye Sabaoth
† Adonay † Alpha † Omega † Messias Adonay † † † Alpha Omega † Messias
† Pastor † Agnus † Fons [ 27 ] [ 28 ] Pastor † † † agnus Fons [27] [28]


menggunakan Kabbalistik
The system of cosmology of the Kabbalah explains the significance of the names. Sistem kosmologi dari Kabbalah menjelaskan pentingnya nama.
One of the most important names is that of the En Sof אין סוף ("Infinite" or "Endless"), who is above the Sefirot . Salah satu nama yang paling penting adalah bahwa dari En Sof אין סוף ("Infinite" atau "Endless"), yang berada di atas Sefirot .
The forty-two-lettered name contains the combined names אהיה יהוה אדוני הויה, that when spelled in letters it contains 42 letters. The-dua nama berhuruf empat puluh berisi nama-nama gabungan אהיה יהוה אדוני הויה, bahwa ketika dieja dalam huruf mengandung 42 huruf. The equivalent in value of YHWH (spelled הא יוד הא וו = 45) is the forty-five-lettered name. Setara nilai YHWH (dieja הא יוד הא וו = 45) adalah nama empat puluh lima-berhuruf.
The seventy-two-lettered name is based from three verses in Exodus (14:19–21) beginning with "Vayyissa", "Vayyabo" and "Vayyet" respectively. The-dua nama berhuruf tujuh puluh didasarkan dari tiga ayat-ayat dalam Keluaran (14:19-21) diawali dengan "Vayyissa", "Vayyabo" dan "Vayyet" masing-masing. Each of the verses contains 72 letters, and when combined they form 72 names, known collectively as the Shemhamphorasch . Setiap ayat berisi 72 surat, dan ketika digabungkan mereka membentuk 72 nama, disebut sebagai Shemhamphorasch .
The kabbalistic book Sefer Yetzirah explains that the creation of the world was achieved by the manipulation of the sacred letters that form the names of God. The Kabbalistik buku Sefer Yetzirah menjelaskan bahwa penciptaan dunia dicapai oleh manipulasi dari surat-surat suci yang membentuk nama Allah.
Hukum menulis nama ilahi


The Psalms in Hebrew and Latin . Mazmur dalam bahasa Ibrani dan Latin . Manuscript on parchment , 12th century. Naskah pada perkamen , abad ke-12.
According to Jewish tradition, the sacredness of the divine names must be recognized by the professional scribe who writes the Scriptures, or the chapters for the tefillin and the mezuzah . Before transcribing any of the divine names he prepares mentally to sanctify them. Once he begins a name he does not stop until it is finished, and he must not be interrupted while writing it, even to greet a king. If an error is made in writing it, it may not be erased, but a line must be drawn round it to show that it is canceled, and the whole page must be put in a genizah (burial place for scripture) and a new page begun.
The tradition of seven divine names
According to Jewish tradition, the number of divine names that require the scribe's special care is seven: El , Elohim , Adonai , YHWH , Ehyeh-Asher-Ehyeh , Shaddai , and Tzevaot .
However, Rabbi Jose considered Tzevaot a common name (Soferim 4:1; Yer. RH 1:1; Ab. RN 34). Rabbi Ishmael held that even Elohim is common (Sanh. 66a). All other names, such as "Merciful", "Gracious" and "Faithful", merely represent attributes that are common also to human beings (Sheb. 35a).