Selasa, 15 Februari 2011

kohensi

Kohesi(ilmu komputer/computer science) merupakan tingkat saling keterkaitan antara komponen-komponen(seperti data member dan member function) yang terdapat pada sebuah kelas(biasa juga disebut modul) dalam suatu pemrograman berorientasi objek(PBO). Sebuah kelas dalam PBO dibuat dengan tujuan merepresentasikan suatu objek, oleh karena itu semua komponen dalam sebuah kelas seharusnya menggambarkan komponen yang dimiliki objek tersebut. Dengan kata lain semakin tinggi keterkaitan anatara komponen-komponen dlam sebuah kelas maka kan semakin baik pula kelas tersebut, semakin tinggi kohesi yang ada maka akan semakin baik. Kohesi dibagi menjadi beberapa tingkatan, antara lain:
• Kohesi berdasarkan kebetulan
Saat bagian dari satu class dibagi-bagi secara acak dan bagian-bagian tersebut tidak mempunyai hubungan yang penting.
• Kohesi berdasarkan logika
Saat bagian-bagian dari satu class dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu karena secara logika bagian tersebut melakukan suatu fungsi/hal yang sama.
• Kohesi berdasarkan waktu
Saat bagian-bagian dari sebuah class dikelompokkan berdasarkan waktu pemrosesan. Bagian-bagian yang diproses dalam waktu bersamaan dikelompokan dalam satu tempat.
• Kohesi berdasarkan cara/urutan
Saat bagian-bagian dari sebuah class dikelompokan karena bagian-bagian tersebut pasti dieksekusi secara berurutan. Misal fungsi mengecek izin file selau dilakukan sebelum membuka file
• Kohesi berdasarkan pengelolaan data
Saat bagian-bagian dari sebuah class dikelompokan karena mereka mengelola data yang sama
• Kohesi berdasarkan sebab akibat/sambungan
Saat bagian-bagian dari sebuah class dikelompokan karena output dari satu bagian adalah input dari bagian lainnya.
• Kohesi berdasarkan fungsi
Saat bagian-bagian dari sebuah class dikelompokan karena mereka semua berperan dalam sebuah tugas dari class
Referansi:
Halaman 352,Bennet,Simon.2002. OBJECT-ORIENTED SYSTEM ANALYSIS &DESIGN USING UML (second edition). Mc Graw Hill, UK



KOHESI
(Dra. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd/FPBS UPI)
Kohesi merujuk pada kesinambungan antarbagian dalam teks (Gerot dan Wignell, 1994: 170). Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik atau koheren. Kohesi merujuk pada perpauatan bentuk, sedangkan koherensi pada perpautan makna. Pada umumnya wacana yang baik memiliki keduanya (Djajasudarma, 2006: 44). Relasi kohesi itu dapat menggunakan referensi, kohesi leksikal, dan konjungsi.
1. Referensi

Referensi mengacu pada sistem yang memperkenalkan dan memberi penjelasan identitas partisipannya. Kalau kita menemukan “it” pada teks, kita tidak akan dapat mengidentifikasinya tanpa membaca bagian yang lain atau mengetahui konteksnya (Gerot dan Wignell, 1994: 170). Menurut Lubis (1991: 28) referensi adalah hubungan antara kata dengan benda. Djajasudarma (2006:48) menambahkan bahwa lebih luas lagi referensi adalah hubungan bahasa dengan dunia. Lyons (dalam Lubis, 1991: 29) mengungkapkan bahwa hubungan antara bahasa dengan dunia itu harus memperhatikan si pembicara karena si pembicaralah yang paling tahu tentang referensi kalimatnya.
1.1 Sistem Referensi

Menurut (Gerot dan Wignell, 1994: 171) ada tiga hal yang dibedakan pada bagian ini.
a. Partisipan dapat disebutkan pada bagian awal teks (presenting reference) atau

Pada bagian berikutnya (presuming reference).
b. Referensi itu dapat berupa kelas yang umum (generic class) atau yang khusus (specific individual).
c. Referensi itu dapat berupa perbandingan (+comparison) atau bukan perbandingan (-comparison).

Berikut ini contohnya.
a) Most snakes move in a serpenting crawl.
They throw their bodies ino curves.
snakes: generic, presenting, -comparison
they: generic, presuming, -comparison
b) We saw lots of snakes at Reptile World.
Some of them came out of the logs and ate the dead mice.
lots of snakes : specific, presenting, -comparison
some of them: specific, presuming, +comparison
the other snakes: specific, presuming, +comparison
Lubis mengungkapkan bahwa referensi dalam bahasa Indoensia terbagi atas tiga bagian, yaitu referensi personal, referensi demonstratif, dan referensi komparatif (1991: 32).
(1) Referensi personal atau kata ganti orang ini terbagi atas kata ganti orang I, kata ganti orang II, dan kata ganti orang III, baik dalam bentuk tunggal maupun jamak.



Jenis/ Bentuk Tunggal Jamak
Kata ganti orang I saya, aku, nama diri kami, kita
Kata ganti orang II Anda, kamu, Saudara, Bapak, Ibu, Kakak, Adik,dll Anda semua, Saudara-saudara, Bapak-bapak, Ibu-ibu, dll.
Kata ganti orang III dia, ia mereka

(2) Referensi demonstratif
Kata ganti demonstratif seperti ini, itu, di sana, di sini dapat digunakan sebagai referensi. Berikut ini contohnya.
a) Berhati-hatilah di tempat tinggal yang baru ini.

Itu akan banyak manfaatnya nanti.
b) Rumahnya besar dan indah.

Itu dibelinya dengan uang sendiri.
c) Tempat itu sungguh indah.

Di sana pemandangannya luar biasa.

(3) Referensi komparatif
Referensi komparatif dalam bahasa Indonesia, misalnya sama, persis, serupa, lain, dan berbeda.
a) Wajah gadis itu sama benar dengan teman lamaku.
b) Gaun yang dipakainya persis dengan gaun yang artis itu pakai.
c) Anak itu nakal sekali, lain dengan kakaknya.
d) Berbeda dengan kemarin, hari ini gadis itu manis sekali.

2.2 Retrieval

Retrieval dalam teks dapat melalui konteks budaya yang biasa disebut homophora. Konteks kultur ini mengacu pada budaya secara keseluruhan, seperti penutur sebuah bahasa atau budaya pada pasangan suami isteri. Misalnya:
When I woke up this morning, the sun was shining.
Pada teks ini kita menemukan identitas “the sun” melalui pengetahuan budaya; tidak akan ada yang bertanya, “Which sun?”
Pada lingkup budaya yang lebih sempit lagi, misalnya seorang isteri bertanya pada suaminya, “Have you fed the cat yet?”. Identitas “the cat” sudah jelas dan tidak akan dipertanyakan lagi. Contoh lain pada kalimat, “I heard the prime minister on the radio this morning”. Identitas “the prime minister” pada konteks itu melalui homophora.
Berikut ini contoh homophora. Community Homophoric nominal group
English speaker the sun, the ozone, layer, the stars
Nations the prime minister, the president
Catholics the holiness
Business the manager, the secretary
Family the dog, the cat, the baby

Jika teks dilanjutkan menjadi “I heard the prime minister on the radio this morning and he said …”. Reference yang pertama melalui homophora, sedangkan yang kedua melalui anaphora.
Pencarian identitas itu dapat juga melalui konteks situasi. Retrieval semacam ini disebut exophora.
That koala over there is really sleepy.
Untuk dapat mengidentifikasi “that koala over there” kita harus mengetahui konteksnya.
Referensi yang ada pada teks itu sendiri disebut endophora, jika di bagian awal disebut anaphora, jika di bagian akhir disebut cataphora.
Misalnya:
(a) Some snakes, tharough not venomous, are still deadly.

They squeeze their victim to death. (anaphora)
(b) It was a venomous one that small green snake. (cataphora)

Berikut ini contoh lain dalam bahasa Indonesia.
(a) Saudara-saudara sekalian.Kita harus segera berangkat sekarang. (anafora)
(b) Saya, Yeti, dan Lilis bersahabat. Kami selalu pulang bersama-sama. (anafora)
(c) Bawa mereka masuk. Teman-temanmu sudah kepanasan di luar. (katafora)
(d) Apakah beliau sudah datang? Dosen kita?

2. Kohesi Leksikal dan Areanya
Kohesi leksikal adalah hubungan antara kata-kata dalam sebuah teks. Kategori kohesi leksikal adalah sebagai berikut ini.
1) General
a. Repetisi (termasuk infleksi dan derivasi)

- leave, leave, leaving, left
- Dia lagi, dia lagi yang menjadi penyebab masalah itu.
b. Sinonim (sama makna)

- leave = depart
- masuk = ke dalam
c. Antonim (lawan makna kata)

- leave >< arrive - ke luar >< ke dalam
d. Hiponim (kelas/superordinat dan subkelas)

- flower rose, jasmine, orchid
rose – jasmine – orchid = kohiponim
- melihat memandang, melirik, menatap, menoleh
memandang- melirik- menatap- menoleh = kohiponim
- membawa menjinjing, menggendong, menggotong
menjinjing- menggendong- menggotong = kohiponim
e. Meronimi (keseluruhan - bagiannya)

- flower - petal
petal, stem = komeronimi
- rumah - jendela
jendela, pintu = komeronimi
- sekolah - guru
guru, siswa = komeronimi
2) Instantial
a. Ekuivalen (dua atau lebih items yang sama pada teks)

- The sailor was their daddy.
- Guru itu ayah saya.
b. Naming

- They called their puppy Flutty.
- Dia memanggil ibunya Bunda.
c. Kemiripan (dua atau lebih items mirip satu sama lain)
- The waves roared in and he could see their white caps looking like seahorse.

4. Penanda Kohesi yang Lain
Penanda kohesi selain referensi, kohesi leksikal, dan konjungsi, menurut Lubis (1991: 28) masih ada penanda kohesi lainnya, yaitu substitusi dan elips.
1) Substitusi

Kalau referensi adalah penanda hubungan makna, substitusi adalah penanda hubungan gramatikal. Substitusi dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu substitusi nominal, substitusi verbal, dan substitusi klausa. Berikut ini contohnya
(1) Saya lihat buah durian ini bagus-bagus.
Yang ini sudah masak.(nominal)
(2) Banyak saya lihat gedung-gedung bertingkat di kampus itu.
Gedung apa itu? (nominal)
(3) Karena semua mandi, maka saya melakukan yang sama. (verbal)
Mereka bekerja keras di sana. Kami berusaha juga. (verbal)
(4) Anak-anak dilarang melompati pagar.
Namun, mereka melakukannya juga. (verbal)
(5) Promotor kita sudah sampai hari ini dari Jakarta.
Saya dengar demikian.(klausa)
(6) Belakangan ini kesebelasan Persib selalu kalah.
Di segitiga ini pun saya dengar begitu.
Saya harap tidak. (klausa)

2) Elips
Elips adalah pengilangan salah satu bagian dari unsur kalimat. Sebenarnya elips sama prosesnya dengan substitusi, tetapi elips ini digantikan oleh sesuatu yang kosong. Berikut ini contohnya.
(1) Kami berangkat hari ini.
Mereka juga.
(2) Mahasiswa sedang mempelajari teori-teori Linguistik.
Semantik juga.
(3) Mereka belajar giat pada semester ini.
Semester lalu juga.
Demikianlah uraian tentang kohesi yang diambil dari sumber utama M aking Sense of Functional Grammar karya Linda Gerot dan Peter Wignell dan diperkaya dengan pendapat ahli lain dengan contoh-contoh dalam bahasa Indonesia.




DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung:
Refika Aditama.
Gerot, Linda dan Peter Wignell. 1994. Making Sense of Functional Grammar. Sydney: Gerd
Stabler.
Lubis, A. Hamid Hasan.1991. Analisis Wacana Pragmatik.Bandung: Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar