Selasa, 01 Juni 2010

ayat-ayat cinta

Cinta, adalah sebuah kekuatan universal yang tak pernah bosan untuk diperbincangkan. Bahkan sebagian ulama terdahulu ada yang sangat ahli tehadap permasalahan hati dan cinta. Sebut saja Ibnu Qayyim dengan kitab Raudhatul Muhibbin-nya.
Maka tak heran kalau segla hal yang berbau cinta selalu laris di pasaran. Mulai film, lagu, hingga novel dan buku. Novel-Novel Mira W misalnya, yang cukup bertahan lama dengan menyuguhkan nuansa cinta ala remaja dan kehidupan yang serba hedonis. Atau buku-buku Kahlil Gibran yang cukup fenomenal. Semuanya menyajikan estetika cinta dengan format dan sudut pandang yang berbeda.
Begitu juga dengan Novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy ini. Novel yang disebut-sebut sebagai novel penggugah jiwa ini mengambil tema cinta dengan perspektif yang tidak biasa. Dalam Novelnya, Kang Abik, begitulah penulis lulusan Al-azhar ini biasa disapa, menyampaikan tentang hakekat cinta yang jauh dari unsur-unsur syahwat dan komersial.
Novel ini menceritakan tentang kisah cinta seorang pemuda Indonesia bernama Fahri dan seorang gadis Jerman bercadar bernama Maria yang sama-sama kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo. Fahri digambarkan sebagai pemuda yang memliki kepribadian hampir sempurna, teguh memegang prinsip, berhati lembut dan memiliki seorang sahabat beragama Kristen koptik bernama Maria.
Fahri tinggal di sebuah Flat dan bertetangga dengan Maria. Selain itu Fahri juga memiliki tetangga seorang yang berperangai kasar dan berkulit gelap. Bahadur, nama orang itu, memilki seorang anak perempuan yang bernama Noura. Suatu malam Noura disiksa oleh Bahadur hingga berdarah. Fahri yang mengetahui hal itu meminta bantuan Maria melalui sms untuk menyelamatkan Noura. Akhirnya Noura dibawa lari dan menginap di kamar Maria. Dalam bab-bab berikutnya diceritakan, bahwa peristiwa itu kemudian menyeret Fahri dalam sebuah permasalahan besar, bahkan jiwanya hampir terancam.
Diam-diam Noura mencintai Fahri, kemudian Noura membuat cerita bohong bahwa Fahri telah memperkosanya. Hal ini membuat Fahri harus mendekam dalam penjara dan mengalami penyiksaan. Padahal saat itu adalah masa-masa awal pernikahannya dengan Aisha.
Tidak cukup sampai di situ ujian keimanan yang dialami Fahri. Ternyata Maria juga menaruh hati pada Fahri. Maria jatuh sakit karena kecintaanya yang dalam pada Fahri. Sebuah pilihan yang sulit bagi Fahri ketika Aisha memintanya untuk menikahi Maria, demi menyelematkan jiwa Maria. Sedang Fahri pernah berjanji untuk tidak menduakan Aisha. Sebuah prinsip memegang janji yang dibenturkan dengan keselamatan jiwa seseorang.
Kang Abik sangat lihai dalam memainkan cerita. Ada kejutan-kejutan tak terduga dalam tiap babnya. Hal ini dijumpai hampir dalam setiap karyanya. Seolah Kang Abik ingin mengubah paradigma sinetron Indonesia serta novel-novel lainnya yang ceritanya mudah sekali ditebak. Begitu juga bahasa yang digunakan mengalir begitu saja, namun tetap indah. Mudah dimengerti oleh semua kalangan, baik sastrawan, politikus, hingga orang yang awam sastra. 10 referensi yang digunakan oleh Kang Abik dalam menulis novel ini, semakin menambah kualitas dan kekuatan cerita. Tidak salah kalau kemudian ada yang mengatakan bahwa Ayat-Ayat Cinta menjadi referensi bagi berbagai disiplin ilmu. Fiqih, hukum, politik, dan sastra.
Novel Kang Abik yang spektakuler dan sempat menghebohkan jagad perbukuan ini telah dicetak berkali-kali dan menjadi inspirasi bagi para penulis muda untuk membuat novel-novel sejenis yang juga bertemakan cinta. Karya-karya mereka tergolong laris di pasaran, bahkan sebagian ada yang menyabet predikat best seller. Fenomena ini membuktikan bahwa kehadiran ayat-ayat cinta membawa berkah bagi banyak kalangan, terutama dunia penerbitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar