Selasa, 01 Juni 2010

ayat-ayat cinta

Novel Ayat Ayat Cinta yang ditulis oleh seorang novelis sekaligus sarjana lulusan Universitas Al Azhar, Habiburrahman El Shirazy, adalah sebuah novel roman Islami yang menyajikan nilai-nilai ajaran Islam dengan gaya artistik yang sangat berbeda dengan novel Islami yang selama ini telah banyak dihasilkan. Novel setebal 411 ini diterbitkan pertama kali pada bulan Desember 2004 , dan cetakan keduanya menyusul pada Januari 2005.

Sebagai sebuah novel Islami, nilai-nilai ke-Islaman dalam novel ini disajikan dengan bentuk yang sangat santun sehingga menimbulkan kesan natural tanpa harus berkesan ‘memaksakan’ kehadiran nilai-nilai ke-Islaman tersebut. Hal ini menyebabkan siapa pun yang membaca novel ini secara tidak sadar telah meresapi nilai-nilai Islami tersebut di dalam dirinya. Sehingga secara otomatis pula, wawasan pembaca tentang nilai-nilai ke-Islaman semakin bertambah.


Kelebihan lain yang dimiliki oleh sang penulis adalah kemampuannya untuk menggambarkan setiap setting atau latarbelakang kondisi lingkungan sekitar yang terjadi dalam novel tersebut. Cara penuturan gaya ‘orang pertama’ yang dipilihnya telah membuat suasana dalam setiap kejadian terasa ‘hidup’ dan berhasil membawa pembacanya, termasuk saya sendiri, seolah-olah mengalami dan melihat secara langsung setiap kejadian yang ada. Suasana kota Mesir yang menjadi setting utama dalam novel ini mampu ia gambarkan secara detail dan mendalam yang membuat saya merasa seolah-olah telah mengetahui Mesir dan bahkan merasa pernah tinggal dan menetap di sana.

Selain nilai-nilai ajaran Islam, dalam novel ini kita juga dapat menemukan berbagai isu yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Mesir khususnya, dan masyarakat kita sendiri pada umumnya. Bagaimana ia menggambarkan karakter umum masyarakat Mesir yang berhati halus dan ramah, dengan mengambil referensi darai perkataan Rasulullah SAW kepada sahabatnya, “jika kelak membuka bumi Mesir hendaknya bersikap halus dan ramah”. Selain itu dalam novel ini juga tersirat banyak nilai-nilai budaya, hubungan sosial dalam masyarakat, isu politik, hukum, dan aturan-aturan dalam pergaulan sehari-hari.

Unsur lain yang tak kalah penting dalam novel ini adalah kisah asmara yang dialami oleh tokoh utamanya, Fahri bin Abdullah Shiddiq, dimana dalam kehidupan sosialnnya, ia telah dicintai oleh 4 orang wanita sekaligus. Setiap perasaan asmara yang ada dalam dirinya digambarkan oleh penulis dengan sangat baik. Sebagai sebuah novel asmara, tentunya nilai-nilai romantisme tidak dapat dielakkan. Namun tidak seperti novel-novel roman yang selama ini telah ada, dalam novel ini unsur-unsur romantis yang disajikan sama sekali tidak dengan menggunakan bahasa yang menjurus pada kesan ‘vulgar’. Hingga sampai pada saat Fahri merayakan bulan madunya dengan salah satu gadis yang akhirnya menjadi istrinya pun, penulis masih menyajikan hubungan suami-istri ini dengan menggunakan bahasa yang tidak ‘vulgar’ sama sekali. Namun walaupun begitu, novel ini tidak kehilangan kesan romantisme sebagia sebuah novel asmara.

Masih banyak hal lain yang mungkin bisa pembaca temukan dalam novel ini. Karena begitu banyaknya nilai-nilai bermanfaat yang dapat kita gali dari novel ini, baik dari segi nilai-nilai ajaran agama, khususnya Islam, hubungan sosial dan budaya, juga masalah percintaan dalam kehidupan kaula muda pada khususnya, novel ini dapat dikatakan tidak hanya sebagai sebuah novel cinta (seperti tergambar dalam judul), tapi juga dapat dikatakan sebagai sebuah novel religi dan juga novel budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar