Rabu, 02 Juni 2010

x2

UNSUR_UNSUR BUDAYA DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBI

Nama :
Npm :
Prody : Pbsid II `b


Pandangan Sosial Kelompok Pengarang,Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy adalah novel yang muncul sekitar tahun 2007. Itu berarti novel ini masuk ke dalam karya sastra kontemporer atau karya sastra modern.
Secara umum, pengarang yang tergolong ke dalam Angkatan Balai Pustaka memiliki cerita dengan karakteristik sebagai berikut: pertentangan antara kaum tua dan kaum muda, persoalan yang diangkat adalah masalah kawin paksa, permaduan, dan lainnya, kehidupan kebangsaan belum maju atau masih kedaerahan, bahasa percakapan dimasukkan di antara baca tulisan, terdapat analisis jiwa, cerita tentang zaman sekarang, kebangsawanan pikiran kontra kebangsawanan daerah, dan memiliki pandangan hidup yang baru.

Berdasarkan uraian di atas, maka analisis terhadap novel Ketika Cinta Bertasbih memberikan beberapa temuan yang memiliki kesesuaian dengan karakteristik novel yang muncul pada era 20-an. Adapun beberapa kekhasan yang ditemukan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih antara lain; pertama, persoalan yang diangkat adalah persoalan kawin paksa. Hal itu dapat ditemukan pada bagian awal cerita yaitu ketika Men Negara meninggalkan suami dan bayi kecilnya, Sukreni.Men Negara memilih I Kompiang, seorang laki-laki yang masih keluarga suaminya I Nyoman Raka. Hal itu dilakukan Men Negara karena lebih mencintai I Kompiang daripada I Nyoman Raka. Namun karena pengaruh lingkungan sekitarnya, Men Negara menerima I Nyoman Raka. Kemudian ia nekat meninggalkan I Nyoman Raka dan hidup dengan laki-laki lain, I Kompiang.

Kedua, sebagaimana cerita-cerita Angkatan Balai Pustaka lainnya, dalam novel Ketika Cinta Bertasbih ditemukan kondisi kebangsaan yang belum maju. Artinya, tokoh utama dan tokoh-tokoh pendukung lainnya tidak digambarkan sebagai orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Kalaupun ada pandangan yang cemerlang, itu karena mereka berasal dari keluarga yang berkasta atau berstrata social tinggi. Bukan karena ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan melalui bangku sekolah.Di samping itu, novel Ketika Cinta Bertasbih menampakan kisah yang masih dibungkus dalam situasi kedaerahan. Fenomena itu dapat dijumapai pada bagian cerita yang mengisahkan kehidupan tokoh Sukreni yang sangat terikat dengan adat atau tradisi. Sehingga daripada harus menanggung malu, ia lebih memilih mengembara tanpa kepastian. Hal lain yang memiliki nuansa kedaerahan adalah tradisi masyarakat Mesir yang akrab dengan kebiasaan minum tuak/arak dan abung ayam.
Ketiga, karakteristik pengarang Angkatan 20-an yang menonjol dalam novel Ketika Cinta Bertasbih adalah tentang analisis jiwa. Hal ini tampak pada gaya Panji Tisna dalam menggambarkan kejiwaan tokoh-tokoh di dalam ceritanya. Mulai dari jiwa Men Negara yang melawan keluarganya ketika lari dengan I Kompiang. Lalu ia berobsesi memperolah kebendaan dengan mengorbakan anak kandungnya sendiri. Kemudian kejiwaan tokoh utama, Sukreni, yang secara terus-menerus diterpa badai kehidupan yang sangat berat.Di sisi lain, pengarang juga memunculkan jiwa hero atau pahlawan, yang senantiasa memberikan pencerahan terhadap tokoh lain. Jiwa tersebut tampak pada tokoh I Gde Swamba. Tokoh ini sejak awal hingga akhir ditampilkan dengan konsisten sebagai seorang yang tetap pendiriannya dan selalu memberikan pengertian yang bijak kepada tokoh utama Sukreni.

Keempat, pengarang melalui novel Ketika Cinta Bertasbih telah mengangkat realita kekinian. Artinya, pengarang Habiburrahman El Shirazy sebagaimana pengarang lainnya telah berani meninggalkan kebiasaan lama dengan mengaktualisasikan realitas kehidupan yang dialami pada saat itu. Seperti persoalan perbedaan kasta dalam masyarakat Mesir, persoalan kebiasaan minum arak dan abung ayam, persoalan kriminalitas, persoalan pelecehan seksual, dan lain-lain.Kelima, dalam novel Ketika Cinta Bertasbih, pengarang menampakkan sebuah pandangan baru. Pandangan yang membedakannya dengan cerita-cerita yang bermunculan sebelumnya. Adapun pandangan baru yang dapat dicermati melalui pikiran pengarang dalam novel tersebut adalah keinginan pengarang untuk mengungkapkan kebenaran melalui tatanan kehidupan yang normatif, mulai dari persoalan kehidupan yang dianggap sederhana atau kecil sampai dengan persoalan-persoalan kehidupan yang besar dan kompleks.

Penelitian terhadap novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dilakukan dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik. Pendekatan ini memandang sebuah karya sastra dari struktur intrinsik, pandangan sosial kelompok pengarang, dan kondisi eksternal pengarang untuk menemukan world vision atau pandangan dunia (Wuradji, 2000:61).Pandangan dunia pengarang yang tertuang dalam novel ini patut untuk diketahui, sejauh mana gambarannya. Di samping itu, faktor sosial budaya dan latar belakang (genetika) apakah yang membuat pengarang menelurkan novel ini. Hal ini perlu diketahui karena bagaimanapun pengarang pasti punya landasan kuat dan argumen dalam kapasitasnya sebagai salah satu individu kolektif yang merasakan dan mengetahui problem-problem sosial budaya dalam masyarakat Mesir dan Indonesia.
Struktur karya sastra mengarahkan pada pengertian hubungan antara unsur-unsur pembangunnya (intrinsik) yang bersifat timbal Mesirk, saling menentukan, saling mempengaruhi, dan secara bersama-sama membentuk saatu-kesatuan yang utuh (Nurgiantoro, 1995:36).Novel Ketika Cinta bertasbih ini merupakan salah satu karya sastra Indonesia kontemporer yang kental dengan aspek-aspek religius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar