Rabu, 02 Juni 2010

x4

UNSUR_UNSUR EKSTRINSIK DALAM NOVEL
EDENSOR

Nama : Trisna rahayu
Prody : pbsid II`b
Npm : 09042270

Puji syukur kehadirat Tuhan YME sehingga makalah apresiasi yang saya ambil dari novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata akhirnya sudah sampai pada hasil yang saya harapkan. Tujuan dari adanya sinopsis ini adalah untuk membantu agar para pembaca mengerti isi dari novel tersebut dan dapat menggugah hati para pembaca agar lebih menghargai pendidikan. Serta dapat mengetahui dengan jelas isi dari novel tersebut.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu menyempurnakan tugas saya ini ini.yang saya kerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu untuk kritik dan sarannya sangat dihaapkan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan saya ucapkan mohon maaf apabila dalam pengapresiasian ini ada kata yang tidak diharapkan atau tidak berkenan bagi pembaca.























Meskipun mengaku tidak memiliki latar belakang sastra, namun sebagaimana ciri khas orang Melayu, Andrea terbiasa mendengarkan cerita dari para orang-orang tua di kampungnya, yang bercerita tentang sejarah dan cerita-cerita klasik Melayu Belitung.Namun, saat ia meluncurkan novel pertamanya Laskar Pelangi, Andrea Hirata Seman, sarjana lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan S2 dari Sheffield Hallam University, Inggris, tak pernah berpikir namanya akan menjadi pembicaraan orang terutama dari komunitas buku. Menurut pemuda kelahiran 24 Oktober ini, awalnya dia hanya ingin menjadi ekonom yang dapat menularkan ilmunya bagi bangsa dan negaranya. Seluruh novel yang ditulisnya terinspirasi dari kisah nyata atau memoar dari kehidupannya sendiri.

Edensor adalah buku ketiga karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada bulan Mei tahun 2007. Edensor merupakan buku ketiga dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya dan yang terakhir adalah Maryamah Karpov. Edensor masuk nominasi penghargaan nasional sastra KLA (Khatulistiwa Literary Award) tahun 2007.

Novel edensor ini menceritakan tentang petualangan Ikal dan Arai di Eropa. Setelah berhasil memperoleh beasiswa ke Perancis, mereka berkuliah di Universite de Paris, Sorbone, disini, Ikal dan Arai mengalami banyak kejadian yang orang biasa sebut sebagai kejutan budaya. Banyak kebiasaan dan peradaban Eropa yang berlainan sama sekali dengan peradaban yang selama ini mereka pahami sebagai orang Indonesia. Khususnya melayu.Dalam buku ini juga Ikal dan Arai kembali menuai karma akibat kenakalan – kenakalan yang pernah mereka lakukan semasa kecil dan remaja dulu. Novel ini juga menceritakan petualangan Ikal dan Arai meyusuri Eropa dengan berbagai pengalaman yang mencengangkan, mencekam, membuat kita terbahak-bahak, dan juga membuat kita berurai air mata.Edensor menjelaskan bahwa kehidupan kita ini merupakan kepingan-kepingan yang saling terkait satu sama lain, yang desain utamanya tersusun dan tertata rapi, dan masa depan adalah mimpi-mimpi kita yang menjadi kenyataan.

Jika hidup ini seumpama rel kereta api dalam eksperimen relativitas Einstein, maka pengalaman demi pengalaman yang menggempur kita dari waktu ke waktu adalah cahaya yang melesat-lesat di dalam gerbong di atas rel itu. Relativitasnya berupa seberapa banyak kita dapat mengambil pelajaran dari pengalaman yang melesat-lesat itu. Analogi eksperimen itu tak lain, karena kecepatan cahaya bersifat sama dan absolut, dan waktu relatif tergantung kecepatan gerbong -ini pendapat Einstein- maka pengalaman yang sama dapat menimpa siapa saja, namun sejauh mana, dan secepat apa pengalaman yang sama tadi memberi pelajaran pada seseorang, hasilnya akan berbeda, relatif satu sama lain.”









Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan.”Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkeram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!”
Demikian, petikan dari novel terbaru Andrea Hirata yang berjudul Edensor, buku ketiga dari rangkaian empat novel yang dinamakan Tetralogi Laskar Pelangi (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov).

Berbeda dengan setting cerita Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, Edensor mengambil setting di luar negeri saat tokoh-tokoh utamanya, Ikal dan Arai mendapat beasiswa untuk sekolah di Inggris dan Perancis. Dalam novel Edensor, Andrea semakin mapan dengan ciri khasnya, mengelola kisah ironi menjadi parodi dan menertawakan kesedihan dengan berbalut pandangan-pandangan yang penuh intelejensia tentang culture shock ketika kedua tokoh utama tersebut (yang berasal dari pedalaman Melayu di Pulau Belitong) tiba-tiba berada di Paris. Seperti novel-novel Andrea sebelumnya Edensor memiliki kekuatan filosofis yang menebarkan semangat dan inspirasi bagi pembacanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar