Kamis, 03 Juni 2010

b,bc,.anbca.cn

bumi cinta
Novel yang paling ditunggu-tunggu di tahun 2010 ini telah hadir. Lagi-lagi Kang Abik kembali membuat Indonesia harus jujur mengakui Kiai yang “nyastra” ini adalah salah satu novelis terbaik sepanjang masa. Dan Anda tak perlu terkejut jika sesaat setelah membuka sampul plastik novel, lalu mulai membaca, dan membacanya terus, hingga Anda tak bisa menghentikannya …

Novel yang bersetting musim dingin bersalju hingga awal musim semi yang hangat ini dibingkai dengan cover yang apik dan unik. Dimana personifikasi nama penulis lebih ditonjolkan daripada judulnya sendiri. Sebagaimana Mario Puzo dengan The Godfather atau Omerta-nya, yang dalam cover novelnya, nama Mario Puzo lebih mendominasi atau hampir sama dengan judulnya. Itu karena kualitas penulis sudah tidak lagi berharap pada manisnya judul. Apapun judulnya, atau bahkan tanpa judul sekalipun, asalkan Habiburrahman El Shirazy, adalah kualitas nomor satu. Begitulah.Cover novel bergambar Lapangan Merah (Red Square) lengkap dengan Gereja St. Basil Moskwa Rusia yang tengah bertabur salju. Banyak spekulasi yang mengatakan bahwa bangunan dan interior dari Cathedral of Saint Basil the Blessed atau Katedral Intersesi atau Pokrovsky Cathedral itu adalah membawa unsur-unsur tertentu dari monumen-monumen Timur Lenk di Samarkand, atau unsur dari masjid Qolsharif di Kazan. Mungkin hal itu benar, karena bentuk kubah-kubahnya pun memang lebih mirip masjid daripada sebuah gereja. Tapi hal itu tetap menjadi spekulasi karena sampai saat ini pun bentuk asli masjid Qolsharif di Kazan tak pernah diketahui. Wallahu ‘alam.Sedangkan foto berukuran besar Kang Abik plus senyum manisnya menghiasi sampul belakang novel ini. Jujur, cover bagian belakang novel ini begitu nyantol di hati.

Novel setelah 546 halaman ini dibuka dengan suasana bandara Sheremetyevo yang tengah berselimut salju. Muhammad Ayyas, pemuda Indonesia jebolan Universitas Islam Madinah yang tengah menyelesaikan master sejarah S2 di India sengaja datang ke Moskwa untuk melakukan riset penelitian untuk tesisnya. Devid, seorang kawan lamanya membantu Ayyas untuk mencarikan apartemen yang cocok untuknya. Apartemen tua tersebut berada di Smolenskaya, yang dibangun pada zaman pemerintahan Stalin, dan tepat berhadapan dengan The White House Residence.

Sayangnya, meskipun memiliki kamar tidur sendiri dalam apartemen itu, Ayyas harus berbagi ruang tamu, dapur, dan kamar mandi dengan dua wanita cantik, Linor dan Yelena. Yang tak tanggung-tanggung, Yelena adalah pelacur high class, atheis, yang menyamar sebagai guide bagi turis-turis asing yang berkunjung ke Moskwa. Sedangkan Linor adalah jurnalis sekaligus seniman orkerstra yang piawai bermain biola, padahal sebenarnya agen Mosad. Dari sinilah konflik demi konflik dimulai. Ayyas, seorang muslim berjuang dengan keteguhan iman melawan kondisi Moskwa yang menjunjung freesex dan kebebasan tak bertuhan. Belum lagi dengan kehadiran Doktor Anastasia Palazzo, asisten Profesor Abramov Tomskii, yang membimbing penelitian Ayyas di Moskovskyj Gosudarstevnnyj Universiteitimeni Lomonosova (GMU). Sosok cerdas nan anggun Anastasia menjadi cobaan tersendiri bagi Ayyas, yang sebenarnya Anastasia sendiri jatuh hati pada Ayyas.

Dalam novel ini, Kang Abik menyajikan adu argumentasi dua tokohnya dengan memikat, Ayyas dan Anastasia. Begitu dewasa dan berkelas. Salah satunya saat Anastasia meminta Ayyas untuk menjelaskan manfaat mempelajari Sejarah. Dan Ayyas pun menjawabnya dengan gambaran rinci bagaimana kehidupan dan perjuangan Anastasia sendiri sebelum menjadi doktor di GMU. Juga saat Ayyas yang membantah teori Nietzche yang mengatakan bahwa Tuhan telah mati, di sebuah seminar.

Hal ini tentu saja membuat keimanan kita kepada Allah semakin tebal dan bertambah, Insya Allah, juga pengetahuan tentang sejarah. Jika tak berlebihan kiranya jika saya mengatakan, seperti membaca buku ensiklopedi sejarah yang tebal dengan rasa novel yang tak membosankan.Diceritakan saat Ayyas sepulang dari Moskovsky Soborni Mechet atau Masjid Agung Moskwa, Ayyas menjumpai Linor tengah bergumul dengan Sergei Gadotov, seorang tangan kanan Boris Melnikov, Bos gang mafia Voykovskya Bratva, di ruang tamu apartemen. Ayyas merasa jijik dan langsung masuk ke dalam kamar, lalu memutar Murattal Al Qur’an dari laptop-nya keras-keras. Terang saja Sergei tersinggung dan marah besar. Perkelahian pun tak terelakkan. Pada bagian ini, jujur saya tersenyum-senyum sendiri, berbeda dengan novel-novel sebelumnya, kali ini Kang Abik juga menampilkan tokoh yang piawai bersilat Thifan Po Khan, semacam bela diri Muslim China. Alur tempo cerita pun Kang Abik percepat sedekimian rupa, hingga saya merasa menikmati layaknya cerita silat Kho Ping Hoo. Ciat … ciat … ciat … .

Ayyas membuat Sergei tak beradaya. Saat Linor berusaha melerai, justru Sergei memukul dan mencekiknya. Beruntung Ayyas segera menolongnya. Kali ini Sergei benar-benar sekarat. Linor membawa Sergei keluar apartemen dengan mobilnya. Linor berencana menghabisi Sergei. Tapi Sergei mati dalam perjalanan. Naluri Mosad Linor pun bereaksi. Linor melenyapkan dan mengalihkan bukti-bukti agar pembunuhan bukan seolah-olah karena Ayyas dan Linor.

Di lain kesempatan, Ayyas menyelamatkan Yelena yang nyaris mati setelah anak buah Olga Nikolayenko, mucikarinya, menganiaya Yelena dan membiarkan tak berdaya di jalan bersalju.Namun, Boris merasa tak begitu saja percaya dengan alibi Linor. Boris pun mencurigai Linor. Melihat nyawanya terancam bahaya, Linor meminta untuk Yelena untuk meletakkan ponsel Sergei di kamar mandi Olga Nikolayenko. Dengan demikian, Boris akan menyangka Olga lah pelakunya. Akibatnya, pastilah terjadi pertempuran dahsyat antara dua mafia, Voykovskaya Bratva yang di pimipin Boris, dan Tushinskaya Bratva yang dipimpin Vladimir Nikolayenko, suami Olga Nikolayenko. Yelena pun menyetujui rencana Linor agar Yelena benar-benar terlepas dari kekangan Olga dan kehidupan kelamnya. Rencana busuk Linor dan Ben Solomon lainnya adalah membuat alibi seolah-olah Ayyas lah pelaku bom di Hotel Metropol dengan meletakkan bahan bom dalam ransel di kamar Ayyas.




Intrik demi intrik berbau mafioso ini membuat saya seperti membaca The Godfather.Tak hanya itu, sindiran pada Indonesia yang tak seperti Rusia dalam melestarikan cagar budayanya juga Kang Abik hadirkan dalam novel ini. Sisa-sisa bangunan Rusia di masa lalu masih terawat baik, sementara Kerajaan Majapahit, Sriwaja, dan Demak yang kondang itu tak dijumpai utuh. Juga bagaimana Rusia membangun stasiun seperti musium yang anggun dan berkelas.


Dan yang paling penting sebenarnya adalah hikmah yang terkandung sebagaimana Kang Abik jelaskan dalam prolog novel ini, yakni sebuah tadabbur Firman Allah QS. Al Anfal [8]: 45-47, tentang resep mujarab yang telah Allah berikan guna menghadapi musuh-musuh iman; [1] berteguh-hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya; [2] taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan; [3] bersabarlah; dan [4] janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud ria kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Juga nasihat Kiai Lutfi Hakim, “Eling-elingo yo Ngger, endahe wanojo iku sing dadi jalaran batale toponing poro santri lang santri agung!”, yang artinya “Pesona wanitalah yang membuat para santri gagal bertapa!”

Penggambaran Suasana Kota Rusia,Mungkin karena sudah pernah melewati musim dingin di Taiwan (meski tidak bersalju) saya merasa amat sangat tidak menikmati kota Moskwo dalam musim dingin. Malah kelihatan mencekam bukan Indah dengan suhunya puluhan derajat dibawah 0. Rasanya begitu hebat musim dingin disana.
Kang ABik kelihatan tidak sedetail menggambarkan Rusia seperti halnya Mesir. Banyak hal-hal yang menurutku tidak utuh sehingga penggambaran Rusia menjadi datar dan agak gagal. Mungkin karena belum tinggal disana cukup lama, sehingga detail keindahan Rusia belum berhasil digambarkan dengan sempurna oleh Kang Abik



















EDENSOR


Puji syukur kehadirat Tuhan YME sehingga makalah apresiasi yang saya ambil dari novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata akhirnya sudah sampai pada hasil yang saya harapkan. Tujuan dari adanya sinopsis ini adalah untuk membantu agar para pembaca mengerti isi dari novel tersebut dan dapat menggugah hati para pembaca agar lebih menghargai pendidikan. Serta dapat mengetahui dengan jelas isi dari novel tersebut.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu menyempurnakan tugas saya ini ini.yang saya kerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu untuk kritik dan sarannya sangat dihaapkan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan saya ucapkan mohon maaf apabila dalam pengapresiasian ini ada kata yang tidak diharapkan atau tidak berkenan bagi pembaca.

Meskipun mengaku tidak memiliki latar belakang sastra, namun sebagaimana ciri khas orang Melayu, Andrea terbiasa mendengarkan cerita dari para orang-orang tua di kampungnya, yang bercerita tentang sejarah dan cerita-cerita klasik Melayu Belitung.Namun, saat ia meluncurkan novel pertamanya Laskar Pelangi, Andrea Hirata Seman, sarjana lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan S2 dari Sheffield Hallam University, Inggris, tak pernah berpikir namanya akan menjadi pembicaraan orang terutama dari komunitas buku. Menurut pemuda kelahiran 24 Oktober ini, awalnya dia hanya ingin menjadi ekonom yang dapat menularkan ilmunya bagi bangsa dan negaranya. Seluruh novel yang ditulisnya terinspirasi dari kisah nyata atau memoar dari kehidupannya sendiri.
Edensor adalah buku ketiga karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada bulan Mei tahun 2007. Edensor merupakan buku ketiga dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya dan yang terakhir adalah Maryamah Karpov. Edensor masuk nominasi penghargaan nasional sastra KLA (Khatulistiwa Literary Award) tahun 2007.

Novel edensor ini menceritakan tentang petualangan Ikal dan Arai di Eropa. Setelah berhasil memperoleh beasiswa ke Perancis, mereka berkuliah di Universite de Paris, Sorbone, disini, Ikal dan Arai mengalami banyak kejadian yang orang biasa sebut sebagai kejutan budaya. Banyak kebiasaan dan peradaban Eropa yang berlainan sama sekali dengan peradaban yang selama ini mereka pahami sebagai orang Indonesia. Khususnya melayu.Dalam buku ini juga Ikal dan Arai kembali menuai karma akibat kenakalan – kenakalan yang pernah mereka lakukan semasa kecil dan remaja dulu. Novel ini juga menceritakan petualangan Ikal dan Arai meyusuri Eropa dengan berbagai pengalaman yang mencengangkan, mencekam, membuat kita terbahak-bahak, dan juga membuat kita berurai air mata.Edensor menjelaskan bahwa kehidupan kita ini merupakan kepingan-kepingan yang saling terkait satu sama lain, yang desain utamanya tersusun dan tertata rapi, dan masa depan adalah mimpi-mimpi kita yang menjadi kenyataan.


Jika hidup ini seumpama rel kereta api dalam eksperimen relativitas Einstein, maka pengalaman demi pengalaman yang menggempur kita dari waktu ke waktu adalah cahaya yang melesat-lesat di dalam gerbong di atas rel itu. Relativitasnya berupa seberapa banyak kita dapat mengambil pelajaran dari pengalaman yang melesat-lesat itu. Analogi eksperimen itu tak lain, karena kecepatan cahaya bersifat sama dan absolut, dan waktu relatif tergantung kecepatan gerbong -ini pendapat Einstein- maka pengalaman yang sama dapat menimpa siapa saja, namun sejauh mana, dan secepat apa pengalaman yang sama tadi memberi pelajaran pada seseorang, hasilnya akan berbeda, relatif satu sama lain.”
Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan.”Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkeram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!”

Demikian, petikan dari novel terbaru Andrea Hirata yang berjudul Edensor, buku ketiga dari rangkaian empat novel yang dinamakan Tetralogi Laskar Pelangi (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov). Berbeda dengan setting cerita Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, Edensor mengambil setting di luar negeri saat tokoh-tokoh utamanya, Ikal dan Arai mendapat beasiswa untuk sekolah di Inggris dan Perancis. Dalam novel Edensor, Andrea semakin mapan dengan ciri khasnya, mengelola kisah ironi menjadi parodi dan menertawakan kesedihan dengan berbalut pandangan-pandangan yang penuh intelejensia tentang culture shock ketika kedua tokoh utama tersebut (yang berasal dari pedalaman Melayu di Pulau Belitong) tiba-tiba berada di Paris. Seperti novel-novel Andrea sebelumnya Edensor memiliki kekuatan filosofis yang menebarkan semangat dan inspirasi bagi pembacanya.














ketika cinta bertasbi

Pandangan Sosial Kelompok Pengarang,Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy adalah novel yang muncul sekitar tahun 2007. Itu berarti novel ini masuk ke dalam karya sastra kontemporer atau karya sastra modern.
Secara umum, pengarang yang tergolong ke dalam Angkatan Balai Pustaka memiliki cerita dengan karakteristik sebagai berikut: pertentangan antara kaum tua dan kaum muda, persoalan yang diangkat adalah masalah kawin paksa, permaduan, dan lainnya, kehidupan kebangsaan belum maju atau masih kedaerahan, bahasa percakapan dimasukkan di antara baca tulisan, terdapat analisis jiwa, cerita tentang zaman sekarang, kebangsawanan pikiran kontra kebangsawanan daerah, dan memiliki pandangan hidup yang baru.

Berdasarkan uraian di atas, maka analisis terhadap novel Ketika Cinta Bertasbih memberikan beberapa temuan yang memiliki kesesuaian dengan karakteristik novel yang muncul pada era 20-an. Adapun beberapa kekhasan yang ditemukan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih antara lain; pertama, persoalan yang diangkat adalah persoalan kawin paksa. Hal itu dapat ditemukan pada bagian awal cerita yaitu ketika Men Negara meninggalkan suami dan bayi kecilnya, Sukreni.Men Negara memilih I Kompiang, seorang laki-laki yang masih keluarga suaminya I Nyoman Raka. Hal itu dilakukan Men Negara karena lebih mencintai I Kompiang daripada I Nyoman Raka. Namun karena pengaruh lingkungan sekitarnya, Men Negara menerima I Nyoman Raka. Kemudian ia nekat meninggalkan I Nyoman Raka dan hidup dengan laki-laki lain, I Kompiang.

Kedua, sebagaimana cerita-cerita Angkatan Balai Pustaka lainnya, dalam novel Ketika Cinta Bertasbih ditemukan kondisi kebangsaan yang belum maju. Artinya, tokoh utama dan tokoh-tokoh pendukung lainnya tidak digambarkan sebagai orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Kalaupun ada pandangan yang cemerlang, itu karena mereka berasal dari keluarga yang berkasta atau berstrata social tinggi. Bukan karena ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan melalui bangku sekolah.Di samping itu, novel Ketika Cinta Bertasbih menampakan kisah yang masih dibungkus dalam situasi kedaerahan. Fenomena itu dapat dijumapai pada bagian cerita yang mengisahkan kehidupan tokoh Sukreni yang sangat terikat dengan adat atau tradisi. Sehingga daripada harus menanggung malu, ia lebih memilih mengembara tanpa kepastian. Hal lain yang memiliki nuansa kedaerahan adalah tradisi masyarakat Mesir yang akrab dengan kebiasaan minum tuak/arak dan abung ayam.

Ketiga, karakteristik pengarang Angkatan 20-an yang menonjol dalam novel Ketika Cinta Bertasbih adalah tentang analisis jiwa. Hal ini tampak pada gaya Panji Tisna dalam menggambarkan kejiwaan tokoh-tokoh di dalam ceritanya. Mulai dari jiwa Men Negara yang melawan keluarganya ketika lari dengan I Kompiang. Lalu ia berobsesi memperolah kebendaan dengan mengorbakan anak kandungnya sendiri. Kemudian kejiwaan tokoh utama, Sukreni, yang secara terus-menerus diterpa badai kehidupan yang sangat berat.Di sisi lain, pengarang juga memunculkan jiwa hero atau pahlawan, yang senantiasa memberikan pencerahan terhadap tokoh lain. Jiwa tersebut tampak pada tokoh I Gde Swamba. Tokoh ini sejak awal hingga akhir ditampilkan dengan konsisten sebagai seorang yang tetap pendiriannya dan selalu memberikan pengertian yang bijak kepada tokoh utama Sukreni.

Keempat, pengarang melalui novel Ketika Cinta Bertasbih telah mengangkat realita kekinian. Artinya, pengarang Habiburrahman El Shirazy sebagaimana pengarang lainnya telah berani meninggalkan kebiasaan lama dengan mengaktualisasikan realitas kehidupan yang dialami pada saat itu. Seperti persoalan perbedaan kasta dalam masyarakat Mesir, persoalan kebiasaan minum arak dan abung ayam, persoalan kriminalitas, persoalan pelecehan seksual, dan lain-lain.Kelima, dalam novel Ketika Cinta Bertasbih, pengarang menampakkan sebuah pandangan baru. Pandangan yang membedakannya dengan cerita-cerita yang bermunculan sebelumnya. Adapun pandangan baru yang dapat dicermati melalui pikiran pengarang dalam novel tersebut adalah keinginan pengarang untuk mengungkapkan kebenaran melalui tatanan kehidupan yang normatif, mulai dari persoalan kehidupan yang dianggap sederhana atau kecil sampai dengan persoalan-persoalan kehidupan yang besar dan kompleks.

Ayat ayat cinta

Suatu karya sastra tercipta tidak dalam kekosongan sosial budaya, artinya, pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu karya sastra. Suatu karya sastra tercipta lebih merupakan hasil pengalaman, pemikiran, refleksi, dan rekaman budaya pengarang terhadap sesuatu hal yang terjadi dalam dirinya sendiri, dan masyarakat.Karya sastra itu ditampilkan dalam bentuk puisi, prosa, dan prosa liris. Dalam bentuk prosa karya sastra muncul dalam bentuk cerpen, novel, biografi, dan otobiografi. Jadi salah satu bentuk karya sastra berupa prosa adalah novel.
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang mampu memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan kemanusiaan dan kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang seringkali kita dengar bahwa novelis dapat mengajarkan lebih banyak tentang sifat-sifat manusia dari pada psikologi- the novelist can teach you more about human nature than the psychologist (Wellek, 1993:34). Para novelis menampilkan pengajarannya melalui berbagai tema dan amanat dalam novelnya, tema kemanusiaan, sosial, cinta kasih, ketuhanan, dan sebagainya.

Sastra mempunyai dua watak, yaitu watak universal dan watak lokal (Budi Darma,1999:54). Dikatakan universal dilihat dari dari temanya, karena, dimanapun, kapanpun dan oleh siapapun ditulis pada hakekatnya sama, yaitu seputar cinta kasih, kebahagiaan, ketidakadilan dan lain-lain, hal-hal itulah yang selalu menguasai tema sastra, damanapun, kapanpun, dan oleh siapapun. Dikatakan bersifat lokal karena, meskipun berwatak universal tetapi ciri-ciri lokal, waktu (zaman) pasti ada di dalamnya seperti yang kita kenal dalam periodisasi sastra (sastra lama dan modern). Sastra satu negara dengan sastra negara lain meskipun temanya sama pasti berbeda, sastra suatu bangsa disuatu masa atau kurun waktu yang sama, di negara yang sama, akan menghasilkan karya sastra yang berbeda pula.
Di samping itu faktor pribadi masing-masing pengarang. Tema yang sama digarap oleh dua orang pengarang berbeda pada suatu kurun waktu yang sama, di suatu negara yang sama, akan menghasilkan karya sastra yang berbeda pula (Budi Darma, 1999:54).
Misalnya tema cinta, cinta itu universal, cinta ada disegala zaman dan disegala tempat, karya sastra yang bertema cinta baik dalam bentuk puisi, cerpen, novel, drama selalu lahir dari para sastrawa. “Novel Ketika Cinta Bertasbih” buah karya Habiburrahman El Shirazy adalah karya sastra menggarap tema universal pula yaitu cinta, terdiri dari dua seri (Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2). Dia menggunakan majas personifikasi dalam judulnya seakan-akan cinta adalah mahluk hidup yang berakal lalu bisa mengucap tasbih (Subhanallah).
Sastra sebagai sebuah karya seni menyodorkan suatu yang menyenangkan, menghibur dan dalam sifatnya yang beragam dan bermanfaat karya sastra memberi pelajaran, pendidikan dan pendalaman moral atau akhlakul karimah. Teori sastra bertugas menjelaskan hakikat dan fungsi karya sastra, diantara teori untuk menjelaskan karya sastra itu adalah teori strukturalisme.

Menurut Nyoman Kutha (2008:91). Strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu berdiri dengan mekanisme antar hubungannya, disatu pihak antara hubungan unsur yang satu dengan unsur yang lainnya, dilain pihak hubungan antara unsur-unsur dengan totalitasnya.
Jadi berdasarkan pengertian strukturalisme tersebut analisis yang berdasarkan teori ini memberikan perhatian terhadap unsur-unsur karya sastra. Pendekatan yang biasa dipakai dalam mendekati suatu karya sastra-apakah dalam bentuk puisi, cerpen, novel, dan novel adalah pendekatan intrinsik dan ekstrinsik.Unsur intrinsik ini melihat karya sastra dari unsur formal yang membangunnya, seperti tema, peristiwa atau kejadian, latar atau setting, penokohan atau perwatakan, alur atau plot, sudut pandang dan gaya bahasa (Nyoman Kutha, 2008:95). Dan unsur eksternal adalah unsur di luar karya sastra itu yang dapat membantu memahami dan menganalisisnya seperti latar belakang budaya, agama dan pendidikan penulis karya sastra tersebut. Hal ini karena dunia sastra adalah dunia imajinatif, hasil percampuran pengalaman, imajinasi, dan wawasan pengarang.Dengan demikian hubungan antara karya sastra dengan pengarangnya sangatlah saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Sebuah karya sastra tidak mungkin ada secara tiba-tiba jika tidak ada yang menciptakannya. Dan kualitas sebuah karya sastra bisa dilihat dari pengarangnya. Contohnya saja pengarang penghuni pesantren melahirkan sastra pesantren. pengarang sebagai antropolis bergandengtangan dengan sastra dalam memahami kehidupan manusia. Pengarang multikultural tergambar dalam kehidupan dunia sastra multicultural. Sebagaiman dikatakan:“Pengarang memiliki posisi yang sangat menentukan. Pada umumnya unsure-unsur kepengarangan dikaitkan dengan asumsi struktur rohaniah, seperti:kapasitas intelektual dan logika, kualitas moral dan spiritual, fungsi-fungsi didaktis dan ideologis. Pengarang dipandang sebagai subjek yang memilki kompetensi yang paling memadai dalam menghasilkan sebuah karya sastra”. (Dr. Nyoman Kutha Ratna,2009:194)Namun di samping itu sastra juga tidak terlepas dari manusia karena keduanya memiliki hubungan yang takkan terpisahkan, manusia merupakan objek penceritaan terbesar dalam sebuah karya sastra terutama novel.“manusia serta kehidupannnya persoalan yang selalu menarik dibahas. Sastra berisi manusia dan kehidupannya. Manusia dan kehidupannya berkait rapat dengan kehidupan sastra. Manusia menghidupi sastra. Kehidupan sastra adalah kehidupan manusia. Manusia beragam melahirkan hubungan sastra dan agama” (Antilan Purba,2009:2)
Begitupun kaitan karya sastra dengan Sang Pencipta, jika seorang pengarang yang berjiwa agamais maka ia akan menciptakan sastra yang sarat akan ajaran agama, dan bagiaman dalam sebuah karya sastra nilai ketuhanan para pengarang berusaha memaparkan kaidah-kaidah agama di dalam karya sastra yang diciptakannya. Contohnya saja novel Ketika Cinta Bertasbih ini.Penelitian terhadap novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dilakukan dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik. Pendekatan ini memandang sebuah karya sastra dari struktur intrinsik, pandangan sosial kelompok pengarang, dan kondisi eksternal pengarang untuk menemukan world vision atau pandangan dunia (Wuradji, 2000:61).Pandangan dunia pengarang yang tertuang dalam novel ini patut untuk diketahui, sejauh mana gambarannya. Di samping itu, faktor sosial budaya dan latar belakang (genetika) apakah yang membuat pengarang menelurkan novel ini. Hal ini perlu diketahui karena bagaimanapun pengarang pasti punya landasan kuat dan argumen dalam kapasitasnya sebagai salah satu individu kolektif yang merasakan dan mengetahui problem-problem sosial budaya dalam masyarakat Mesir dan Indonesia.

Struktur karya sastra mengarahkan pada pengertian hubungan antara unsur-unsur pembangunnya (intrinsik) yang bersifat timbal Mesirk, saling menentukan, saling mempengaruhi, dan secara bersama-sama membentuk saatu-kesatuan yang utuh (Nurgiantoro, 1995:36).Novel Ketika Cinta bertasbih ini merupakan salah satu karya sastra Indonesia kontemporer yang kental dengan aspek-aspek religius.
Dan hal yang membuat penulis tertarik untuk menganalisis karya sastra berjudul Ketika Cinta Bertasbih adalah karena karya ini begitu akrab dengan dunia penulis yang berlatar belakang santri, judulnya mengesankan cinta yang diridhoi Allah di mana cinta pun dapat bertasbih, mengucapkan Subhanallah (Maha Suci Allah). Dan kedua novel ini adalah karya baru di ranah kesastraan Indonesia, seorang penulis berlatar belakang santri yang mampu memberi spirit dan nuansa keislaman yang kental dalam kehidupansehingga dijadikan film oleh perusahhan film Sinemart Picture, mengikuti sukek film Ayat-Ayat Cinta yang meraih empat juta penonton dalam empat bulan.Sesuai dengan beberapa argumen dan latar belakang di atas, maka peneliti memberi judul penelitian ini, Analisis Strukturalisme Genetik Novel Ketika Cinta Bertasbih.

Rabu, 02 Juni 2010

x4

UNSUR_UNSUR EKSTRINSIK DALAM NOVEL
EDENSOR

Nama : Trisna rahayu
Prody : pbsid II`b
Npm : 09042270

Puji syukur kehadirat Tuhan YME sehingga makalah apresiasi yang saya ambil dari novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata akhirnya sudah sampai pada hasil yang saya harapkan. Tujuan dari adanya sinopsis ini adalah untuk membantu agar para pembaca mengerti isi dari novel tersebut dan dapat menggugah hati para pembaca agar lebih menghargai pendidikan. Serta dapat mengetahui dengan jelas isi dari novel tersebut.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu menyempurnakan tugas saya ini ini.yang saya kerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu untuk kritik dan sarannya sangat dihaapkan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan saya ucapkan mohon maaf apabila dalam pengapresiasian ini ada kata yang tidak diharapkan atau tidak berkenan bagi pembaca.























Meskipun mengaku tidak memiliki latar belakang sastra, namun sebagaimana ciri khas orang Melayu, Andrea terbiasa mendengarkan cerita dari para orang-orang tua di kampungnya, yang bercerita tentang sejarah dan cerita-cerita klasik Melayu Belitung.Namun, saat ia meluncurkan novel pertamanya Laskar Pelangi, Andrea Hirata Seman, sarjana lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan S2 dari Sheffield Hallam University, Inggris, tak pernah berpikir namanya akan menjadi pembicaraan orang terutama dari komunitas buku. Menurut pemuda kelahiran 24 Oktober ini, awalnya dia hanya ingin menjadi ekonom yang dapat menularkan ilmunya bagi bangsa dan negaranya. Seluruh novel yang ditulisnya terinspirasi dari kisah nyata atau memoar dari kehidupannya sendiri.

Edensor adalah buku ketiga karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada bulan Mei tahun 2007. Edensor merupakan buku ketiga dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya dan yang terakhir adalah Maryamah Karpov. Edensor masuk nominasi penghargaan nasional sastra KLA (Khatulistiwa Literary Award) tahun 2007.

Novel edensor ini menceritakan tentang petualangan Ikal dan Arai di Eropa. Setelah berhasil memperoleh beasiswa ke Perancis, mereka berkuliah di Universite de Paris, Sorbone, disini, Ikal dan Arai mengalami banyak kejadian yang orang biasa sebut sebagai kejutan budaya. Banyak kebiasaan dan peradaban Eropa yang berlainan sama sekali dengan peradaban yang selama ini mereka pahami sebagai orang Indonesia. Khususnya melayu.Dalam buku ini juga Ikal dan Arai kembali menuai karma akibat kenakalan – kenakalan yang pernah mereka lakukan semasa kecil dan remaja dulu. Novel ini juga menceritakan petualangan Ikal dan Arai meyusuri Eropa dengan berbagai pengalaman yang mencengangkan, mencekam, membuat kita terbahak-bahak, dan juga membuat kita berurai air mata.Edensor menjelaskan bahwa kehidupan kita ini merupakan kepingan-kepingan yang saling terkait satu sama lain, yang desain utamanya tersusun dan tertata rapi, dan masa depan adalah mimpi-mimpi kita yang menjadi kenyataan.

Jika hidup ini seumpama rel kereta api dalam eksperimen relativitas Einstein, maka pengalaman demi pengalaman yang menggempur kita dari waktu ke waktu adalah cahaya yang melesat-lesat di dalam gerbong di atas rel itu. Relativitasnya berupa seberapa banyak kita dapat mengambil pelajaran dari pengalaman yang melesat-lesat itu. Analogi eksperimen itu tak lain, karena kecepatan cahaya bersifat sama dan absolut, dan waktu relatif tergantung kecepatan gerbong -ini pendapat Einstein- maka pengalaman yang sama dapat menimpa siapa saja, namun sejauh mana, dan secepat apa pengalaman yang sama tadi memberi pelajaran pada seseorang, hasilnya akan berbeda, relatif satu sama lain.”









Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan.”Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkeram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!”
Demikian, petikan dari novel terbaru Andrea Hirata yang berjudul Edensor, buku ketiga dari rangkaian empat novel yang dinamakan Tetralogi Laskar Pelangi (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov).

Berbeda dengan setting cerita Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, Edensor mengambil setting di luar negeri saat tokoh-tokoh utamanya, Ikal dan Arai mendapat beasiswa untuk sekolah di Inggris dan Perancis. Dalam novel Edensor, Andrea semakin mapan dengan ciri khasnya, mengelola kisah ironi menjadi parodi dan menertawakan kesedihan dengan berbalut pandangan-pandangan yang penuh intelejensia tentang culture shock ketika kedua tokoh utama tersebut (yang berasal dari pedalaman Melayu di Pulau Belitong) tiba-tiba berada di Paris. Seperti novel-novel Andrea sebelumnya Edensor memiliki kekuatan filosofis yang menebarkan semangat dan inspirasi bagi pembacanya.

x3

UNSUR_UNSUR BUDAYA DALAM NOVEL LASKAR PELANGI

Nama : Retna sekar arumi
Npm :09042295
Prodi : Pbsid II`b


Ini adalah kisah heroik kenangan 11 anak Belitong yang tergabung dalam ”Laskar Pelangi”: Syahdan, Lintang, Kucai, Samson, A Kiong, Sahara, Trapani, Harun, Mahar, Flo dan sang penutur cerita – Ikal. Andrea Hirata, yang tak lain adalah Ikal, dengan cerdas mengajak pembaca mengikuti tamasya nostalgia masa kanak-kanak di pedalaman Belitong yang berada dalam kehidupan kontras: kaya dengan tambang timah, tapi rakyatnya tetap miskin dalam kesehariannya.
Ini adalah cerita tentang semangat juang menyala-nyala dari anak-anak kampung Belitong untuk mengubah nasib melalui sekolah, yang harus mereka dapat dengan terengah-engah. Sebagian besar orang tua mereka lebih suka melihat anak-anaknya bekerja membantu orang tua di ladang, atau bekerja menjadi buruh kasar di PN Timah, daripada sekolah yang tak jelas masa depannya.
Derita sekolah itu tergambar jelas ketika SD Muhammadiyah di kampung miskin itu terancam tutup kalau murid baru sekolah itu tidak mencapai 10 orang. kesebelas anak itulah yang telah menyelamatkan masa depan suar pendidikan yang hampir redup digilas ekonomi.















Anak-anak Laskar Pelangi itu hidup dalam kebahagiaan masa kecil dan menyimpan mimpi masing-masing untuk hari esok. Tapi siapa yang sanggup melawan sang nasib? Dua belas tahun kemudian, Ikal menyaksikan perubahan nasib teman-temannya yang sungguh diluar dugaan. Sang nasib sungguh menjadi sebuah misteri yang maha gelap. Anak-anak Laskar Pelangi itu boleh punya cita-cita setinggi langit, tapi nasib jualah yang menentukan episode kehidupan mereka selanjutnya. Sang nasib bisa jadi adalah ketiadaan kepedulian pemerintah akan bibit-bibit unggul mutiara anak bangsa yang harus terhempas oleh himpitan ekonomi. Mereka adalah anak-anak harapan bangsa yang terpaksa harus tunduk oleh gilasan nasib yang semestinya bisa diupayakan oleh pemerintah yang punya amanah dan kuasa untuk memajukan pendidikan. Lintang, sang jenius itu misalnya kini harus terpuruk jadi sopir tronton karena harus menjadi tulang punggung keluarga, menjadi pengganti ayahnya. Tapi Lintang punya jawaban, ” jangan sedih Ikal, paling tidak aku telah memenuhi harapan ayahku agar tidak jadi nelayan….” Bagi Ikal, kata-kata itu semakin menghancurkan hatinya, ia marah, kecewa pada kenyataan begitu banyak anak pintar yang harus berhenti sekolah karena alasan ekonomi. Ia mengutuki orang-orang bodoh sok pintar yang menyombongkan diri, dan anak-anak orang kaya yang menyia-nyiakan kesempatan pendidikan.Novel Laskar Pelangi penuh dengan taburan wawasan yang luas bak samudra dari penulisnya yang paham betul tentang ilmu eksakta, seni budaya, dan humaniora. Kita akan dibuat tersenyum geli dari humor kecil yang dilontarkannya, terharu dan bahkan menangis ketika membaca kisah heroik kesebelas anak Laskar Pelangi.
Kekuatan novel ini terletak pada sentilan humaniora tentang pentingnya pendidikan sekolah dan sekaligus kuatnya moral agama. Novel ini wajib baca bagi generasi muda yang terlena dengan gelimang kemudahan ekonomi dan tak lagi kenal jerih payah untuk menggapai masa depan. Novel ini juga wajib baca bagi para pendidik, bagi pemerintah yang selalu alpa pada pentingnya pendidikan. Buah dari kealpaan itu diantaranya adalah, kini kita menjadi bangsa yang sering menjadi bahan olok-olok oleh bangsa lain, karena kita rajin mencetak manusia yang tak punya kualitas.

x2

UNSUR_UNSUR BUDAYA DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBI

Nama :
Npm :
Prody : Pbsid II `b


Pandangan Sosial Kelompok Pengarang,Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy adalah novel yang muncul sekitar tahun 2007. Itu berarti novel ini masuk ke dalam karya sastra kontemporer atau karya sastra modern.
Secara umum, pengarang yang tergolong ke dalam Angkatan Balai Pustaka memiliki cerita dengan karakteristik sebagai berikut: pertentangan antara kaum tua dan kaum muda, persoalan yang diangkat adalah masalah kawin paksa, permaduan, dan lainnya, kehidupan kebangsaan belum maju atau masih kedaerahan, bahasa percakapan dimasukkan di antara baca tulisan, terdapat analisis jiwa, cerita tentang zaman sekarang, kebangsawanan pikiran kontra kebangsawanan daerah, dan memiliki pandangan hidup yang baru.

Berdasarkan uraian di atas, maka analisis terhadap novel Ketika Cinta Bertasbih memberikan beberapa temuan yang memiliki kesesuaian dengan karakteristik novel yang muncul pada era 20-an. Adapun beberapa kekhasan yang ditemukan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih antara lain; pertama, persoalan yang diangkat adalah persoalan kawin paksa. Hal itu dapat ditemukan pada bagian awal cerita yaitu ketika Men Negara meninggalkan suami dan bayi kecilnya, Sukreni.Men Negara memilih I Kompiang, seorang laki-laki yang masih keluarga suaminya I Nyoman Raka. Hal itu dilakukan Men Negara karena lebih mencintai I Kompiang daripada I Nyoman Raka. Namun karena pengaruh lingkungan sekitarnya, Men Negara menerima I Nyoman Raka. Kemudian ia nekat meninggalkan I Nyoman Raka dan hidup dengan laki-laki lain, I Kompiang.

Kedua, sebagaimana cerita-cerita Angkatan Balai Pustaka lainnya, dalam novel Ketika Cinta Bertasbih ditemukan kondisi kebangsaan yang belum maju. Artinya, tokoh utama dan tokoh-tokoh pendukung lainnya tidak digambarkan sebagai orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Kalaupun ada pandangan yang cemerlang, itu karena mereka berasal dari keluarga yang berkasta atau berstrata social tinggi. Bukan karena ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan melalui bangku sekolah.Di samping itu, novel Ketika Cinta Bertasbih menampakan kisah yang masih dibungkus dalam situasi kedaerahan. Fenomena itu dapat dijumapai pada bagian cerita yang mengisahkan kehidupan tokoh Sukreni yang sangat terikat dengan adat atau tradisi. Sehingga daripada harus menanggung malu, ia lebih memilih mengembara tanpa kepastian. Hal lain yang memiliki nuansa kedaerahan adalah tradisi masyarakat Mesir yang akrab dengan kebiasaan minum tuak/arak dan abung ayam.
Ketiga, karakteristik pengarang Angkatan 20-an yang menonjol dalam novel Ketika Cinta Bertasbih adalah tentang analisis jiwa. Hal ini tampak pada gaya Panji Tisna dalam menggambarkan kejiwaan tokoh-tokoh di dalam ceritanya. Mulai dari jiwa Men Negara yang melawan keluarganya ketika lari dengan I Kompiang. Lalu ia berobsesi memperolah kebendaan dengan mengorbakan anak kandungnya sendiri. Kemudian kejiwaan tokoh utama, Sukreni, yang secara terus-menerus diterpa badai kehidupan yang sangat berat.Di sisi lain, pengarang juga memunculkan jiwa hero atau pahlawan, yang senantiasa memberikan pencerahan terhadap tokoh lain. Jiwa tersebut tampak pada tokoh I Gde Swamba. Tokoh ini sejak awal hingga akhir ditampilkan dengan konsisten sebagai seorang yang tetap pendiriannya dan selalu memberikan pengertian yang bijak kepada tokoh utama Sukreni.

Keempat, pengarang melalui novel Ketika Cinta Bertasbih telah mengangkat realita kekinian. Artinya, pengarang Habiburrahman El Shirazy sebagaimana pengarang lainnya telah berani meninggalkan kebiasaan lama dengan mengaktualisasikan realitas kehidupan yang dialami pada saat itu. Seperti persoalan perbedaan kasta dalam masyarakat Mesir, persoalan kebiasaan minum arak dan abung ayam, persoalan kriminalitas, persoalan pelecehan seksual, dan lain-lain.Kelima, dalam novel Ketika Cinta Bertasbih, pengarang menampakkan sebuah pandangan baru. Pandangan yang membedakannya dengan cerita-cerita yang bermunculan sebelumnya. Adapun pandangan baru yang dapat dicermati melalui pikiran pengarang dalam novel tersebut adalah keinginan pengarang untuk mengungkapkan kebenaran melalui tatanan kehidupan yang normatif, mulai dari persoalan kehidupan yang dianggap sederhana atau kecil sampai dengan persoalan-persoalan kehidupan yang besar dan kompleks.

Penelitian terhadap novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dilakukan dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik. Pendekatan ini memandang sebuah karya sastra dari struktur intrinsik, pandangan sosial kelompok pengarang, dan kondisi eksternal pengarang untuk menemukan world vision atau pandangan dunia (Wuradji, 2000:61).Pandangan dunia pengarang yang tertuang dalam novel ini patut untuk diketahui, sejauh mana gambarannya. Di samping itu, faktor sosial budaya dan latar belakang (genetika) apakah yang membuat pengarang menelurkan novel ini. Hal ini perlu diketahui karena bagaimanapun pengarang pasti punya landasan kuat dan argumen dalam kapasitasnya sebagai salah satu individu kolektif yang merasakan dan mengetahui problem-problem sosial budaya dalam masyarakat Mesir dan Indonesia.
Struktur karya sastra mengarahkan pada pengertian hubungan antara unsur-unsur pembangunnya (intrinsik) yang bersifat timbal Mesirk, saling menentukan, saling mempengaruhi, dan secara bersama-sama membentuk saatu-kesatuan yang utuh (Nurgiantoro, 1995:36).Novel Ketika Cinta bertasbih ini merupakan salah satu karya sastra Indonesia kontemporer yang kental dengan aspek-aspek religius.

x1

Unsur_unsur budaya dalam novel ketika cinta bertasbi

Nama :
Npm : 0904286
Prodi : Pbsid II`b


Kajian tentang struktur intrinsik novel Ketika Cinta Bertasbih juga dapat dilakukan secara keseluruhan. Melalui analisis secara keseluruhan ini akan dapat diungkapkan keutuhan dan kekuatan jalinan cerita dari tema hingga gaya bahasa yang telah diwujudkan oleh pengarangnya. Hal yang membuat penulis tertarik untuk menganalisis karya sastra berjudul Ketika Cinta Bertasbih adalah karena karya ini begitu akrab dengan dunia penulis yang berlatar belakang santri, judulnya mengesankan cinta yang diridhoi Allah di mana cinta pun dapat bertasbih, mengucapkan Subhanallah (Maha Suci Allah). Dan kedua novel ini adalah karya baru di ranah kesastraan Indonesia, seorang penulis berlatar belakang santri yang mampu memberi spirit dan nuansa keislaman yang kental dalam kehidupansehingga dijadikan film oleh perusahhan film Sinemart Picture, mengikuti sukek film Ayat-Ayat Cinta yang meraih empat juta penonton dalam empat bulan.Suatu karya sastra tercipta tidak dalam kekosongan sosial budaya, artinya, pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu karya sastra. Suatu karya sastra tercipta lebih merupakan hasil pengalaman, pemikiran, refleksi, dan rekaman budaya pengarang terhadap sesuatu hal yang terjadi dalam dirinya sendiri, dan masyarakat.

Karya sastra itu ditampilkan dalam bentuk puisi, prosa, dan prosa liris. Dalam bentuk prosa karya sastra muncul dalam bentuk cerpen, novel, biografi, dan otobiografi. Jadi salah satu bentuk karya sastra berupa prosa adalah novel.Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang mampu memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan kemanusiaan dan kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang seringkali kita dengar bahwa novelis dapat mengajarkan lebih banyak tentang sifat-sifat manusia dari pada psikologi- the novelist can teach you more about human nature than the psychologist (Wellek, 1993:34). Para novelis menampilkan pengajarannya melalui berbagai tema dan amanat dalam novelnya, tema kemanusiaan, sosial, cinta kasih, ketuhanan, dan sebagainya.

Sastra mempunyai dua watak, yaitu watak universal dan watak lokal (Budi Darma,1999:54). Dikatakan universal dilihat dari dari temanya, karena, dimanapun, kapanpun dan oleh siapapun ditulis pada hakekatnya sama, yaitu seputar cinta kasih, kebahagiaan, ketidakadilan dan lain-lain, hal-hal itulah yang selalu menguasai tema sastra, damanapun, kapanpun, dan oleh siapapun. Dikatakan bersifat lokal karena, meskipun berwatak universal tetapi ciri-ciri lokal, waktu (zaman) pasti ada di dalamnya seperti yang kita kenal dalam periodisasi sastra (sastra lama dan modern). Sastra satu negara dengan sastra negara lain meskipun temanya sama pasti berbeda, sastra suatu bangsa disuatu masa atau kurun waktu yang sama, di negara yang sama, akan menghasilkan karya sastra yang berbeda pula.











Di samping itu faktor pribadi masing-masing pengarang. Tema yang sama digarap oleh dua orang pengarang berbeda pada suatu kurun waktu yang sama, di suatu negara yang sama, akan menghasilkan karya sastra yang berbeda pula (Budi Darma, 1999:54).Misalnya tema cinta, cinta itu universal, cinta ada disegala zaman dan disegala tempat, karya sastra yang bertema cinta baik dalam bentuk puisi, cerpen, novel, drama selalu lahir dari para sastrawa. “Novel Ketika Cinta Bertasbih” buah karya Habiburrahman El Shirazy adalah karya sastra menggarap tema universal pula yaitu cinta, terdiri dari dua seri (Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2). Dia menggunakan majas personifikasi dalam judulnya seakan-akan cinta adalah mahluk hidup yang berakal lalu bisa mengucap tasbih (Subhanallah).Sastra sebagai sebuah karya seni menyodorkan suatu yang menyenangkan, menghibur dan dalam sifatnya yang beragam dan bermanfaat karya sastra memberi pelajaran, pendidikan dan pendalaman moral atau akhlakul karimah. Teori sastra bertugas menjelaskan hakikat dan fungsi karya sastra, diantara teori untuk menjelaskan karya sastra itu adalah teori strukturalisme.

Menurut Nyoman Kutha (2008:91). Strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu berdiri dengan mekanisme antar hubungannya, disatu pihak antara hubungan unsur yang satu dengan unsur yang lainnya, dilain pihak hubungan antara unsur-unsur dengan totalitasnya.
Jadi berdasarkan pengertian strukturalisme tersebut analisis yang berdasarkan teori ini memberikan perhatian terhadap unsur-unsur karya sastra. Pendekatan yang biasa dipakai dalam mendekati suatu karya sastra-apakah dalam bentuk puisi, cerpen, novel, dan novel adalah pendekatan intrinsik dan ekstrinsik.

Unsur intrinsik ini melihat karya sastra dari unsur formal yang membangunnya, seperti tema, peristiwa atau kejadian, latar atau setting, penokohan atau perwatakan, alur atau plot, sudut pandang dan gaya bahasa (Nyoman Kutha, 2008:95). Dan unsur eksternal adalah unsur di luar karya sastra itu yang dapat membantu memahami dan menganalisisnya seperti latar belakang budaya, agama dan pendidikan penulis karya sastra tersebut. Hal ini karena dunia sastra adalah dunia imajinatif, hasil percampuran pengalaman, imajinasi, dan wawasan pengarang.

Dengan demikian hubungan antara karya sastra dengan pengarangnya sangatlah saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Sebuah karya sastra tidak mungkin ada secara tiba-tiba jika tidak ada yang menciptakannya. Dan kualitas sebuah karya sastra bisa dilihat dari pengarangnya. Contohnya saja pengarang penghuni pesantren melahirkan sastra pesantren. pengarang sebagai antropolis bergandengtangan dengan sastra dalam memahami kehidupan manusia. Pengarang multikultural tergambar dalam kehidupan dunia sastra multicultural. Sebagaiman dikatakan:“Pengarang memiliki posisi yang sangat menentukan. Pada umumnya unsure-unsur kepengarangan dikaitkan dengan asumsi struktur rohaniah, seperti:kapasitas intelektual dan logika, kualitas moral dan spiritual, fungsi-fungsi didaktis dan ideologis. Pengarang dipandang sebagai subjek yang memilki kompetensi yang paling memadai dalam menghasilkan sebuah karya sastra”.
(Dr.NyomanKutha Ratna,2009:194)



Namun di samping itu sastra juga tidak terlepas dari manusia karena keduanya memiliki hubungan yang takkan terpisahkan, manusia merupakan objek penceritaan terbesar dalam sebuah karya sastra terutama novel.“manusia serta kehidupannnya persoalan yang selalu menarik dibahas. Sastra berisi manusia dan kehidupannya. Manusia dan kehidupannya berkait rapat dengan kehidupan sastra. Manusia menghidupi sastra. Kehidupan sastra adalah kehidupan manusia. Manusia beragam melahirkan hubungan sastra dan agama” (Antilan Purba,2009:2).Begitupun kaitan karya sastra dengan Sang Pencipta, jika seorang pengarang yang berjiwa agamais maka ia akan menciptakan sastra yang sarat akan ajaran agama, dan bagiaman dalam sebuah karya sastra nilai ketuhanan para pengarang berusaha memaparkan kaidah-kaidah agama di dalam karya sastra yang diciptakannya. Contohnya saja novel Ketika Cinta Bertasbih ini.

Penelitian terhadap novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dilakukan dengan menggunakan pendekatan strukturalisme genetik. Pendekatan ini memandang sebuah karya sastra dari struktur intrinsik, pandangan sosial kelompok pengarang, dan kondisi eksternal pengarang untuk menemukan world vision atau pandangan dunia (Wuradji, 2000:61).Pandangan dunia pengarang yang tertuang dalam novel ini patut untuk diketahui, sejauh mana gambarannya. Di samping itu, faktor sosial budaya dan latar belakang (genetika) apakah yang membuat pengarang menelurkan novel ini. Hal ini perlu diketahui karena bagaimanapun pengarang pasti punya landasan kuat dan argumen dalam kapasitasnya sebagai salah satu individu kolektif yang merasakan dan mengetahui problem-problem sosial budaya dalam masyarakat Mesir dan Indonesia.
Struktur karya sastra mengarahkan pada pengertian hubungan antara unsur-unsur pembangunnya (intrinsik) yang bersifat timbal Mesirk, saling menentukan, saling mempengaruhi, dan secara bersama-sama membentuk saatu-kesatuan yang utuh (Nurgiantoro, 1995:36).Novel Ketika Cinta bertasbih ini merupakan salah satu karya sastra Indonesia kontemporer yang kental dengan aspek-aspek religius.

Selasa, 01 Juni 2010

bumi cinta

Novel yang paling ditunggu-tunggu di tahun 2010 ini telah hadir. Lagi-lagi Kang Abik kembali membuat Indonesia harus jujur mengakui Kiai yang “nyastra” ini adalah salah satu novelis terbaik sepanjang masa. Dan Anda tak perlu terkejut jika sesaat setelah membuka sampul plastik novel, lalu mulai membaca, dan membacanya terus, hingga Anda tak bisa menghentikannya …
Novel yang bersetting musim dingin bersalju hingga awal musim semi yang hangat ini dibingkai dengan cover yang apik dan unik. Dimana personifikasi nama penulis lebih ditonjolkan daripada judulnya sendiri. Sebagaimana Mario Puzo dengan The Godfather atau Omerta-nya, yang dalam cover novelnya, nama Mario Puzo lebih mendominasi atau hampir sama dengan judulnya. Itu karena kualitas penulis sudah tidak lagi berharap pada manisnya judul. Apapun judulnya, atau bahkan tanpa judul sekalipun, asalkan Habiburrahman El Shirazy, adalah kualitas nomor satu. Begitulah.
Cover novel bergambar Lapangan Merah (Red Square) lengkap dengan Gereja St. Basil Moskwa Rusia yang tengah bertabur salju. Banyak spekulasi yang mengatakan bahwa bangunan dan interior dari Cathedral of Saint Basil the Blessed atau Katedral Intersesi atau Pokrovsky Cathedral itu adalah membawa unsur-unsur tertentu dari monumen-monumen Timur Lenk di Samarkand, atau unsur dari masjid Qolsharif di Kazan. Mungkin hal itu benar, karena bentuk kubah-kubahnya pun memang lebih mirip masjid daripada sebuah gereja. Tapi hal itu tetap menjadi spekulasi karena sampai saat ini pun bentuk asli masjid Qolsharif di Kazan tak pernah diketahui. Wallahu ‘alam.
Sedangkan foto berukuran besar Kang Abik plus senyum manisnya menghiasi sampul belakang novel ini. Jujur, cover bagian belakang novel ini begitu nyantol di hati.
Novel setelah 546 halaman ini dibuka dengan suasana bandara Sheremetyevo yang tengah berselimut salju. Muhammad Ayyas, pemuda Indonesia jebolan Universitas Islam Madinah yang tengah menyelesaikan master sejarah S2 di India sengaja datang ke Moskwa untuk melakukan riset penelitian untuk tesisnya. Devid, seorang kawan lamanya membantu Ayyas untuk mencarikan apartemen yang cocok untuknya. Apartemen tua tersebut berada di Smolenskaya, yang dibangun pada zaman pemerintahan Stalin, dan tepat berhadapan dengan The White House Residence.
Sayangnya, meskipun memiliki kamar tidur sendiri dalam apartemen itu, Ayyas harus berbagi ruang tamu, dapur, dan kamar mandi dengan dua wanita cantik, Linor dan Yelena. Yang tak tanggung-tanggung, Yelena adalah pelacur high class, atheis, yang menyamar sebagai guide bagi turis-turis asing yang berkunjung ke Moskwa. Sedangkan Linor adalah jurnalis sekaligus seniman orkerstra yang piawai bermain biola, padahal sebenarnya agen Mosad.
Dari sinilah konflik demi konflik dimulai. Ayyas, seorang muslim berjuang dengan keteguhan iman melawan kondisi Moskwa yang menjunjung freesex dan kebebasan tak bertuhan. Belum lagi dengan kehadiran Doktor Anastasia Palazzo, asisten Profesor Abramov Tomskii, yang membimbing penelitian Ayyas di Moskovskyj Gosudarstevnnyj Universiteitimeni Lomonosova (GMU). Sosok cerdas nan anggun Anastasia menjadi cobaan tersendiri bagi Ayyas, yang sebenarnya Anastasia sendiri jatuh hati pada Ayyas.
Dalam novel ini, Kang Abik menyajikan adu argumentasi dua tokohnya dengan memikat, Ayyas dan Anastasia. Begitu dewasa dan berkelas. Salah satunya saat Anastasia meminta Ayyas untuk menjelaskan manfaat mempelajari Sejarah. Dan Ayyas pun menjawabnya dengan gambaran rinci bagaimana kehidupan dan perjuangan Anastasia sendiri sebelum menjadi doktor di GMU. Juga saat Ayyas yang membantah teori Nietzche yang mengatakan bahwa Tuhan telah mati, di sebuah seminar.
Hal ini tentu saja membuat keimanan kita kepada Allah semakin tebal dan bertambah, Insya Allah, juga pengetahuan tentang sejarah. Jika tak berlebihan kiranya jika saya mengatakan, seperti membaca buku ensiklopedi sejarah yang tebal dengan rasa novel yang tak membosankan.
Diceritakan saat Ayyas sepulang dari Moskovsky Soborni Mechet atau Masjid Agung Moskwa, Ayyas menjumpai Linor tengah bergumul dengan Sergei Gadotov, seorang tangan kanan Boris Melnikov, Bos gang mafia Voykovskya Bratva, di ruang tamu apartemen. Ayyas merasa jijik dan langsung masuk ke dalam kamar, lalu memutar Murattal Al Qur’an dari laptop-nya keras-keras. Terang saja Sergei tersinggung dan marah besar. Perkelahian pun tak terelakkan.
Pada bagian ini, jujur saya tersenyum-senyum sendiri, berbeda dengan novel-novel sebelumnya, kali ini Kang Abik juga menampilkan tokoh yang piawai bersilat Thifan Po Khan, semacam bela diri Muslim China. Alur tempo cerita pun Kang Abik percepat sedekimian rupa, hingga saya merasa menikmati layaknya cerita silat Kho Ping Hoo. Ciat … ciat … ciat … .
Ayyas membuat Sergei tak beradaya. Saat Linor berusaha melerai, justru Sergei memukul dan mencekiknya. Beruntung Ayyas segera menolongnya. Kali ini Sergei benar-benar sekarat. Linor membawa Sergei keluar apartemen dengan mobilnya. Linor berencana menghabisi Sergei. Tapi Sergei mati dalam perjalanan. Naluri Mosad Linor pun bereaksi. Linor melenyapkan dan mengalihkan bukti-bukti agar pembunuhan bukan seolah-olah karena Ayyas dan Linor.
Di lain kesempatan, Ayyas menyelamatkan Yelena yang nyaris mati setelah anak buah Olga Nikolayenko, mucikarinya, menganiaya Yelena dan membiarkan tak berdaya di jalan bersalju.
Namun, Boris merasa tak begitu saja percaya dengan alibi Linor. Boris pun mencurigai Linor. Melihat nyawanya terancam bahaya, Linor meminta untuk Yelena untuk meletakkan ponsel Sergei di kamar mandi Olga Nikolayenko. Dengan demikian, Boris akan menyangka Olga lah pelakunya. Akibatnya, pastilah terjadi pertempuran dahsyat antara dua mafia, Voykovskaya Bratva yang di pimipin Boris, dan Tushinskaya Bratva yang dipimpin Vladimir Nikolayenko, suami Olga Nikolayenko. Yelena pun menyetujui rencana Linor agar Yelena benar-benar terlepas dari kekangan Olga dan kehidupan kelamnya.
Rencana busuk Linor dan Ben Solomon lainnya adalah membuat alibi seolah-olah Ayyas lah pelaku bom di Hotel Metropol dengan meletakkan bahan bom dalam ransel di kamar Ayyas.
Intrik demi intrik berbau mafioso ini membuat saya seperti membaca The Godfather.
Tak hanya itu, sindiran pada Indonesia yang tak seperti Rusia dalam melestarikan cagar budayanya juga Kang Abik hadirkan dalam novel ini. Sisa-sisa bangunan Rusia di masa lalu masih terawat baik, sementara Kerajaan Majapahit, Sriwaja, dan Demak yang kondang itu tak dijumpai utuh. Juga bagaimana Rusia membangun stasiun seperti musium yang anggun dan berkelas.
Akankah Ayyas akan tergoda dengan genitnya Linor, seksinya Yelena, atau anggunnya Anastasia? Berhasilkah rencana Linor mengadu domba dua kelompok mafia itu? Berhasilkah alibi Linor dan rencana pengeboman Hotel Metropol? Apakah Yelena dapat keluar dari kehidupan kelamnya dan mempercayai kembali adanya Tuhan? Akankah pernikahan Anastasia Pallazo dan Boris Melkinov? Bagaimana pula pertunangan Ayyas dan Ainal Muna? Siapakah Linor sebenarnya? Lalu bagaimana dengan Devid? Akankah Devid kembali ke jalan yang lurus?
Wow, sungguh tak bijak rasanya jika saya menceritakan semuanya di sini. Karena Anda akan kehilangan kenikmatan novel ini seutuhnya. Itu karena Kang Abik dalam novel “Bumi Cinta” ini sungguh menyajikan kejutan-kejutan di sana-sini yang pastinya akan membuat Anda tercengang. Ditambah lagi alur yang tak mudah ditebak dengan kecepatan alur yang diatur sedemikian rupa, hingga tak terasa membosankan.
Meskipun pada akhirnya Kang Abik membuat ending yang tragis dan sedikit terbuka. Hingga menjadikan banyak pembaca yang berharap ada kelanjutan dari novel “Bumi Cinta” ini.
Dan yang paling penting sebenarnya adalah hikmah yang terkandung sebagaimana Kang Abik jelaskan dalam prolog novel ini, yakni sebuah tadabbur Firman Allah QS. Al Anfal [8]: 45-47, tentang resep mujarab yang telah Allah berikan guna menghadapi musuh-musuh iman; [1] berteguh-hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya; [2] taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan; [3] bersabarlah; dan [4] janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud ria kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah.
Juga nasihat Kiai Lutfi Hakim, “Eling-elingo yo Ngger, endahe wanojo iku sing dadi jalaran batale toponing poro santri lang santri agung!”, yang artinya “Pesona wanitalah yang membuat para santri gagal bertapa!”

1. Penokohan
Ada 4 tokoh sentral dalam cerita ini.
Pertama : Muhammad Ayyas, lelaki Indonesia yang menyelesaikan S1 nya di Madinah dan saat ini sedang menyelesaikan studi S2-nya di India. Ayyas ke Moskow-Rusia untuk melakukan penelitian Thesis S2-nya tentang sejarah umat Islam di Rusia pada jaman Stalin. Ayyas kemudian di pertemukan dengan Prof. Tomskii yang menjadi teman sejawat pembimbingnya di India. Namun kemudian, Prof. Tomskii tidak bisa membimbingnya karena ada tugas negara ke Turki hingga proses bimbingan di serahkan kepada Doktor Anastasia. Ayyas melakukan riset thesis di Lomonosov Moscow State University atau biasa disingkat MGU.
Penokohan Ayyas terbilang cukup berhasil. Jika orang banyak yang protes tentang sempurnanya setiap tokoh yang di gambarkan oleh Kang Abik, dari Fachri, Azzam hingga Niyala. Saya pribadi justru setuju dengan Kang Abik. Perlu ditumbuhkan tokoh-tokoh teladan yang akan mengisi jiwa para pembaca agar bisa melihat inilah sosok Al Qur’an yang berjalan. Saya yakin dan percaya bahwa masih banyak pemuda-pemuda yang akhlaqnya seperti Al Qur’an, bahkan pernah bertemu dengan sosok-sosok seperti itu. Oleh karena itu, untuk penggambaran tokoh Ayyas, kang Abik cukup berhasil mengantarkan pembacanya untuk mengetahui dengan detail seiapa Ayyas ini. Seorang yang cerdas, teguh dengan iman-nya, jago bela diri, baik hati, romantis, dan tegas untuk hal-hal yang terkait dengan prinsipnya.
Kedua : Anastasia Palazzo. Doctor Sejarah lulusan Cambridge University. Sebuah perpaduan yang sempurna antara kecantikan, kedudukan, ilmu dan kuatnya memgang prinsip sebagai seorang kristen ortodoks.
Tokoh ini adalah tipe perempuan yang jarang dekat dengan laki-laki, sangat tinggi egonya dan tentunya sangat cerdas, terlihat dari prestasi akademiknya yang cemerlang. Beliau adalah dosen di MGU yang mengajar mahasiswa S1 dan merupakan asisten dari Prof. Tomskii. Tokoh ini mirip sekali dengan Maria di Ayat-ayat Cinta. Hanya saja, saya merasa tokoh ini seperti tidak nyata. Sangat di buat-buat. Tokoh ini digambarkan begitu sempurna dan sangat suci untuk ukuran orang Rusia yang merupakan negara yang cukup bebas. Sudah cerdas, taat beragama, baik hati, teguh pendirian, tidak pernah dekat dengan laki-laki (kecuali satu kali dengan teman SMA-nya), dan semua titik kesempurnaan ada padanya. Yang cukup menggangguku adalah kemudian dengan mudahnya ia jatuh cinta kepada Ayyas. Saya merasa perasaan cinta yang hadir itu terlalu singkat, agak beda dengan Maria di AAC yang memang telah tahu sosok Fahri sejak dulu. Anastasia tersihir dengan kecerdasan dan keteguhan menjaga prinsip yang dimiliki oleh Ayyas sehingga ia akhirnya jatuh cinta dengan Ayyas.
Ketiga : Yelena. Pelacur papan atas di Rusia dan merupakan langganan para pejabat negara jika bertandang ke Rusia. Rasanya saya tidak perlu heran dengan bobroknya ahlaq para petinggi-petinggi tiap negara yang sering memakai pelacur untuk tempat hiburan mereka. Di Novel ini juga dikisahkan ada pejabat negara Indonesia yang pernah “memakainya”. Saya jadi ingat salah satu MUKERNAS Partai Politik Besar di Indonesia yang pernah di adakan di Bali, dimana pemakaian KONDOM selama acara MUKERNAS itu meningkat jauh dan pemesanan perempuan-perempuan malam naik cukup drastis selama acara berlangsung. Itulah sedikit catatan kelam yang saya baca di media elektronik. Jadi rasanya kita tidak perlu heran.
Yelena adalah seorang Atheis, yang pernah memeluk semua agama termasuk Islam. Dimana dia menganggap agama Islam-lah yang masih bisa diterimanya. Yelena adalah teman satu apartemen Ayyas, dan sering berpakaian sangat minim (karena sudah biasa disana) selama berada di apartemen.
Sebuah kejadian dahsyat kemudian merubah pemikirannya tentang Tuhan. kejadian itu melibatkan Ayyas, dan mucikari yang menjadi tempat naungannya selama ini, juga Bibi Margareta seorang gelandangan yang kemudian tinggal bersama mereka. Yelena termasuk pelacur yang cukup cerdas karena pernah mengenyam bangku kuliah. Sosok yelena digambarkan dengan sangat baik bersama sejuta pesona kecantikan khas gadis-gadis Rusia. Yelena jugalah yang menjadi salah satu penggoda iman terbesar bagi ayyas.
Keempat : Linor. Dia adalah agen Mossad yang bekerja untuk Israel dan Yahudi. Seorang pemain biola Profesional dengan wajah yang cantik meski kelihatan dingin. Satu-satunya yang cukup membuatku janggal mengikuti tokoh ini, adalah mengetahui bahwa dia adalah anak keturunan Palestina. Cerita di Novel ini seperti film-film yang sangat dikhayal-khayalkan. Saya jadi ingat komentar Ayu utami terhadap karya Kang Abik AAC yang mengatakan, bahwa karya beliau terlalu nge-POP, menina-bobokan masyarakat dengan kisah yang happy ending, dan mirip dengan kisah-kisah Hollywood jaman 80-an. Tokoh Linor juga menurutku masih belum berhasul digambarkan dengan utuh sebagai seorang agen intelejen Mossad. Kang Abik sepertinya perlu lebih banyak riset mengenai kehidupan para Intel sebelum menuliskan tokoh ini, sebab Linor justru kelihatan tidak terlalu berbahaya dan tidak menjadi tokoh yang menakutkan. Atau mungkin saya saja yang kurang jeli ? menurutku, masih terlalu lemah penokohan linor ini.
2. Penggambaran Suasana Kota Rusia
Mungkin karena sudah pernah melewati musim dingin di Taiwan (meski tidak bersalju) saya merasa amat sangat tidak menikmati kota Moskwo dalam musim dingin. Malah kelihatan mencekam bukan Indah dengan suhunya puluhan derajat dibawah 0. Rasanya begitu hebat musim dingin disana.
Kang ABik kelihatan tidak sedetail menggambarkan Rusia seperti halnya Mesir. Banyak hal-hal yang menurutku tidak utuh sehingga penggambaran Rusia menjadi datar dan agak gagal. Mungkin karena belum tinggal disana cukup lama, sehingga detail keindahan Rusia belum berhasil digambarkan dengan sempurna oleh Kang Abik

edensor

Saat sedang chat dengan teman saya di facebook teman saya bilang kalau dia diberi tugas oleh gurunya (saya dan dia beda sekolah) mencari Unsur Ekstrinsik dan Instrinsik Novel Edensor. Saya mencoba untuk membantunya dan akhirnya saya dapat Sinopsis dan Unsur Instrinsik Novel Edensor tapi unsur Ekstrinsiknya saya tidak dapat. Setelah itu saya sms teman saya itu (sekitar pukul 9 malam) tapi ternyata tugas itu harus dikumpulkan besok pagi dan tidak mungkin untuk dia pergi ke warnet pada jam segitu. Yasudalah, agar usaha saya itu tidak sia-sia maka saya posting saja tugasnya di blog saya ini.

Sekilas tentang Novel Edensor

Edensor adalah buku ketiga karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada bulan Mei tahun 2007. Edensor merupakan buku ketiga dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya dan yang terakhir adalah Maryamah Karpov. Edensor masuk nominasi penghargaan nasional sastra KLA (Khatulistiwa Literary Award) tahun 2007.

Karena Sinopsis dan Unsur Instrinsik Novel Edensor ini cukup panjang anda bisa mendownloadnya disini

* DOCX


Sinopsis

Novel edensor ini menceritakan tentang petualangan Ikal dan Arai di Eropa. Setelah berhasil memperoleh beasiswa ke Perancis, mereka berkuliah di Universite de Paris, Sorbone, disini, Ikal dan Arai mengalami banyak kejadian yang orang biasa sebut sebagai kejutan budaya. Banyak kebiasaan dan peradaban Eropa yang berlainan sama sekali dengan peradaban yang selama ini mereka pahami sebagai orang Indonesia. Khususnya melayu.

Dalam buku ini juga Ikal dan Arai kembali menuai karma akibat kenakalan – kenakalan yang pernah mereka lakukan semasa kecil dan remaja dulu. Novel ini juga menceritakan petualangan Ikal dan Arai meyusuri Eropa dengan berbagai pengalaman yang mencengangkan, mencekam, membuat kita terbahak-bahak, dan juga membuat kita berurai air mata.

Edensor menjelaskan bahwa kehidupan kita ini merupakan kepingan-kepingan yang saling terkait satu sama lain, yang desain utamanya tersusun dan tertata rapi, dan masa depan adalah mimpi-mimpi kita yang menjadi kenyataan.

Ikal adalah anak bujang ke lima yang sebenarnya saat mengandung ibunya mengharapkan anak ke limanya ini seorang wanita,karena ke empat anak sebelumnya adalah laki-laki. Tanggal lahir Ikal sama dengan tanggal berdirinya Persyarekatan bangsa-bangsa (PBB) yaitu 24 Oktober, dan ibunya Ikal sangat berharap agar anak ke limanaya ini bisa menjadi seorang juru pendamai seperti PBB.

Dan bayi nomor lima itu diberi nama Aqil Barraq Badruddin, yang oleh Ikal diartikan Anak sholeh berjidat mengkilap yang tidak akan melakukan hal-hal, yang tidak masuk akal dalam hidupnya. Namun, harapan yang diletakan dalam deretan nama agung itu, hancur berserakan. Karena Ikal biasa Aqil di panggil menjelma menjadi seorang anak yang sangat nakal dan sering membuat keonaran.

Pernah suatu saat Ikal menyuruh adiknya yang masih kecil untuk menyanyikan lagu Indonesia raya dengan pengeras suara di Masjid sehingga terdengar ke seantero kampung. Setiap kali Ikal melakukan keonaran, ia pasti kena sidang oleh kedua orang tuanya.

karena kenakalannya, Ikal sempat beberapa kali berganti nama, mulai dari Aqil, Wadudh dan Andrea, namun dari kesemua nama itu tidak mempengaruhi kenakalan Ikal,apalagi setelah orang tua Ikal memutuskan mengadopsi Arai.

Kalaupun ada yang membuat Ikal berubah adalah dengan kehadiran A Ling. Ikal merasa tak ada yang lebih aneh selain orang dimabuk cinta. Segalanya berubah menjadi baik dan berusaha menjadi baik.Ikal menjadi rajin mengaji dengan khusyuk, bahkan Taikong Hamin dan orang tuanya seakan tak percaya dengan perubahan ini.

Selulus SMA Ikal dan Arai memutuskan untuk merantau ke Jawa. Wawancara dari satu tempat ke tempat lain mereka lalui. Sampai akhirnya Ikal diterima bekerja di kantor pos sambil kuliah, dan Arai merantau ke Kalimantan, bekerja dan kuliah disana. Nasib Ikal lebih baik di banding Arai,Ikal menjabat sebagai Pengatur Muda Pos yang berwenang mencairkan wesel.
Sampai akhirnya Ikal dan Arai berhasil menyelesaikan kuliah dan mengikuti tes beasiswa S2 ke Eropa. Dan kemudian Ikal memutuskan berhenti dari pekerjaannya di Kantor pos.
Sampai suatu saat ketika mereka sedang berada di Belitong, mereka menerima surat pengumuman tes beasiswa itu dari Dr. Michaela Woodword, Ikal dan Arai berhasil mendapatkan beasiswa itu.
Ketika Ikal dan Arai akan pergi, Arai berusaha menghubungi Zakiah Nurmala, cinta bertepuk sebelah tangannya untuk pamitan. Namun Zakiah seperti waktu SMA,tak membalas surat Arai. Begitupun Ikal ia merindukan sosok A Ling yang ia tidak tahu dimana keberadaannya.

Ayah Ikal mengantar kepergian anaknya dengan berat hati di Tanjong Pandan,ketika Ikal dan Arai berpamitan ayah Ikal menyerahkan bungkusan dan bungkusan itu harus dibuka jika telah sampai disana. Ayah Ikal sangat bangga kepada Ikal dan Arai,karena Ikal dan arai mampu mencapai apa yang tak pernah dicapainya.
Di Bandara Soekarno Hatta Ikal mempelajari lampiran surat pengumuman beasiswa itu. Ikal dan Arai akan ke Belanda dulu dan akan dijemput oleh Ms.Famke Somers,seorang pegawai dari kantor perwakilan Uni Eropa. Sesampainya di bandara Schippol Arai membentangkan tangannya lebar-lebar dan di Belanda saat itu sedang turun salju.di bandara Ikal dan Arai mencari wanita yang bertugas menjemput mereka dibandara,tidak ada wanita yang memegang tulisan nama mereka mencari mereka, yang ada hanyalah gadis muda berandal yang berteriak tak karuan “Oiiiiikkk !Oikkkkk” ia berlari menuju Ikal dan Arai,mereka pun terkejut,siapakah dia? Ternyata dia adalah Ms.F.Somers,orang yang diutus untuk menjemputnya dibandara

Setelah dari Belanda Ikal dan Arai meluncur ke Belgia dengan kereta,Brugge adalah tempat yang dituju. Famke menyuruh IKal menemui Simon Van der Wall (seorang pemilkik kos ). Disana Ikal dan Arai berpisah dengan Famke yang harus kembali ke amsterdam.Ikal dan Arai memasuki halaman dan tertegun didepan pintu yang membingungkan. Tak ada bel. Yang ad, disamping pintu,hanya deretan kotak kecil,nomor-nomor lantai gedung, tombol-tombol,speaker,dan label nama. Dan Ikal memencet tombol berlabel Van Der Wall, setelah dibingungkan dengan pintu otomatis ini,akhirnya Ikal dan Arai bisa masuk,mereka menuju lantai 3 menemui Van Der Wall.Simon tinggi besar,santai tapi angker. Karena mereka datang hari minggu dan bukan hari kerja,maka mereka tidak bisa tinggal diapartemen itu. Mereka pun meninggalkan gedung yang tak bersahabat itu.

Di Brugge,semua bangunan tertutup, tak seorangpun keluar rumah. Mereka tak tahu kalau ini dilakukan untuk mengantisipasi situasi suhu yang akan drop secara ekstrem malam nanti. Tapi Ikal dan Arai malah berkeliaran di alam terbuka. Arai membeli lilin di sebuah kios kecil yang kemudian langsung tutup. Diujung jalan Ikal dan Arai menemukan bangku kosong, mereka duduk dibawah naungan kanopi. Hujan salju makin lebat. Malam makin larut, pukul dua pagi Arai mengeluarkan termometer dan menunjukan minus sembilan derajat celcius. Arai dan Ikal duduk berpelukan, lengket, mengerut, dan menggigil hebat. Disinilah Ikal merasakan keganjilan dalam dirinya,ia tak merasakan kepalanya,kemudian lehernya terasa tercekik,fikirnya inikah serangan maut??,darah tumpah dari rongga hidungnya. Arai membuka syalnya,melilitkan dileher Ikal. Arai membuka koper dan mengeluarkan semua pakaian dan membalutkannya berlapis-lapis ditubuh Ikal. Tiba-tiba Arai menggendong Ikal menuju pohon-pohon Roman. Ikal ditidurkan di tanah,dibawah rimbunan dedaunan roman. Ternyata Arai meniru cara tentara Rusia bertahan di musim salju.kesadaran Ikal pun sedikit demi sedikit berangsur pulih. Ikal takjub menatap arai.

Ikal dan arai pun berangkat ke Prancis dan tiba di terminal bus Gallieni, mereka bergegas menuruni tangga yang curam menuju metro,mereka pun menaiki metro penumpangnya pun masih beberapa gelintir saja,setelah sampai di stasiun Trocadero, mereka berjalan menyusuri lorong dan pelan-pelan menaiki anak tangga. Arai berjalan didepan,tiba-tiba ia memekik “subhanallah”. Mereka terpaku melihat sosok hitam samar-samar dibalut kabut,tinggi perkass menjulang. Menara Eiffel laksana nyonya besar. Mereka mendekati Eiffel, disentuhnya Eiffel. Sebuah mimpi yang menjadi kenyataan.
Anggun C Sasmi

Paris selalu memberikan kejutan yang menyenagkan. Pulang kuliah sore Ikal dan arai iseng mengunjungi toko musik, mereka merasa senang sekali karena diantara deretan CD musisi dunia tampak album Anggun C.Sasmi dengan lagu yang dibawakan dalam bahasa Prancis. Anggun membuat mereka bangga menjadi orang Indonesia. Semua orang mengenal Anggun.

Mereka mulai kuliah di Sorbone, bersama mahasiswa-mahasiswa dari beragam bangsa didalamnya,membuat kelasnya seperti laboratorium perilaku. Berbagai macam sifat dan sikap ada disini. Orang Inggris, The British, selalu berkoar-koar seperti angsa. Mahasiswa yang paling doyan meladeni The British hanya mahasiswa dari negeri Paman Sam. Ada beberapa gelintir mahasiswa Jerman, dan yang paling istimewa, seorang wanita Bavaria nan semlohai. Katya Kristanaema. Katya, Marcus, dan Christian sangat unggul dalam materi-materi hitungan. Namun Saskia dan Marike bisa dibilang perfect,mereka tak pernah menganggukanggukan kepala sok tahu tak seperti The British yang suka protes. Hanya abraham,Oxxenbergh, Yoram dan Becky yang mampu menyaingi mereka. Orang-orang yahudi itu sangat Jenius. Pribadi-pribadi mengangumkan diperlihatkan orang-orang tuan rumah Prancis : Charlotte, Laborde, Jean Minot, dan Sebastian. Yang lebih menarik ada juga orang-orang Tionghoa, Eugene Wong, Heidy Ling, Deborah Oh dan Hawking Kong. Sisanya orang yang selalu terlambat,berantakan dan tergopoh-gopoh adalah The Pathetic Four mereka adalaha MVRC manoj, Pablo A.Gonzales, Ninochka stronovsky dan Ikal. Mereka selalu terbirit-birit mengejar ketinggalan.

Di Prancis Ikal masih saja mencari A Ling, tetapi setiap tempat dan orang yang bernama A Ling selalu salah. Berbagai cara Ikal lakukan untuk menemukan A Ling tetapi selalu gagal.
Ikal pulang ke Paris dalam keadaan frustasi. Novel Seandainya mereka bisa bicara karya Herriot,kenangan A Ling untuk Ikal, A Ling menandai cerita tentang keindahan desa Edensor. Desa Khayalan itu seakan membukakan jalan rahasia dalam kepala Ika, jalan menuju penaklukan-penaklukan terbesar dalam hidup Ikal,untuk menemukan A Ling, untuk menemukan diri Ikal sendiri.

Ikal dan Arai memiliki rencana keliling Eropa untuk mengisi liburan ini. Townsend histeris mendengar ide gila itu. Bagaimana bisa mengamen untuk biaya keliling Eropa sampai ke afrika. Akan tetapi teman-teman mereka pun akhirnya ikut dengan ide Ikal dan Arai untuk keliling Eropa dengan pertunjukan jalanannya.
Gonzales mencoba penampilannya memain-mainkan bola. MVRC Manoj tampil dengan busana yang membuat nafas tertahan. Gonzales dan MVRC Manoj memadukan sepakbola dan tarian.
Stansfield mendemokan kebolehannnya meniup tombon denganteknik tinggi.dan Townsend tak mau kalah melentingkan nada akordeonnya. Dan akhirnya semua siap berangkat, diiringi lambaian selamat jalan dari semua sahabat.
Townsend ingin membuktikan pada Stansfield bahwa jika ngamen di London, ia bisa dapat duit lebih banyak dari Stansfield. Maka jalur utamanya ialah Inggris. Stansfield sendiri memulai perjalanan melalui Swiss. Ninochka menyusuri Prancis selatan menuju turin, Italia. MVRC Manoj dan gonzales ke Belgia. Ikal dan Arai harus menemui famke menuju ke Belanda.

Sesampainya di Belanda mereka bertemu dengan Famke. Rupanya Famke mempunyai rencana agar Ikal dan Arai tampil di pinggir jalan sebagai manusia patung. Tim make up merias wajah mereka,setelah selesai Ikal memakai baju ikan duyung yang beratnya hampir 10 kg,dan Arai pun memakai baju kostum yang sama sebagai ikan duyung. Arai sebagai ibu ikan duyung dan Ikal sebagai anak ikan duyung.
Setelah meninggalkan Amsterdam,mereka menuju ke Groningen dimana rumah penduduk saling berjauhan. Mereka lalu ke Jerman dan mereka tampil sukses di frankfurt. Jerman telah terbiasa dan menghormati tradisi backpaking. Di Denmark, Swedia, dan Norwegia mereka tak laku. Helsinky, Finlandia, adalah kota Skandinavia terakhir yang mereka kunjungi. Helsinsky adalah kota yang toleran,tempat berbagai pertikaian umat manusia dapat terselesaikan. Ternyata, koya canmtik itu terangterangan menghianati mereka. Disini mereka menghabiskan uang terakhir mereka. Ikal sedikit gmang, karena setelah ini mereka akan menapaki daratan Rusia yang luas.

Di Internet mereka melihat kemajuan saingan mereka MVRC Manoj dan Gonzales tengah jaya-jayanya di Belanda. Townsend telah sampai di Belfast, Irlandia. Kantongnya tebal dan semakin getol menyerang Stansfield. Stansfield sendiri tengah tampil di kota tua Zalsburgh, berarti dia sudah menaklukan Austria. Ninoch sedah sampai Spanyol. Ikal dan arai menempuh jalur yang keliru, karena semakin Eropa Timur, seni jalanan semakin tak laku.
Ikal dan Arai memasuki Belomorsk dalam keadaan bangkrut. Tiga jam tampil disana, sampai bengkak kaki, tak seorangpun melemparkan uang. Dengan menumpang bus sayur atau dengan melompat diam-diam ke gerbong kereta minyak, mereka sampai ke Moskowa. Di Syzran nasib paling sial menghadang. Esoknya polisi-polisi itu mengantar mereka keluar batas desa. Mereka dicampakan dalam keadaan lapar,mulut bengkak dan hati yang terluka. Dan akhirnya mereka sampai ketempat yang bisa disebut ujung dunia, Belush’ye berada di Taiga Siberia, bagain dari Siberia. Mereka menumpang kegerbong yang mengangkut bahan bangunan, tapi tengah malam mereka diturunkan begitu saja karena ada inspeksi. Mereka berjalan dan bingung menghadapi perempatan tanpa kompas dan peta. Tiba-tiba Ikal teringat akan navigator alam; Weh! Ikal mengeja bintang satu persatu. Weh dulu mengajari Ikal membaca langit.

Ikal dan Arai berbalik kebarat, menuju Olovyannaya diatas tapal Mongolia. Setiap melewati perkebunan Zaitun mereka melamar kerja membantu petani memetik buahnya demi upah beberapa butir kentang. Mereka melewati kampung demi kampung. Sebagian adalah kampung tambang yang telah diabaikan. Mereka terperosok kepedalaman, menjumpai hal-hal yang aneh seperti orang muslim beribadat seperti Nasrani dan orang Nasrani fasih membaca al-quran. Ada masyarakat yang memuja kambing,memandikan bayi yang baru lahir dengan darah lembu,dan melemparkan ari-ari keatas atap. Ada pula komunitas yang patriakis, para istri harus tidur dilantai dua gedung jerami dan hanya dikunjungi para suami jika diperlukan.

Setelah di Olovyannaya Ikal dan Arai melanjutkan perjalanan ke tanah Parsi:Iran, tak jauh dai Sebelah timur adalah Mongolia yang sungguh menggoda. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Yunani dan merekka bergelimangan uang disini. Namun nasib berbalik mereka alami di Balkan(Bosnia, Serbia, dan sekitarnya), disana jangankan mengapresiasi seni,mereka bahkan masih trauma dengan peluru yang baru saja berdesing dari kepala mereka. Dan merekapun kembali miskin disini.
Di Rumania mereka bertemu dengan seorang bapak tua berperawakan kurus yang selalu mengawasi mereka.

Di Rumania mereka bertemu dengan seorang bapak tua berperawakan kurus yang selalu mengawasi mereka,gerak geriknya mencurigakan. Jika didekati dia menjauh. Suatu malam Ikal dan Arai tidur disebuah halaman TK,tengah malam tiba-tiba Ikal terbangun karena backpak yang ia gunakan sebagai bantal ada yang menarik, Ikal dan Arai refleks saling melindungi. Tiga orang laki-laki dan satu orang perempuan dengan seringai mengancam mereka.
Tiba-tiba bapak tua yang dari tadi mengamati mereka datang menolong mereka dari kegelapan, ia meraih kepala slang tabungnya dan menyemprot para penjahat itu dengan gas pestisida. Para perampok itu pun kocar kacir, berteriak dan memaki-maki. Kehidupan malam di Eropa sangat mengerikan.
Kemudian bapak tua itu mendatangi mereka,ia tersenyum bersahabat,ia mengulurkan tangan menyalami Ikal dan Arai. “Nhama sayha Toha,ashli Purbhalingga.”
Bapak itu tertawa lebar, menakjubkan nun jauh dikota terpencil kumuh di pelosok Rumania, mereka menemukan orang jawa yang merupakan seorang pembasmi kecoa.

Kemudian Ikal dan Arai menuju ke Austria,disana mereka bertemu dengan seorang tukang kebab bernama Mashood. Mereka menanyakan letak masjid kepadanya. Disana ada masjid orang Arab,dan hanya orang Arab disana. Di masjid Turki,hanya ada orang Turki. Dan selebihnya orang muslim selain dari Arab dan Turki berkumpul di Masjid Afghanistan,di Gmunden. Mashood menceritakan tentang imam masjid yang sangat dipujanya, imam itu bernama Oruzgan. Disini pula Arai menuai karma masa kecilnya ketika sedang shalat berjamaah, disaat semua orang sedang khusyuk,namun ketika imam sampai pada ayat al-fatihah,kekhusyuan sontak berantakan. Semua orang terperanjat mendengar jeringan panjang “aaaaaaaaaaaaammmmmmmmmmmmmmmmmmiieeennnnnnnnnnnnnn….”rupanya Arai melolong seperti dulu yang sering ia lakukan dimasjid di kampung. Yang lebih mengangetkan suara itu muncul dari satu orang, karena mazhab yang mereka anut hanya mengucapkan amin didalam hati.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Venesia. Disana pria wanita berkerumun di kafe seperti sedang bermain sandiwara. Pria Italia sungguh flamboyan dan penuh gairah.
Ikal dan Arai berjanjian dengan MVRC Manoj,Gonzales,Ninonh,Stansfield,dan Townsend dan bertemu di Spanyol. Perjalanan usai MVRC Manoj dan Gonzales tim yang kalah. Dan pemenang perlombaan ini adalah Ikal dan Arai. Kemudian mereka pulang ke Paris naik kereta malam.

Sesampai di Paris mereka kembali mengerjakan rutinitas kuliah mereka. Namun suatu hari rutinitas itu terpecah. Katya menelpon Arai dan menyuruhnya segera ke kampus. Tiba dikampus Ikal melihat Arai digotong, hidungnya berdarah,ia masuk ICU. Arai terserang Asthma Bronchiale.dan penyakit ini pula yang dulu merenggur nyawa ayahnya diusia muda. Akhirnya Arai harus dipulangkan ke Indonesia, Ikal merasa sedih akan berpisah dengan Arai. Hari demi hari Ikal lalui dengan menyibukan diri dengan risetnya.
Tiba tiba Maurent memanggil Ikal dan mengabarkan Prof Turnbull akan pensiun dan pulang kampung ke Sheffield Inggris, dan mengabarkan kalau tak ingin kehilangan waktu, Ikal harus mengikuti exchange program, pindah ke Sheffield Hallam University.

Kemudian Ikal pergi ke Inggris,sesampainya di Terminal Victoria,London. Ikal melnjutkan perjalanan dengan bus antar kota ke Sheffield, sheffiel memang tak menyenangkan. Berbulan-bulan Ikal tinggal disana.
Dan akhirnya Ikal pun selesai mengerjakan risetnya. Dan Ikal diundang minum the oleh keluarga Turnbull kerumahnya dan untuk menandatangani riset Ikal.
Rumah Prof Turnbull jauh diluar Sheffield. Sesampainya dirumah Prof Turnbull,Ikal disapa oleh wanita tua dengan wajah yang anggun,dan ternyata Prof sedang tidak dirumah,Ikal dipersilahkan masuk. Karena lama menungu Prof datang,Ikal memutuskan untuk berkeliling desa. Ikal pun menaiki bus desa yang sudah butut. Didalamnya duduk terpisah segelintir petani,bus meluncur terderak-derak. Diluar jendela Ikal menikmati pemandangan. Tak terasa lebih dari satu jam Ikal berada didalam bis, lalu bus menaiki bukit yang landai . Ketika bus berbelok,dedaunan cemara tersibak dan seketika itu pula tersaji pemandangan yang mengingatkan Ikal pada sesuatu.

Bus merayap, Ikal semakin dekat dengan desa yang dipagari tumpukan batu bulat berwarna hitam. Ikal bergetar menyaksikan jauh dibawah sana,rumah-rumah penduduk berselang seling. Ikal merasa menembus lorong waktu dan terlempar dalam negeri khayalan yang telah lama hidup dalam hatinya. Kemudia Ikal bergegas meminta sopir berhenti. Ikal kembali teringat akan keindahan tempat ini selama belasan tahun,dan tiba-tiba tersintesa persis didepan matanya. Kemudian Ikal bertanya kepada seorang ibu untuk memberi tahu nama tempat ini. Kemudian ibu itu menjawab. “ sure, it’s Edensor…”
Kutipan

n “ Taukah engkau Ikal…?” “ Langit adalah kitab yang terbentang…” “ Sejak masa ozoikum, ketika kehidupan belum muncul, langit telah mencatat semua kejadian di muka bumi…” Pada setiap simbol ia bersabda, “ keseimbangan perawan, Leo sang singa, matahari pertama musim panas, bintang kastor, musim menyemai benih “.

n “Zenith dan nadir, seperti akar ilalang yang menusuk-nusuk kakikku, menikam hatiku. Nanti, harus kujelajah separuh dunia, berkelana diatas tanah-tanah asing yang dijadikan mimpi-mimpi, akan kutemui perempuan yang membuat hatiku kelu karena cinta, karena rindu yang menyikasa, untuk memahami kalimah misterius itu. Dikuburan usang, diantara nisan para pendusta agama itu, aku sadar aku telah belajar mencintai hidupku dari orang lain yang membenci hidupnya.”

n “Belitong menjelang malam, adalah semburan warna dari seniman impresi yang melukis spontan, tak dibuat-buat, dan memikat….. Masjid seperti oase bagi semua anak melayu udik. Disana, bukan hanya sekedar tempat salat dan mengaji, tapi tempat bermain dan membuat jani-janji. Masjid nan indah, tasbihnya berupa-rupa, kaligrafinya mempesona, dan pilar-pilar tingginya memantulkan suara…. Belum lagi satu kegembiraan yang aneh, kegembiraan yang secara ajaib menjelma kalau ramadhan tiba. Semuanya semakin indah karena keluarga kami memungut Arai, sepupu jauhku. Maka, aku memanggilnya

n “Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain sepeerti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar kea rah yang mengejutkan.”

n “Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angina, dan menciut dicengkram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penakluka. Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!”

n “Lereng-lereng bukit yang tak teratur tampak seperti berjatuhan, puncaknya seakan berguling ditelan langit sebelah barat. Bentuknya laksana pita kuning dan merah tua. Pegunungan tinggi yang tak berbentuk itu lalu terurai menjadi bukit-bukit hijau dan lembah-lembah nan luas. Didasar lembah sungai berliku-liku di antara pepohonan. Rumah-rumah petani Edensor yang terbuat dari batu-batu yang kukuh dan berwarna kelabu bak pulau ditengah lading yang diusahakan. Lading itu terbentang seperti tanjung yang hijau cerah diantar lereng bukit. Dipekarangan, taman bunga mawar dan asparagus tumbuh menjadi pohon yang tinggi. Buah persik, buah pir, buah ceri, buah prem, bergelantungan diatas tembok selatan, berebut tempat dengan bunga-bunga mawar yang tumbuh liar…”.

n Ibunda guru Muslimah Hafsari, adalah guruku yang pertama. Dulu, waktu aku masih SD,beliau pernah berpesan pada kami, murid-muridnya, para Laskar Pelangi, “ Jika ingin menjadi manusia yang berubah, jalanilah tiga halini: sekolah, banyak-banyak membaca Al-Qur’an, dan berkelana”. Aku paham sekolah dan membaca Al-Qur’an dapat mengubah orang karena disanalah tersimpan kristal-kristal ilmu. Baru disini, di Rumania, aku dapat menggenapi arti pesan itu.

n Berkelana tidak hanya telah membawaku ke tempat-tempat yang spektakuler sehingga aku terpaku, tak pula hanya memberiku tantangan ganas yang menghadapkanku pada keputusan hitam putih, sehingga aku memahami manusia seperti apa aku ini. Pengembaraan ternyata memiliki paru-parunya sendiri, yang dipompa oleh kemampuan menghitung setiap resiko, berpikir tiga langkah ke depan sebelum langkah pertama diambil, integritas yang tak dapat ditawar-tawar dalam keadaan apapun, toleransi, dan daya tahan. Semua itu lebih dari cukup untuk mengubah mentalitas manusia yang paling bebal sekalipun. Para sufi dan mahasiswa filsafat barangkali melihatnya sebagai hikmah komuniukasi transcendental dengan sang maha pencipta melalui pencarian diri sendiri dengan menerobos sekat-sekat agama dan budaya.

n Jalan-jalan desa menanjak berliku-liku dihiasi deretan pohon oak,berselang-seling di antara jerejak anggur yang diterlantarkan. Lebah madu berdengung mengerubuti petunia. Daffodil dan astuaria tumbuh sepanjang pagar peternakan, berdesakan di celah-celah bangku batu. Di belakang rumah penduduk tumpah ruah dedaunan berwarna oranye, mendayu-dayu karena belaian angina. Lalu terbentang luas padang rumput, permukaannya ditebari awan-awan kapas…

n Aku bergetar menyaksikan nun di bawah sana,rumah-rumah penduduk berselang-seling di antara jerejak anggur yang terlantar dan jalan setapak berkelok-kelok. Aku terpana dilanda dejavu melihat hamparan desa yang menawan. Aku merasa kenal denga gerbang desa berukir ayam jantn itu, dengan bangku-bangku batu itu, dengan jajaran bunga daffodil dan astuaria dip agar peternakan itu. Aku seakan menembus lorong waktu dan terlempar ke sebuah negeri khayalan yang telah lama hidup dalam kalbuku. Aku bergegas meminta sopir berhenti dan menghambur keluar. Ribaun fragmen ingatan akan keindahan tempat ini selama belasan tahun, tiba-tiba tersintesa persis di depan mataku,indah tak terperi. Kepada seorang ibu yang lewat kubertanya,”Ibu dapatkah memberi tahuku nama tempat ini?”. Ia menatapku lembut,lalu menjawab. “Sure lof, it’s Edensor…”
Unsur – unsur Instrinsik

Tema : Menceritakan tentang pencarian diri dan cinta.

Amanat : – Bila kita ingin mengapai cinta dan atau mempunyai mimpi, maka kita harus memperjuangkan mimpi tersebut dan berusaha pantang menyerah untuk meraihnya.

– Novel ini mengingatkan kita bahwa menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tidak ada hal yang sekecil apa pun terjadi karena kebetulan.

– Mengingatkan bahwa kenakalan-kenakalan masa kecil kita, pada suatu saat akan menimpa kita kembali/ kita akan menuai karma.

Alur : Alur Campuran (alur maju mundur ).

Tokoh :

1. 1. Andrea / Ikal (Tokoh utama dalam novel ini,ia sangat berani mencapai mimpi masa kecilnya,pribadinya sangat keras).
2. 2. Ayah Ikal (sabar,pendiam penyayang dan sangat bijaksana)
3. 3. Weh ( pintar berlayar dan pandai membaca rasi bintang dan menentukan arah mata angina ).
4. 4. Taikong Hamin ( ustadz, pengurus masjid )
5. 5. Ibu Ikal (Penyayang,Keras kepala )
6. 6. A Ling ( cinta pertama ikal)
7. 7. Arai ( penyayang, gigih/pantang menyerah, cerdas )
8. 8. Zakiah Nurmala ( Cinta pertama Arai yang selalu menolak cinta Arai )
9. 9. Ms.Famke Somers ( cantik,baik dan bertanggung jawab )
10. 10. Simon Van Der Wall ( pemilik kost, tega/tidak perduli pada nasib orang lain )
11. 11. Dr.Michaella Woodward ( seorang doctor ekonomi yang sangat cemerlang, dan bertanggung jawab )
12. 12. Erika Ingeborg ( Asisten Dr. Woodward yang tegas dan bertanggung jawab )
13. 13. Teman Kuliah Andrea dan Ikal( Naomi Stansfield, Townsend, Marcus Holdvessel, Christian Diedrich,Katya Kristanaema, Saskia,Marike,AbrahamLevin, Y’hudit Oxxenberg, Yoram Ben Mazuz, Becky Avshalom, Charolete Gastonia, Sylvie Laborde, Jean PierreMinot, Sebastian Delbonnel, Liu Hyuu Wong, Heidy Ling, Deborah Oh, Hawking Kong, MVRC Manoj, Pablo Arian Gonzales, Ninochka Stronovsky,Alesandro D”Archy).
14. 14. Maurent LeBlanch ( seorang yang terpelajar dan bertanggungjawab)
15. 15. Toha (Orang Indonesia diCrainova,Rumania seorang pembasmi kecoa, baik).
16. 16. Oruzgan Mourad Karzani ( seorang Imam masjid afganistan di Gmunden/ sangat bersahaja dan pahlawan besar Balloch yang menumbangkan resismen Tentara Merah )
17. 17. Prof. Turnbull ( dosen Ikal yang sudah sepuh

ayat-ayat cinta

Cinta, adalah sebuah kekuatan universal yang tak pernah bosan untuk diperbincangkan. Bahkan sebagian ulama terdahulu ada yang sangat ahli tehadap permasalahan hati dan cinta. Sebut saja Ibnu Qayyim dengan kitab Raudhatul Muhibbin-nya.
Maka tak heran kalau segla hal yang berbau cinta selalu laris di pasaran. Mulai film, lagu, hingga novel dan buku. Novel-Novel Mira W misalnya, yang cukup bertahan lama dengan menyuguhkan nuansa cinta ala remaja dan kehidupan yang serba hedonis. Atau buku-buku Kahlil Gibran yang cukup fenomenal. Semuanya menyajikan estetika cinta dengan format dan sudut pandang yang berbeda.
Begitu juga dengan Novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy ini. Novel yang disebut-sebut sebagai novel penggugah jiwa ini mengambil tema cinta dengan perspektif yang tidak biasa. Dalam Novelnya, Kang Abik, begitulah penulis lulusan Al-azhar ini biasa disapa, menyampaikan tentang hakekat cinta yang jauh dari unsur-unsur syahwat dan komersial.
Novel ini menceritakan tentang kisah cinta seorang pemuda Indonesia bernama Fahri dan seorang gadis Jerman bercadar bernama Maria yang sama-sama kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo. Fahri digambarkan sebagai pemuda yang memliki kepribadian hampir sempurna, teguh memegang prinsip, berhati lembut dan memiliki seorang sahabat beragama Kristen koptik bernama Maria.
Fahri tinggal di sebuah Flat dan bertetangga dengan Maria. Selain itu Fahri juga memiliki tetangga seorang yang berperangai kasar dan berkulit gelap. Bahadur, nama orang itu, memilki seorang anak perempuan yang bernama Noura. Suatu malam Noura disiksa oleh Bahadur hingga berdarah. Fahri yang mengetahui hal itu meminta bantuan Maria melalui sms untuk menyelamatkan Noura. Akhirnya Noura dibawa lari dan menginap di kamar Maria. Dalam bab-bab berikutnya diceritakan, bahwa peristiwa itu kemudian menyeret Fahri dalam sebuah permasalahan besar, bahkan jiwanya hampir terancam.
Diam-diam Noura mencintai Fahri, kemudian Noura membuat cerita bohong bahwa Fahri telah memperkosanya. Hal ini membuat Fahri harus mendekam dalam penjara dan mengalami penyiksaan. Padahal saat itu adalah masa-masa awal pernikahannya dengan Aisha.
Tidak cukup sampai di situ ujian keimanan yang dialami Fahri. Ternyata Maria juga menaruh hati pada Fahri. Maria jatuh sakit karena kecintaanya yang dalam pada Fahri. Sebuah pilihan yang sulit bagi Fahri ketika Aisha memintanya untuk menikahi Maria, demi menyelematkan jiwa Maria. Sedang Fahri pernah berjanji untuk tidak menduakan Aisha. Sebuah prinsip memegang janji yang dibenturkan dengan keselamatan jiwa seseorang.
Kang Abik sangat lihai dalam memainkan cerita. Ada kejutan-kejutan tak terduga dalam tiap babnya. Hal ini dijumpai hampir dalam setiap karyanya. Seolah Kang Abik ingin mengubah paradigma sinetron Indonesia serta novel-novel lainnya yang ceritanya mudah sekali ditebak. Begitu juga bahasa yang digunakan mengalir begitu saja, namun tetap indah. Mudah dimengerti oleh semua kalangan, baik sastrawan, politikus, hingga orang yang awam sastra. 10 referensi yang digunakan oleh Kang Abik dalam menulis novel ini, semakin menambah kualitas dan kekuatan cerita. Tidak salah kalau kemudian ada yang mengatakan bahwa Ayat-Ayat Cinta menjadi referensi bagi berbagai disiplin ilmu. Fiqih, hukum, politik, dan sastra.
Novel Kang Abik yang spektakuler dan sempat menghebohkan jagad perbukuan ini telah dicetak berkali-kali dan menjadi inspirasi bagi para penulis muda untuk membuat novel-novel sejenis yang juga bertemakan cinta. Karya-karya mereka tergolong laris di pasaran, bahkan sebagian ada yang menyabet predikat best seller. Fenomena ini membuktikan bahwa kehadiran ayat-ayat cinta membawa berkah bagi banyak kalangan, terutama dunia penerbitan.

ayat-ayat cinta

Novel Ayat Ayat Cinta yang ditulis oleh seorang novelis sekaligus sarjana lulusan Universitas Al Azhar, Habiburrahman El Shirazy, adalah sebuah novel roman Islami yang menyajikan nilai-nilai ajaran Islam dengan gaya artistik yang sangat berbeda dengan novel Islami yang selama ini telah banyak dihasilkan. Novel setebal 411 ini diterbitkan pertama kali pada bulan Desember 2004 , dan cetakan keduanya menyusul pada Januari 2005.

Sebagai sebuah novel Islami, nilai-nilai ke-Islaman dalam novel ini disajikan dengan bentuk yang sangat santun sehingga menimbulkan kesan natural tanpa harus berkesan ‘memaksakan’ kehadiran nilai-nilai ke-Islaman tersebut. Hal ini menyebabkan siapa pun yang membaca novel ini secara tidak sadar telah meresapi nilai-nilai Islami tersebut di dalam dirinya. Sehingga secara otomatis pula, wawasan pembaca tentang nilai-nilai ke-Islaman semakin bertambah.


Kelebihan lain yang dimiliki oleh sang penulis adalah kemampuannya untuk menggambarkan setiap setting atau latarbelakang kondisi lingkungan sekitar yang terjadi dalam novel tersebut. Cara penuturan gaya ‘orang pertama’ yang dipilihnya telah membuat suasana dalam setiap kejadian terasa ‘hidup’ dan berhasil membawa pembacanya, termasuk saya sendiri, seolah-olah mengalami dan melihat secara langsung setiap kejadian yang ada. Suasana kota Mesir yang menjadi setting utama dalam novel ini mampu ia gambarkan secara detail dan mendalam yang membuat saya merasa seolah-olah telah mengetahui Mesir dan bahkan merasa pernah tinggal dan menetap di sana.

Selain nilai-nilai ajaran Islam, dalam novel ini kita juga dapat menemukan berbagai isu yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Mesir khususnya, dan masyarakat kita sendiri pada umumnya. Bagaimana ia menggambarkan karakter umum masyarakat Mesir yang berhati halus dan ramah, dengan mengambil referensi darai perkataan Rasulullah SAW kepada sahabatnya, “jika kelak membuka bumi Mesir hendaknya bersikap halus dan ramah”. Selain itu dalam novel ini juga tersirat banyak nilai-nilai budaya, hubungan sosial dalam masyarakat, isu politik, hukum, dan aturan-aturan dalam pergaulan sehari-hari.

Unsur lain yang tak kalah penting dalam novel ini adalah kisah asmara yang dialami oleh tokoh utamanya, Fahri bin Abdullah Shiddiq, dimana dalam kehidupan sosialnnya, ia telah dicintai oleh 4 orang wanita sekaligus. Setiap perasaan asmara yang ada dalam dirinya digambarkan oleh penulis dengan sangat baik. Sebagai sebuah novel asmara, tentunya nilai-nilai romantisme tidak dapat dielakkan. Namun tidak seperti novel-novel roman yang selama ini telah ada, dalam novel ini unsur-unsur romantis yang disajikan sama sekali tidak dengan menggunakan bahasa yang menjurus pada kesan ‘vulgar’. Hingga sampai pada saat Fahri merayakan bulan madunya dengan salah satu gadis yang akhirnya menjadi istrinya pun, penulis masih menyajikan hubungan suami-istri ini dengan menggunakan bahasa yang tidak ‘vulgar’ sama sekali. Namun walaupun begitu, novel ini tidak kehilangan kesan romantisme sebagia sebuah novel asmara.

Masih banyak hal lain yang mungkin bisa pembaca temukan dalam novel ini. Karena begitu banyaknya nilai-nilai bermanfaat yang dapat kita gali dari novel ini, baik dari segi nilai-nilai ajaran agama, khususnya Islam, hubungan sosial dan budaya, juga masalah percintaan dalam kehidupan kaula muda pada khususnya, novel ini dapat dikatakan tidak hanya sebagai sebuah novel cinta (seperti tergambar dalam judul), tapi juga dapat dikatakan sebagai sebuah novel religi dan juga novel budaya.