Senin, 31 Mei 2010

laskar pelagi

Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Selain itu,
sastra juga merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya
dari pada fiksi (Wellek dan Werren, 1993:3-11). Sebuah karya sastra
mencerminkan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan
lingkungan, sesama manusia, dan dengan Tuhannya. Walaupun berupa khayalan,
bukan berarti bahwa karya sastra dianggap sebagai hasil khayalan saja, melainkan
penghayatan dan perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Karya
sastra merupakan sebuah karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dari segi
kreatifitas sebagai karya seni.
Sebagai hasil imajinatif, karya sastra berfungsi sebagai hiburan yang
menyenangkan, karya sastra juga berguna menambah pengalaman batin bagi
pembacanya. Membicarakan sastra yang bersifat imajinatif, berhadapan dengan
tiga jenis genre sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Prosa dalam pengertian
kesastraan juga disebut fiksi, teks naratif, atau wacana naratif. Istilah fiksi dalam
pengertian ini adalah cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal itu disebabkan karena
fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah
(Abrams dalam Nurgiyantoro, 2000:2).
Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan
manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai
permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang diungkapkannya kembali
2
melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Salah satu jenis prosa adalah
novel. Novel merupakan bagian dari karya fiksi yang memuat pengalaman
manusia secara menyeluruh atau merupakan suatu terjemahan tentang perjalanan
hidup yang bersentuhan dengan kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan
bahwa karya fiksi berupa novel adalah suatu potret realitas yang terwujud melalui
bahasa yang estetis. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia,
dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang
dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar,
sudut pandang, dan lain – lain.
Novel sebagai bagian bentuk sastra, merupakan jagad realita yang di
dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan dibuat manusia/ tokoh
(Siswantoro, 2005: 29). Pengarang dalam karyanya berusaha mengungkapkan sisi
kepribadian manusia. Oleh sebab itu ada hubungan antara sastra dengan psikologi,
namun hubungan sastra dengan psikologi bersifat tidak langsung. Sastra
berhubungan dengan dunia fiksi, drama, puisi, esai yang diklasifikasikan ke dalam
seni, sedangkan psikologi merujuk kepada studi ilmiah tentang perilaku manusia
dan proses mental. Meskipun berbeda, keduanya memiliki titik temu atau
kesamaan, yakni keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber
kajian.
Pemilihan novel Laskar Pelangi sebagai bahan kajian, dilatarbelakangi
oleh adanya keinginan untuk memahami aspek-aspek kepribadian tokoh Lintang
sebagai bagian masalah yang diangkat pengarang melalui karyanya. Tokoh
3
Lintang adalah seorang anak pesisir yang memiliki keinginan kuat untuk
menuntut ilmu ditengah kondisi keluarganya yang sederhana.
Laskar Pelangi adalah sebuah novel pertama karya Andrea Hirata yang
diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang
kehidupan sepuluh anak dari keluarga miskin yang bersekolah di sebuah sekolah
Muhammadiyah di pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan. Sepuluh anak
itu adalah: Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek,
Trapani, dan Harun. Mereka bersekolah dan belajar pada kelas yang sama, dari
kelas I SD sampai kelas IX SMP, dan mereka menyebut diri mereka sebagai
Laskar Pelangi.
Kelebihan novel ini terletak pada jalinan cerita yang mampu memberikan
inspirasi dan motivasi pada pembaca untuk selalu berjuang menggapai cita-cita,
meskipun dalam keadaan yang terbatas dan sederhana. Lintang mempunyai
perilaku yang tangguh, tidak mudah putus asa, kritis, mempunyai imajinasi yang
tinggi, cerdas, mandiri, seorang anak yang suka membaca buku, dan pribadi yang
optimis dalam menghadapi banyak persoalan. Tokoh Lintang mampu memberikan
semangat kepada teman-temannya untuk tetap semangat dalam belajar dan meraih
cita-cita yang tinggi, meskipun dalam keadaan yang serba sederhana. Kemiskinan
dan kesederhanaan hidup bukan hal yang memupuskan cita-cita, tetapi merupakan
semangat dalam merubah keadaan hidup.
Telah banyak penghargaan terhadap novel ini. Novel Laskar Pelangi
termasuk novel yang ada di jajaran best seller. Telah banyak pula apresiasi dari
para sastrawan terhadap novel ini, salah satunya adalah Korrie Layun Rampan
4
(dalam Hirata, 2008: halaman cover), sastrawan dan ketua komisi I DPRD Kutai
Barat yang memberi penilaian sebagai berikut ”Inilah cerita yang sangat
mengharukan tentang dunia pendidikan dengan tokoh-tokoh manusia sederhana,
jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa, yang dituturkan
secara indah dan cerdas. Pada dasarnya kemiskinan tidak berkolerasi langsung
dengan kebodohan atau kejeniusan. Sebagai penyakit sosial, kemiskinan harus
diperangi dengan metode pendidikan yang tepat guna. Dalam hubungan itu
hendaknya semua pihak berpartisipasi aktif, sehingga terbangun sebuah monumen
kebajikan di tengah arogansi uang dan kekuasaan materi” .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar